Bab 15.

Bayangan Petra dan pengkhianatan Albert pada nya begitu terngiang ngiang di otak nya setiap saat setelah ia tahu akan arti Petra dalam kehidupan Albert.

"Rasa sakit ku tidak akan hilang hanya dengan kedatangan surat mu dan panggilan telfon dari mu Albert!," ketus Mastany sembari meremas surat yang di kirim Albert tuk kesekian kali nya.

Bahkan dering telfon selalu di biarkan berbunyi di setiap waktu nya tanpa ada yang menghiraukan.

"Apa itu masih dari orang yang sama?," tanya William semakin terganggu dengan bunyi dering telfon di rumah nya.

"Yap, sekali aku mengangkat nya dan Mastany langsung memarahi ku, jadi biarkan saja telfon itu terus berdering," sahut Serril sembari menyeduh secangkir kopi pagi untuk suami nya.

"Kenapa kau tak cabut saja kabel penghubung nya?, itu lebih baik bukan," seru William sudah tak berminat lagi membaca koran pagi nya karna hal itu.

"Aku memang sengaja tak melakukan itu, aku ingin Mastany mengenal lebih dalam tentang sifat lelaki pilihan nya," ucap Serril sembari menatap sang putri yang sudah berpenampilan rapi serta berjalan mendekati nya.

"Abi, Ummi, mau titip sesuatu?, aku akan keluar hari ini," ucap Mastany sembari meneguk segelas jus jambu yang selalu tak pernah lupa disiapkan Serril di meja makan setiap pagi nya.

"Ummi titip sampaikan kekesalan Ummi pada orang yang selalu membuat telfon rumah kita berdering setiap saat dan membuat tukang pos harus kembali ke sini setiap pagi nya hanya untuk memberikan sepucuk surat dari satu pengirim yang sama. Bahkan Ummi yakin semua isi surat itu berisi kalimat yang sama pula," keluh Serril sembari terus sibuk menyiapkan sarapan pagi.

"Percuma, dia tak akan mendengarkan ku," ucap Mastany sembari mulai menyantap sarapan pagi nya.

"Lalu?, kenapa kau masih berhubungan dengan nya?," seru Serril tak bisa menebak jalan pikiran putri nya sendiri.

"Ummi tidak akan mengerti meskipun aku jelaskan," ucap Mastany seketika kehilangan selera makan nya.

"Dengar nak, jika dia memang mencintai mu seperti yang pernah kau ucapkan, kenapa dia tidak datang langsung ke sini untuk menemui mu dan selesaikan masalah kalian di sini?," seru William mencoba menasehati Mastany sekali lagi.

Ia masih berharap, Mastany mau meninggalkan lelaki bej*t seperti Albert.

Yang sedikitpun tak bisa di harapkan untuk menjadi seorang imam yang baik dalam hubungan berumah tangga.

"Dia sibuk," sahut Mastany singkat, ia tak mau memperpanjang urusan itu, karna sejati nya bukan cinta dan ketulusan Albert yang ia kejar, tapi nyawa nya. Walaupun perkataan William memang benar ada nya.

"Lelaki macam apa dia itu!," ketus William beranjak dari duduk nya dan segera bergegas masuk ke dalam kamar.

"Dengar sayang, Ummi harap kau bisa selesaikan semua ini secepat nya," ucap Serril bergegas mengejar sang suami yang pergi dengan perasaan kecewa.

"Jangan khawatir Ummi, aku akan selesaikan akar masalah nya terlebih dahulu," ucap lirih Mastany sembari bergegas pergi memacu kereta nya.

 

Tok... Tok...

***Tok... Tok...

Tok... Tok***...

Ketukan pintu yang tak kunjung berhenti itu membuat sang pemilik rumah begitu geram mendengar nya.

Sembari bangun dengan ogah ogahan, wanita itu mencoba menatap wajah sayu nya di depan cermin.

"Oh god!, aku masih seperti ini dan sudah ada tamu, kenapa mereka begitu suka mengganggu waktu santai ku!," keluh wanita itu yang tak lain ialah Petra.

Dengan masih memakai gaun tidur nya, perlahan ia keluar dari kamar dan mencari siapapun yang bisa ia temui.

"Kemana Uncle dan semua pembantu ku yang lain?, apa mereka sangat suka memakan gaji buta!," keluh Petra dengan terpaksa harus membuka sendiri pintu depan untuk tamu nya yang begitu terdengar tak sabar menunggu di bukakan pintu oleh nya.

Petra di buat terkejut saat Mastany lah yang ia lihat pertama kali saat pintu rumah terbuka.

"Sabah Petra, apa tidur mu nyenyak selama berada di Suriah?," sapa Mastany membuat Petra berdecak pelan.

"You?, mau apa kau ke sini!, aku tak menerima ocehan mu tentang hubungan mu dengan Albert, oke!, dia itu tunangan ku dan kau harus sadar diri!," seru Petra sembari berkacak pinggang menatap tajam ke arah Mastany.

Petra yang sekarang, bukan Petra yang dulu Mastany, aku tak akan menyerahkan Albert pada mu seperti aku melepaskan cita cita ku dulu karna mu!, batin Petra menatap semakin berani ke arah Mastany.

"Boleh aku masuk," ucap Mastany dengan sikap tenang nya, walaupun kata kata kasar terus bermunculan dari mulut Petra saat itu.

"Terserah," ketus Petra sembari membuka jalan untuk Mastany agar bisa masuk ke dalam rumah nya.

Petra terus saja memperhatikan gerak gerik Mastany yang bersikap biasa dan begitu tenang nya.

Namun ia juga merasa sedikit curiga, tidak biasa nya para pembantu nya tidak ada di rumah satu pun di jam kerja sepagi itu.

"So, apa yang ingin kau katakan?, cepatlah!, aku tak punya banyak waktu meladeni mu!," keluh Petra sembari terus mengikuti Mastany yang belum berhenti berjalan menelisik rumah nya.

"Hey!, aku bicara dengan mu!," seru Petra dengan nada suara yang meninggi.

"Ini yang ingin aku bicarakan dengan mu!," sentak Mastany sembari dengan cepat membalik badan nya dan memukul Petra dengan sebuah vas bunga di atas meja sudut rumah itu.

Hantaman yang cukup keras itu membuat Petra seketika terkapar pingsan dengan darah yang mulai mengalir dari pelipis nya.

Sekali lagi, Mastany memberi pelajaran

kepada Petra hari itu.

--------

"Ahh!, kepala ku," rintih Petra saat tersadar dari pingsan nya.

Otak nya seketika mengingat kejadian terakhir sesaat sebelum ia pingsan.

Dengan sempoyongan, ia berusaha berdiri dan berusaha menghindar dari bahaya yang bernama Mastany.

"Dasar wanita gila!, sampai saat ini pun ambisi nya untuk melenyapkan aku masih ada dalam diri nya, aku harus segera keluar dari sini," ucap Petra mencoba mengelap darah di pelipis nya sembari bergegas pergi dari rumah nya sendiri.

Ia berlari dan terus berlari, dalam pikiran nya hanya satu, sampai ke pintu depan dan segera keluar dari sana.

"Jangan sampai dia melihatku," ucap Petra terus berlari dengan pandangan nya yang masih kabur akibat benturan vas di kepala nya.

Dengan bahagia nya, ia segera mencoba semakin cepat berlari saat melihat pintu depan sudah berada di depan nya.

Namun ternyata ia harus lebih berusaha keras lagi untuk keluar dari sana.

Kenyataan nya pintu rumah telah terkunci rapat seluruh nya.

"Ingatlah dimana kunci nya berada Petra!," seru Petra semakin panik sembari membuka semua laci di sekitar nya.

Namun, tak ada kunci satu pun di laci rumah itu.

Rumah itu seakan telah kosong kembali seperti saat diri nya pindah ke sana beberapa minggu yang lalu.

"Sial!," ketus Petra mengutuk diri nya sendiri.

"Apa kau mencari ini Petra?," seru Mastany langsung berhasil mengejutkan Petra dan membuat nya semakin histeris.

"Apa maumu sebenar nya?," seru Petra sembari terus menghindar dari Mastany yang berusaha mendekati nya.

"Aku?, aku hanya ingin menuntaskan apa yang kau mulai," ucap Mastany sembari mengeluarkan sebuah pisau dari belakang badan nya.

Pisau itu nambak sudah tua dan agak berkarat, bahkan tak menampakkan sebuah kilatan berkilau sedikitpun.

"Hentikan Mastany!," sentak Petra terus berusaha menghindar dari Mastany.

"Itulah yang aku ucapkan saat kau membawa pisau ke hadapan ku waktu itu Kristani, tapi kau!, kau malah mengejar ku dengan senyum tak berdosa mu itu," seru Mastany dengan mata yang mulai basah.

Sontak ucapan itu membuat Petra begitu bingung di buat nya.

"Aku Petra, bukan Kristani!, apa kau benar benar sudah gila!," sentak Petra begitu bingung dengan ucapan Mastany.

"Jika aku bisa!, aku sudah membalikkan ingatan mu yang dulu Kristani!, agar kau sadar betapa menjijikan nya diri mu!," teriak Mastany membuat Petra mulai gemetar ketakutan.

Lalu ia ingat sebuah nama dari silsilah keluarga Albert, nenek buyut Albert.

"Apakah maksud mu nenek buyut Albert?," ucap Petra menebak.

Tapi ia begitu bingung apa hubungan nya ia dengan nenek buyut Albert yang Mastany

maksud.

Dari mata nya, Mastany begitu marah setiap menyebut nama nenek buyut Albert.

"Apa kau percaya dengan sebuah reinkarnasi Petra?," seru Mastany membuat Petra berusaha berfikir keras.

"Jangan berbelit belit dengan ku!," sentak Petra masih terus menatap pisau yang sengaja di permainkan oleh Mastany.

"Aku ceritakan kau sebuah cerita yang sejarah pun tidak mencatat nya. kakek buyut Albert yang bernama Yossep menikahi Kristani berdasarkan sebuah perselingkuhan, perselingkuhan itu telah membuat nyawa Queensany menjadi ajang permainan mereka hingga mereka rela menghabisi nya demi kehidupan bahagia mereka dan anak cucu mereka hingga masa kini. Dan Queensany di masa kini mencoba membalaskan dendam nya demi harga nyawa nya di masa lalu!," seru Mastany membuat Petra begitu tercengang di buat nya.

"A- apa maksud mu aku adalah reinkarnasi dari Kristani?," ucap Petra begitu syok mendengar nya.

Bahkan tubuh nya begitu lemas hingga terduduk di lantai dengan tatapan mata yang kosong.

"Ya!, dan Albert adalah Yossep, suami ku!, akulah Queensany yang tega kalian bunuh dengan pisau ini beratus ratus tahun yang lalu!," teriak Mastany mencoba menodong Petra dengan pisau nya.

Namun sempat bisa di hindari Petra yang dengan cepat menghindar dan mencoba berlari kembali.

"Kemari kau wanita jala*g!, kau juga harus mati dengan pisau ini!," teriak Mastany semakin membabi buta dan terus mengejar Petra ke seluruh penjuru rumah.

Bayangan masa lalu sedikit terbesit samar di ingatan Petra.

Saat diri nya dengan brutal dan tanpa belas kasih mengejar seorang gadis dengan pisau di tangan nya.

"Tidak!, apa aku sejahat itu!, apa aku benar benar melakukan itu!," ucap Petra tak percaya dengan ingatan nya sendiri.

Petra terus berlari dan berlari hingga menemui jalan buntu.

Semua pintu dan jendela sudah di kunci rapat oleh Mastany sebelum nya.

Petra semakin gelisah dan ketakutan saat itu.

Ia semakin mengingat masa lalu nya yang begitu kejam menghabisi seorang wanita di hadapan nya.

"Ampun Mastany!, aku mohon ampuni aku, aku akan tinggalkan Albert untuk mu, aku janji!," seru Petra sembari bersujud di hadapan Mastany yang kini sudah menutup jalan terakhir nya untuk keluar dari rumah itu.

"Sudah terlambat!, dendam ku pada kalian sudah tak bisa di toleransi lagi!," ucap Mastany sembari mengangkat tinggi pisau di tangan nya.

"Tolong, ampuni aku," rintih Petra tak berdaya, ia kini tahu kenapa Mastany begitu tak suka kepada nya.

"Matilah kau!," teriak Mastany tanpa ragu segera menancapkan pisau nya ke tubuh Petra dengan brutal nya, sama seperti yang di lakukan Kristani saat membunuh nya di masa lalu.

Namun kali ini, Petra tersenyum sesaat sebelum ia benar benar meninggal.

Seakan ia menerima itu semua sebagai balasan akibat apa yang ia lakukan di masa lalu.

Dengan perasaan puas dan tanpa ragu, Mastany segera mengubur tubuh Petra di belakang rumah itu agar tak ada yang mencurigai dan mengetahui bahwa Petra telah tiada.

"Sampai bertemu lagi di neraka Petra," ucap Mastany sembari tersenyum menatap tanah tempat Petra ia kuburkan.

Perlahan ia meninggalkan rumah itu dan pergi tanpa pernah kembali lagi.

Terpopuler

Comments

Noviyanti

Noviyanti

pembantu petra pada kemana? apa tidak ada orang dirumahnya

2023-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!