Nyonya Kellen mempersilahkan Romy dan putranya masuk ke dalam rumahnya. Wajah syok nyonya Kellen terlihat jelas saat Romy memberikan sepucuk surat yang di dalamnya ada liontin untuk nyonya Kellen.
Bukan hanya liontin yang bertuliskan nama Havana, tapi juga ada foto masa kecil Havana hingga tumbuh menjadi remaja dan dewasa.
Tubuh nyonya Kellen bergetar dengan air mata terurai tak terhenti. Bibirnya tak sanggup bergumam karena lidahnya seakan kelu tak bergerak.
Matanya kembali menatap wajah sang cucu bagai malaikat kecil. Ia menggendong baby Cavin yang menatapnya sambil mengernyitkan dahinya seakan bertanya siapa anda bagiku.
"Ini cucuku...?" Tanya nyonya Kellen dengan suara terdengar parau.
"Iya nyonya." Sahut Romy.
"Jangan panggil aku nyonya karena kamu adalah menantuku. Pekerjaan apa yang digeluti putriku Havana, hingga ia berpergian dengan pesawat terbang?" Tanya nyonya Kellen setelah mampu mengusai emosinya.
"Havana seorang sekertaris menteri luar negeri, mommy." Jawab Rommy.
"Apaaa...? Seorang sekretaris menteri. Ternyata putriku sangat hebat. Tapi sayang aku harus kehilangan lagi putriku tanpa sempat bertemu lagi dengannya. Havana, sayang ..! Maafkan mommy nak. Tapi mommy berjanji akan merawat putramu." Lirih nyonya Kellen.
"Mommy. Ini ada sikat gigi milik Havana yang mungkin mommy butuhkan untuk mendapatkan bukti kalau Havana adalah putri kandungnya anda melalui tes DNA."
Ucap Romy seraya mengeluarkan kantong plastik yang berisi sikat gigi milik istrinya, Havana.
"Iya nak, mommy akan menyimpannya untuk di jadikan sampel tes DNA. Terimakasih sudah menjaga putriku dengan baik." Ucap Nyonya Kellen.
"Itu sudah tugas dan kewajiban saya sebagai suaminya Havana mommy. Baiklah. Kalau begitu, kami permisi dulu mommy karena saya harus kembali ke kantor.Jam makan siangnya sedikit lagi akan berakhir." Ucap Romy hendak mengambil putranya dari gendongan ibu mertuanya.
"Biarkan putramu di sini bersamaku. Aku baru baru bertemu dengannya. Mengapa kamu tega ingin memisahkan aku dengannya?" Tolak nyonya Kellen.
"Baiklah mommy kalau begitu saya permisi."
Ucap Romy seraya memberikan susu formula yang masih dalam kardus ke nyonya Kellen.
Tidak lama kemudian, Claire dan Russell turun dari tangga sambil menautkan tangannya mereka. Romy menatap wajah keduanya.
Ada rasa cemburu yang kian sakit saat melihat pemandangan kemesraan pasangan itu.
Russel yang masih ingat dengan wajah Romy melepaskan tangannya dari jemari Claire hendak menghajar Romy.
"Mau apa kamu ke sini, hah? Apakah masih ingin mengincar Claire? Tante, laki-laki ini yang telah membawa kabur Claire dari kita."
Ucap Russell hendak mendaratkan pukulannya ke Romy namun dicegah oleh Claire dan ibunya.
"Russel ...! Dia adalah menantu ku, suami dari putriku Havana....!" Teriak nyonya Kellen histeris.
Russel menurunkan tangannya sementara itu Claire menatap wajah Romy dengan perasaan aneh.
"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana?"
Tanya Claire yang nampak termangu tanpa ingin bertanya tentang Romy.
Saat ini yang ia merasa terganggu adalah perkataan ibunya tentang kakaknya Havana.
"Apakah benar anda adalah suaminya kak Havana?" Tanya Claire penasaran.
'Sayang..... apakah kamu tidak ingat lelaki ini telah menculik kamu?" Russel mengingatkan lagi kekasihnya agar mengenali sosok yang pernah menculik dirinya.
"Aku tidak menculiknya. Karena malam itu, Claire sendiri yang mau ikut sama kami karena ia tidak tega melihat putraku yang saat itu sedang menangis karena rindu ibunya Havana yang saat itu mengalami kecelakaan pesawat." Ucap Rommy membela diri.
Claire merasa bingung dengan ucapan Romy yang dianggapnya asing tapi merasa pernah kenal tapi entah di mana.
"Apakah begitu Claire?" Tanya nyonya Kellen ingin memperjelas semuanya.
Claire spontan menggeleng karena ia merasa tidak mengalaminya.
"Tidak apa kalau kamu tidak ingat. Tapi setidaknya kekasihmu ini pernah melihatmu bersamaku." Ucap Romy.
"Ia mam itu benar. Sekarang Claire sudah ingat akan dirinya sendiri walaupun sebelumnya dia tidak mengingat aku sama sekali dan juga mommy."
Ucap Russell sambil merengkuh bahu istrinya.
"Baiklah tidak usah lagi diperdebatkan. Setidaknya kamu harus tahu Claire bahwa Romy adalah kakak ipar mu suami dari mendiang kakakmu Havana."
Ucap nyonya Kellen dengan wajah sendu sambil menggendong cucunya yang sudah tertidur pulas dalam pangkuan sang nenek.
"Bagaimana mommy bisa yakin dengan perkataan tuan ini?" Tanya Claire membuat Romy mengerti kalau saat ini jiwa Havana tidak menyusup ke dalam tubuh Claire.
Di tambah melihat leher Claire tercetak kissmark membuat Romy mengerti bahwa pasangan itu sedang habis melakukan percintaan panas mereka.
Nyonya Kellen memperlihatkan liontin perak dengan tulisan Havana. Claire melihat foto-foto kakaknya. Ada ikatan emosional Antara keduanya hingga tanpa sadar Claire menangis dan sangat merindukan kakaknya.
"Bagaimana tuan bisa mengetahui kalau kamu adalah keluarga kandung kakak Havana dan tinggal di sini?" Tanya Claire penuh selidik.
Deggggg...
Inilah yang sangat dikuatirkan Romy. Ia tidak tahu cara menjelaskan bagaimana proses pertemuan keluarga ini bisa tersambung lagi kala istrinya masuk ke dalam tubuh Claire.
Jika dijelaskan, hanya orang gila saja yang mau percaya karena tidak menginginkan percakapan rumit dan terdengar aneh.
Bahkan mereka akan menertawakan dirinya jika ia nekat lakukan itu karena semua orang menerima alasan dengan logika dan mengesampingkan hal gaib yang dianggap suatu guyonan.
"Aku hanya di beri petunjuk oleh Havana melalui mimpi dan aku ingin membuktikan sendiri apa yang di katakan Havana dalam mimpiku adalah sebuah kebenaran.
Jika kedatangan aku hanya suatu bentuk kesalahan aku cukup menganggap mimpi ku hanya bunga tidur." Ucap Romy berdalih ringan namun mengena di hati mereka.
Claire menatap wajah Russell dan ibunya secara bergantian. Iapun beralih pada sosok montok yang sangat membuatnya gemas.
"Siapa nama si kecil tampan ini?" Tanya Claire membuat Russell bingung karena Claire secepat itu melupakan bayi yang pernah terlihat akrab dengannya saat ia temukan di pantai itu. Bahkan bayi itu terlihat tidak ingin melepaskan dirinya.
"Apakah karena Claire sudah mengingat siapa dirinya yang sebenarnya hingga lupa akan momen kebersamaannya dengan Romy dan Cavin." Batin Russell.
"Namanya Cavin sayang. Ini adalah hadiah Havana untuk mommy. Aku bisa melihat Havana dari cahaya matanya." Ucap nyonya Kellen.
"Baiklah mommy, kami berdua ingin keluar karena belum makan siang."
Ucap Claire sambil cipika cipiki dengan ibunya.
"Baiklah. Hati-hati sayang....! Russel jaga putriku." Ucap nyonya Kellen.
"Siap mommy...!" Russell melingkari lengannya ke pinggang ramping Claire.
Romy hanya menarik nafas berat melihat pasangan ini.
"Syukurlah. Istriku tidak berada di dalam tubuh Claire saat ini. Tapi sosok Claire yang menjadi Havana sesaat membuat aku mulai jatuh cinta pada gadis itu.
Kenapa aku mulai tertarik dengan Claire padahal sebelumnya dipikiran ku hanya ada Havana seorang." Batin Romy lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments