19. Rasa Penasaran

Sejak tidak bisa masuk lagi ke tubuh Claire, Havana merasa putus asa karena tidak bisa bertemu dengan putranya Cavin.

Sementara Claire menanyakan kepada ibunya tentang kebiasaan Havana dan juga meminta suami Havana untuk tidak diam saja menerima nasib kematian Havana yang belum jelas.

"Mommy..! Apakah Havana tidak pernah datang ke mimpi mommy untuk bicara sesuatu kepada mommy?"

"Mimpi...? Justru selama ini mommy sangat berharap Havana datang dalam mimpi mommy, Claire." Ucap nyonya Kellen.

"Apakah mommy sebagai ibu kandung tidak merasa kalau Havana belum meninggal?"

"Apa maksudmu, Claire?"

"Bisa jadi Havana berada di suatu tempat dan dia sedang koma. Tolonglah buat berita untuk mencarinya siapa tahu dia ditawan oleh seseorang dan menjadikan kak Havana miliknya." Ucap Claire sedikit memaksa mommynya.

Tuan Brian yang baru datang mendengar ucapan putri keduanya itu langsung merasakan bahwa ucapan Claire ada benarnya.

"Sayang ...! Apakah kamu masih ingat di hari pesta pernikahanmu kamu meminta ayah untuk mencari Havana karena ia mungkin ada di suatu tempat?" Tanya tuan Brian.

"Aku bilang begitu pada ayah..?" Tanya Claire karena merasa ia tidak pernah bicara pada ayahnya tentang Havana.

"Iya sayang. Saat itu kamu mengambil Cavin dari gendongan ayah dan ingin menidurkannya. Apakah kamu lupa?" Tanya tuan Brian.

"Berarti yang ngomong sama ayah saat itu adalah Havana bukan aku." Batin Claire.

"Oh iya sayang. Kenapa kamu tiba-tiba merasa kalau kamu mengalami alergi makanan kepiting? Bukankah itu hanya di alami oleh Havana? Kenapa kamu sekarang malah ikutan menular alergi dari Havana?"

"Maafkan aku mommy mungkin saja kulitku tidak lagi respon dengan makanan laut itu." Ucap Claire yang sudah banyak tahu tentang Havana.

"Aku harus menanyakan sendiri pada Havana apakah dia tahu tubuhnya saat ini berada di mana. Dengan begitu Havana bisa kembali pada tubuhnya dan tidak menganggu aku lagi, apalagi suamiku lebih menyukai percintaannya dengan Havana daripada denganku, ini sangat menyebalkan." Batin Claire sambil melamun.

"Sayang....! Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya nyonya Kellen.

"A...iya. Aku baik-baik saja mommy." Sahut Claire lalu meneguk minumannya.

Tidak lama datang Romy bersama putranya Cavin. Claire yang melihat keponakannya, Cavin terlihat biasa saja tidak seantusias seperti biasanya.

"Hai ..Rommy!" Sapa nyonya Kellen dan tuan Brian bersamaan.

Nyonya Kellen mengambil cucunya dari gendongan menantunya. Rommy menatap wajah cantik Claire dan sedikit meneliti ekspresi wajah Claire yang kelihatan begitu datar padanya.

"Berarti saat ini, Claire menjadi dirinya sendiri bukan Havana, istriku. Apa lagi putraku bersikap sangat dinginnya pada tantenya itu." Batin Rommy.

"Kenapa kalian terlihat diam-diaman seperti itu Claire, Rommy?" Tanya nyonya Kellen.

"Aku lagi lelah mommy." Ucap Claire menuju kamarnya.

"Claire, kau bahkan tidak menyapa keponakanmu Cavin. Ada apa denganmu, sayang?" Tanya tuan Brian penasaran.

"Tidak apa ayah, mungkin Claire sedang banyak pikiran." Ucap Rommy memaklumi sikap Claire yang memang tidak mengenalnya sama sekali kecuali ada jiwa Havana yang masuk dalam tubuhnya.

Claire ingat sesuatu tentang Havana yang pasti Rommy tahu kalau Havana sudah cerita kepada suaminya.

"Apakah aku boleh bicara denganmu berdua saja Romy?" Tanya Claire membuat kedua orangtuanya memberikan kesempatan kepada keduanya.

Mereka membawa masuk Cavin untuk bermain di kamar mereka.

"Ada apa Claire?"

"Ini tentang Havana. Aku sudah tahu kalau Havana yang telah menyusup ke dalam tubuhku dan menemuimu." Ucap Claire sambil menatap wajah tampan Romy yang tersentak.

Deggggg....

"Tidak usah bohong kepadaku karena Havana sudah menceritakan semuanya kepadaku." Lanjut Claire.

"Maafkan saya Claire, saya juga bingung menghadapi situasi ini." Ucap Romy.

"Apakah kamu yakin Havana sudah meninggal? Apakah kamu tidak berusaha mencarinya lagi karena jiwanya masih penasaran sampai saat ini. Ia berani masuk ke tubuhku karena kami berdua adik kakak kandung." Ucap Claire.

"Bagaimana aku bisa mengetahui kalau dia masih hidup atau tidak sementara dia pernah bilang kalau dia tidak terlihat oleh tim SAR Yang saat itu sedang menyelamatkan korban lainnya." Ucap Romy.

"Baiklah kalau begitu, aku yang akan menanyakan sendiri keberadaannya." Ucap Claire.

"Keberadaan siapa sayang?" Tanya Russel yang sudah berada di belakang mereka.

Claire tersentak seraya berdiri menyambut suaminya." Sayang kenapa kamu tidak bilang mau menjemputku ke sini?" Tanya Claire mengalihkan perhatiannya Russell.

"Apakah aku harus bilang padamu jika aku ingin mengunjungi rumah mertuaku sendiri?" Tanya Russel yang terlihat cemburu istrinya dekat lagi dengan Romy.

"Maaf sayang...! Aku dan Romy sedang membahas kakakku Havana yang kemungkinan masih hidup sampai saat ini tapi mungkin dia sedang koma saat ini." Ucap Claire.

"Bukankah dia punya suami yang akan melakukan kewajiban itu?" Rommy bisa melakukan pencarian dengan caranya sendiri, kenapa kamu yang ikut repot memikirkannya juga?" Sinis Russell.

"Russel....! Kenapa kamu bisa berkata seperti itu? Bukankah aku ini saudara kandungnya Havana dan kami punya ikatan emosional." Geram Claire lalu masuk ke kamarnya.

Russel menghunuskan tatapannya kepada Rommy yang terlihat cuek dengan perdebatan diantara suami istri itu." Apakah kamu sengaja mendekati istriku lagi dengan memanfaatkan kesedihanmu itu?" tanya Russel dengan kata-kata menohok.

"Tidak usah takut adik ipar. Aku tidak pernah mencintai wanita manapun selain istriku Havana." Sahut Romy.

Russel mengepalkan tangannya dengan rahangnya yang mengetat menahan geram.

"Jelas-jelas aku melihatmu sendiri bagaimana kamu menahan Claire untuk tetap di sampingmu karena alasan putramu." Imbuh Russell.

"Itu karena kamu tidak tahu sesuatu yang begitu rahasia diantara aku dan Claire." Ucap Romy terdengar ambigu di kuping Russell dan juga menyulut kemarahan Russell.

Rommy menarik sudut bibirnya. Iapun membuka ponselnya melihat email yang masuk dari beberapa klien. Tidak lama kemudian ia sudah berada di kamar Claire untuk mengajak istrinya pulang.

"Aku minta maaf Claire kalau aku sudah memperlakukanmu sangat berlebihan karena aku sangat cemburu pada kakak ipar mu itu, sayang." Ucap Russell sambil mengecup kening istrinya berkali-kali dan makin mendalam.

"Aku senang kalau dicemburui kamu Russell. Tapi kalau terlalu berlebihan, aku juga sangat muak." Ucap Claire.

"Aku janji akan menjaga sikapmu agar tidak terlalu berlebihan kepadamu. Dan sekarang ayo kita pulang sayang. Aku sangat merindukanmu, hmm!" Pinta Russell agar istrinya segera beranjak dari tempat tidur.

Claire segera bangkit dan menuju ke kamar mandi. Ia ingin mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar. Tapi baru saja ingin mengusap wajahnya dengan handuk, rasa mual tiba-tiba menjalar di perutnya.

Iapun segera memuntahkan isi perutnya dan membuat Russell yang berada di luar segera menghampiri istrinya.

"Claire...! Kamu kenapa sayang?" Tanya Russel sambil memijit punggung Claire yang terus saja muntah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!