8. Akibat Mabuk

Adanya Havana di rumah itu, membuat keberadaan Emily tidak tenang. Gadis yang berparas cantik dengan tubuh yang sangat molek, namun pesonanya tidak mampu menaklukkan hati Russell yang saat ini sedang menunggu Havana untuk berkencan.

Havana sebenarnya enggan untuk pergi bersama Russell. Hanya saja ia tidak bisa membiarkan kekasih Claire itu jatuh dalam pelukan Emily.

"Claire...! Nasibmu begitu malang hidup dengan saudara angkat mu yang akan mengambil tempatmu, bukan hanya kasih sayang orangtuamu saja, tetapi kasih sayang kekasihmu juga. Gumam Havana.

Emily mengenakan baju seksi untuk menarik perhatian Russell di bawah sana. Russell sibuk menatap ponselnya agar tidak terjadi kontak mata dengan Emily.

Havana turun dari lantai atas dengan gaun mewah pemberian Russell tadi siang melalui kurir. Russel langsung berdiri ketika mencium parfum mewah yang dibelikannya untuk kekasihnya itu.

Bukan hanya itu pakaian dan parfum mahal namun juga perhiasan berupa kalung berlian dengan sepasang anting berwarna yang sama tidak luput dari pelengkap kecantikan Havana malam ini.

"Sempurna ...!" Kata itu yang terucap Russell dengan tersenyum bahagia menatap wajah sang kekasih.

Inilah yang membuat Emily sangat cemburu dan berusaha mengejar Russell selama Clair koma di rumah sakit.

Emily ingin memiliki Russell yang memiliki segalanya yang ia impikan selama ini. Tampan dan kaya, siapa yang tidak ingin mendapatkan pria seperti Russell yang selalu memanjakan Claire saat Claire masih sehat tiga tahun yang lalu.

Rupanya kesetiaan lelaki ini pada Claire yang tidak pernah berubah walaupun ia tahu Claire tidak akan hidup lagi. Siapa sangka keajaiban itu terjadi pada gadis malang itu, hingga hadir lagi di rumah ini sebagai Havana.

"Kita pergi sekarang sayang?" Tanya Havana pada Russell yang masih menatapnya dengan intens.

Russell memberikan lengannya untuk digandeng wanitanya yang tampil seperti bidadari malam ini.

Keduanya pamit pada nyonya Kellen yang baru keluar dari kamarnya. Sementara Emily mengepalkan kedua tangannya dengan memikirkan cara untuk melenyapkan Claire selamanya.

Benda mewah itu sudah meluncur ke jalanan dengan kecepatan stabil. Russell menggenggam tangannya Havana yang berusaha melepaskan tangannya.

"Sayang ....kamu terlihat makin bersinar semenjak sadar dari koma. Aku tidak sabar lagi untuk menikahimu."

Ucap Russell membuat Havana tersedak dengan liurnya sendiri.

"Maafkan aku Russel ...! Aku masih belum mengingat diriku. Aku mohon jangan terlalu terburu-buru menikahi ku." Ucap Havana gugup.

"Claire....! Sejalannya waktu kamu akan mengingat dirimu dan juga orang-orang yang kamu cintai. Aku mohon jangan memintaku menunggu lagi. Apakah tiga tahun tidak cukup untukmu menyiksaku dalam penantian?" Ucap Russell.

"Andai saja kamu tahu, aku bukan Claire. Mungkin kamu akan mengerti mengapa aku menolakmu Russel."

Batin Havana yang saat ini merasa bersalah pada Russell karena sudah meminjam tubuh Claire.

Tiba di restoran, di mana Russell sudah memesan meja untuk mereka. Pelayan yang berdiri berjejer menyambut Russell bak pangeran membuat Havana bertanya-tanya seberapa hebatnya Russel hingga bisa menjadi pusat perhatian di manapun pria ini berada.

Keduanya duduk di meja yang sudah ada hidangannya. Restoran itu sudah disewa oleh Russel hanya untuk bisa makan malam berdua saja dengan Havana.

Selama ini Havana tidak diperlakukan suaminya dengan kemewahan. Setiap kali dirinya ingin memiliki barang mahal atau makan di restoran mewah hanya sebatas impian Havana.

Suaminya hanya bisa melakukan apapun untuk Havana sesuai kemampuannya. Mereka lebih memilih menabung setiap kali mendapatkan bonus besar dari pekerjaan mereka masing-masing untuk si buah hati Cavin. Berbeda dengan Russel seperti berada di negeri dongeng.

"Claire....! Hidupmu sangat beruntung mendapatkan pria kaya dan romantis seperti Russell.

Ia bahkan tidak berpaling darimu saat kamu terbaring koma selama tiga tahun walaupun ia bisa mendapatkan wanita lain dengan begitu mudahnya.

Tapi Russell sangat mencintaimu dan sulit move on darimu." Batin Havana sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

Hanya satu hal yang membuat Russel begitu kagum dengan wanitanya malam ini, di mana Claire lebih dewasa dan sedikit bicara dan itupun sangat teratur.

Setiap bicara dengan Havana seakan otak gadis ini memiliki google di dalamnya karena Havana banyak mengetahui segala sesuatunya yang tidak pernah Claire melakukannya pada Russel setiap kali mereka terlibat pembicaraan serius tentang wawasan ilmu pengetahuan.

Havana tergolong wanita yang jenius selama mengenyam pendidikan.

Walaupun ia tumbuh di panti asuhan dengan segala kekurangan namun tidak membuatnya menyerah begitu saja pada nasib.

Itulah sebabnya dia mendapatkan bea siswa penuh. Ia dan suaminya sama-sama tumbuh di panti asuhan. Dan keduanya memutuskan menikah saat sudah merasa mapan.

"Havana...! Aku mohon padamu untuk menerima pinangan ku dengan begitu aku lebih tenang memilikimu." Ucap Russel.

"Beri aku waktu untuk memikirkannya Russell. Aku harus memantapkan hatiku untuk hidup berdua denganmu." Ucap Havana lirih.

"Havana.... bagaimana kamu bisa mengetahui semua hal yang tidak pernah kamu sehebat ini saat kita bicara dulu?"

Duaaarrr.....

Havana gugup menjelaskan kepada Russell tentang dirinya. Ia mencari alasan untuk menghentikan pertanyaan Russel.

"Apakah aku dulu terlihat sangat bodoh saat kita ngobrol?" Tanya Havana.

"Bukannya bodoh sayang, hanya saja kamu tidak tertarik dengan wawasan ilmu pengetahuan luas apalagi membahas dunia politik." Ucap Russell.

"Aku hanya ingin menjadi wanita hebat agar tidak membuat kamu malu jika sudah menjadi nyonya Russell." Ucap Havana sambil meneguk anggur miliknya.

"Anggur ini sangat lezat. Aku belum pernah minum anggur seenak ini." Ucap Havana.

"Apakah kamu menyukainya, sayang? Ini adalah anggur kesukaanmu dan semua hidangan makan malam ini adalah kesukaanmu.

Aku sengaja melakukannya agar kamu ingat dengan masa kebersamaan kita." Ucap Russell.

"Begitu kah?" Maafkan aku Russel. Boleh aku memintanya lagi?"

Pinta Havana yang tidak ingin melewatkan kesempatan untuk meneguk anggur yang usianya ratusan tahun ini dengan harga yang selangit.

Russell menuangkan lagi anggur merah untuk Havana dan Havana meneguknya berkali-kali sambil meresapi kenikmatan anggur itu.

Karena terlalu banyak minum, akhirnya jiwa Havana mulai keluar dari tubuhnya Claire. Sementara tubuh Claire kelihatan mabuk berat dan mulai tidak sadarkan diri.

"Kenapa denganku...? kenapa aku bisa keluar dari tubuh gadis ini?"

Havana berusaha masuk lagi namun begitu sulit.

"Claire...! Apakah kamu baik-baik saja sayang...?" Tanya Russell melihat Claire yang hanya bergumam.

"Akkh .. Ssssttt...! Kenapa kepalaku sangat berat." Ucap Claire setengah sadar yang sudah kembali menjadi dirinya sendiri.

Jiwa Havana menjerit melihat Claire sudah menjadi dirinya sendiri.

"Tidak ...tidak ..! Jangan lakukan itu padaku Claire...! Aku masih membutuhkan tubuhmu. Aku mencintai suamiku dan juga putraku yang masih kecil. Putraku sangat membutuhkan kasih sayangku. Tolong aku ..! Ijinkan aku masuk lagi dalam tubuhmu. Ku mohon..! Please...!"

Ucap Havana di hadapan jasad Claire yang terus bergumam tidak jelas.

Russell yang melihat Claire mabuk berat langsung menggendong kekasihnya untuk di bawah pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!