Sejak kejadian itu, guru Salwa masih secara diam diam menyelidiki kasus itu.
Sementara Mastany tak terlihat gelisah ataupun panik sama sekali meskipun ia tahu sang guru selalu mengintai nya di mana pun.
Pagi itu, suasana kelas masih tenang seperti biasa nya.
Para murid nampak sibuk menyelesaikan sketsa ujian tahunan mereka.
Mereka berlomba lomba mengejar nilai sempurna di ujian tahunan mereka kali ini.
Meskipun mereka sadar, sangat sulit mengungguli Mastany yang selalu menjadi peringkat pertama di setiap tahun nya.
"Petra!," seru seorang murid membuat Mastany begitu tercengang mendengar nya.
Wajah nya begitu datar sembari tangan nya yang semakin kuat meremas pensil hingga hampir mematahkan nya.
Sementara para teman nya yang lain berhamburan ke depan kelas dengan penuh antusias menyambut kedatangan Petra.
Namun berbeda dengan Mastany, ia tak bergerak sedikitpun dari kursi nya.
Perlahan ia mulai memberanikan diri mengangkat pandangan nya.
Bagaimana mungkin?, batin Mastany dengan mata membulat sempurna saat pandangan nya tepat menatap ke arah sosok Petra yang ia kira sudah berhasil ia singkirkan dari Asrama.
"Petra?, kau sudah siap kembali belajar?," tanya guru Salwa begitu bahagia saat melihat Petra telah kembali ke Asrama.
"Aku sudah bosan di rumah Umma," sahut Petra membuat guru Salwa langsung mengarahkan pandangan nya ke arah Mastany.
"Sorry Umma, sebenar nya kami sudah tak berminat mengembalikan putri kami ini ke sini, mengingat kejadian yang telah ia alami, tapi bagaimana lagi, dia masih ingin bersekolah di sini" seru Ms Grepa, ibu dari Petra.
"Setelah ini, kami akan berusaha lebih baik lagi menjaga nya," ucap guru Salwa membuat Ms Grepa sedikit merasa lega.
Bahwa ia merasa masih ada seseorang yang bisa ia andalkan untuk menjaga Petra.
Terlebih mengingat perhatian guru Salwa dan tanggung jawab nya pada murid nya, seperti yang ia lakukan pada Petra selama ia berada di rumah sakit.
"Thank you, saya permisi," ucap Ms Grepa bergegas meninggalkan Asrama.
Sebenar nya apa yang ada di pikiran nya?, apa dia mau mati di usia muda, batin Mastany masih menatap tajam ke arah Petra, sehingga tak sengaja tangan nya kembali merusak serta mencoret coret sketsa nya.
Guru Salwa yang melihat itu semakin yakin, bahwa Mastany lah yang harus di per salahkan atas kejadian beberapa minggu yang lalu.
Jangan sampai kau mengulangi nya lagi Mastany, percayalah, masa depan mu akan hancur dengan kebodohan mu itu, apapun alasan di balik tindakan mu itu, batin guru Salwa mempersilahkan Petra kembali duduk di kursi nya.
Sekali lagi, pandangan Petra dan Mastany kembali beradu seperti saat Petra pertama kali menjadi murid baru di sana.
Tapi kali ini, tatapan Mastany ke arah Petra semakin jelas menampakkan bahwa Mastany benar benar tak menyukai diri nya.
Entah kenapa dengan anak itu, untung saja Umma Salwa tak memberitahu mami dan dady tentang kecurigaan nya pada dia, bisa bisa aku tak di perbolehkan kembali ke sini untuk selama nya, batin Petra sembari mulai berhati hati dengan sosok Mastany.
Keputusan Petra membuat Mastany semakin ingin mencelakai Petra hingga dendam
nya terpuaskan.
Baiklah jika kau menantang ku, batin Mastany berusaha menghela nafas panjang sembari meremas kertas sketsa nya untuk yang kedua kali nya.
Bersamaan dengan itu, guru Salwa nampak memberikan lembaran kertas sketsa untuk Petra agar diri nya bisa mulai merancang sketsa nya.
"Masih ada waktu 2 minggu lagi untuk mengumpulkan sketsa ujian mu, kamu siap?," tanya guru Salwa khawatir.
Pasal nya hampir semua murid sudah mulai menyelesaikan tahap akhir dari sketsa tahunan mereka.
"Umma!, boleh aku minta kertas ujian lagi?, aku belum mendapatkan sketsa yang pas untuk ujian ku?, seru Mastany mendekat.
Membuat Guru Salwa dengan tenang memberikan kertas ujian nya tuk ketiga kali nya untuk Mastany.
"Kau yakin 2 minggu cukup untuk mu?," tanya guru Salwa ragu.
"Yakin Umma," ucap Mastany sembari menatap Petra yang juga sedang menatap diri nya.
"Baik lah, kalian berdua harus konsentrasi, biarkan yang lain mengumpulkan tugas mereka lebih awal, jangan buat itu menjadi alasan kalian untuk gugup dan khawatir, oke," seru guru Salwa tetap konsisten dan adil kepada para murid nya, tanpa terkecuali terhadap Mastany.
Yang sebenarnya ia tahu, Mastany adalah salah satu murid yang cerdas terlepas dari alasan nya di balik percobaan nya mencelakai teman nya sendiri, yang belum bisa guru Salwa ketahui apa alasan itu.
Sejak saat itu, Mastany menfokuskan otak nya kepada dua hal utama.
Yaitu untuk menyelesaikan sketsa ujian nya serta memberi pelajaran lagi pada Petra.
Aku harus lebih berhati hati, jangan sampai guru Salwa menangkap basah diri ku, batin Mastany sembari berjalan melewati lorong asrama saat ia tahu guru Salwa sedang tidak ada di tempat.
"Ini saat nya," batin Mastany bergegas menuju ke kamar Petra sembari membawa sebuah bungkusan hitam di tangan nya.
"Cantik, kami baik baik di sini ya, lilit Petra saat kamu merasakan kehadiran wanita jal*ng itu!," ucap Mastany dengan raut wajah mengerikan sembari menyelipkan isi bungkusan itu di bawah selimut Petra.
"See you," ucap Petra berpisah dengan teman teman nya setelah sampai di depan kamar nya.
Ia segera masuk ke dalam kamar dengan perasaan letih karna harus mengejar pelajaran dan ujian yang sudah tertinggal cukup jauh semenjak ia berada di rumah sakit.
Saat ia ingin duduk di ranjang nya untuk melepas penat.
Suara ketukan pintu mengejutkan nya.
"Sial!, kenapa Umma datang di saat yang tidak tepat," keluh Mastany sembari memperhatikan kamar Petra dari kejauhan.
"Sore Petra," sapa guru Salwa masuk ke kamar Petra sembari membawa setumpuk buku di tangan nya.
"Umma?," ucap Petra begitu senang melihat kedatangan guru Salwa ke kamar nya.
"Umma membawa semua materi pelajaran yang telah kau tinggalkan sejauh ini, belajar yang rajin, oke," seru guru Salwa membuat Mastany semakin geram.
Aku begitu tak suka dengan kedekatan mereka, itu bisa mengancam posisi ku di sini, batin Mastany tak sabar melihat hewan peliharaan nya mematuk Petra dan membuat nya mati di tempat.
"Thanks Umma, tapi aku begitu lelah hari ini," keluh Petra begitu nampak pucat dan lelah.
Membuat guru Salwa tak tega melihat nya.
"Tidurlah, Umma tunggu kau besok di kelas dengan semangat baru," ucap guru Salwa membantu Petra tidur di ranjang nya dan berniat untuk menyelimuti nya.
"Astagfirullah!," teriak guru Salwa seketika menarik tubuh Petra hingga kedua nya tersungkur ke lantai.
Petra pun ikut syok ketika melihat sendiri apa yang telah membuat guru nya begitu terkejut dan spontan menarik diri nya.
"Ular Petra!, ular!, menyingkir!," seru guru Salwa mencoba meraih apapun di samping nya untuk memukul ular yang masih berusaha mendekati mereka.
"Patuk cantik!, patuk!," ucap Mastany semakin tak sabar.
Desisan ular itu semakin membuat Petra ketakutan dan memeluk rapat tubuh guru Salwa.
"Ayolah!," seru Mastany saat melihat jarak ular itu sudah semakin dekat ke arah Petra.
"Menyingkir bu Salwa!," teriak kepala sekolah entah datang dari mana, ia dengan sigap menolong guru Salwa serta Petra sembari memukuli ular ganas di hadapan nya dengan tongkat yang ia bawa hingga ular itu mati secara mengenaskan.
Sial!, batin Mastany segera pergi dari tempat itu dengan raut wajah kesal sebelum ada yang melihat nya.
"Syukhron kepala sekolah," ucap guru Salwa masih nampak begitu syok.
"Ada apa lagi ini?, pertama petasan, sekarang ular," keluh kepala sekolah semakin ngeri dengan kondisi keamanan asrama nya.
"Yang terpenting, kita semua selamat, alhamdulillah," ucap guru Salwa sembari memeluk erat Petra dalam dekapan nya.
Ia bahkan tak sempat berfikir macam macam lagi saat itu, yang terpenting di pikiran nya saat itu, nyawa nya dan nyawa Petra selamat.
"Sial!, lagi lagi aku gagal melenyapkan nya!," keluh Mastany sembari mengobrak abrik kamar nya.
Ia begitu tak menyangka akan sulit sekali menyingkirkan Petra dari hidup nya.
Tak berselang lama, para murid yang mendengar suara gaduh segera berlari mendekati sumber suara yang tak lain adalah dari kamar Petra.
"Lebih baik aku ikut mereka, dari pada Umma mencurigai aku lagi," ucap Mastany terpaksa.
Saat ia telah kembali berada di tempat kejadian, Mastany begitu tajam menatap Petra dari tengah gerombolan para murid lain nya.
Ia begitu tak suka melihat Petra mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah.
"Katakan pada kami bu, bagaimana ular itu bisa ada di kamar Petra?," tanya salah seorang rekan guru nya.
"La, kami juga tak mengetahui nya?," sahut guru Salwa masih bingung dengan kejadian itu.
Lalu tiba tiba, Mastany dengan licik nya menyebar berita untuk memfitnah Petra.
"Mungkin saja itu ular adalah peliharaan dia sendiri yang ia bawa dari negara asal nya," ucap lirih Mastany ke telinga murid di depan nya yang masih fokus menatap ke arah guru Salwa dan Petra.
"Benar juga, tapi Petra tak mengakui nya karna ia takut akan di keluarkan dari asrama," sahut murid itu tanpa menoleh siapa yang sedang mengobrol dengan nya.
Merasa rencana nya berhasil, ia segera mundur dari gerombolan dan berpindah ke sisi lain dari murid itu.
Tanpa mengetahui berita itu palsu atau benar, ia dengan gampang nya menyebarkan berita itu ke teman di depan nya dan terus menerus menyebar hingga ke barisan gerombolan murid paling depan.
"Mungkin itu ular peliharaan Petra sendiri Umma, tapi ia takut mengakui nya karna takut di keluarkan dari asrama," seru seorang murid membuat para guru serta Petra begitu terkejut.
Nampak setelah nya semua mata menatap ke arah Petra.
Namun guru Salwa masih saja tak percaya mentah mentah dengan dugaan itu.
"Petra?, apa itu benar?," tanya guru Salwa meluruskan berita itu.
"No, aku tak suka ular Umma!," seru Petra sembari terisak isak.
Seketika guru Salwa segera memeluk nya dan menenangkan nya.
Namun tatapan semua murid sudah nampak takut menatap Petra.
"Sudah, sudah!, ular itu sudah mati, kalian bubar sekarang!," seru sang kepala sekolah membubarkan para murid nya.
Mastany pun ikut pergi dari sana dengan perasaan gembira.
Aku telah gagal membunuh mu, tapi aku sudah berhasil membunuh kepercayaan teman teman pada mu, batin Mastany berjalan riang kembali ke kamar nya.
Kenapa semua nya jadi semakin tak karuan, batin guru Salwa semakin bingung dengan setiap kejadian di asrama nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Noviyanti
kasian si petra, padahal dia tidak tahu menahu
2023-02-21
1