Bab 4.

Dalam kurun waktu 2 minggu, kondisi asrama sudah mulai kembali tenang.

Berangsur angsur pembicaraan akan kejadian yang menimpa Petra pun sedikit terlupakan oleh para murid.

Para guru mencoba menghilangkan kekhawatiran dalam diri para murid mereka, mereka semaksimal mungkin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan demi menghilangkan trauma dari kejadian itu, namun tidak di hati para guru.

Tidak ada sehari pun mereka bisa tenang, senyum di bibir mereka hanya untuk menutupi kegelisahan mereka.

Merasa ada yang ganjal dengan kecelakaan yang terjadi pada Petra, pihak sekolah berusaha mencari tahu apa yang sebenar nya terjadi.

"Mustahil ada petasan seperti itu di dalam asrama," keluh kepala sekolah sekali lagi mengadakan rapat tertutup dengan para guru.

"Tapi pihak polisi tidak menemukan bukti lain selain petasan itu," seru seorang guru begitu nampak khawatir.

Pasal nya lokasi asrama mereka terbilang cukup dekat dengan lokasi peperangan meskipun tembok besar di sisi kota masih cukup ampuh untuk melindungi mereka.

"Lalu, apa kata mereka?," tanya guru kelas Petra serta Mastany yang tak ingin kasus yang menimpa salah satu anak kelas nya terus berlarut larut.

"Mereka menduga bahwa Petra lah yang membawa petasan itu dan memainkan nya bu Salwa," ucap kepala sekolah membuat semua guru terkejut.

"La, itu tidak benar!, bahkan Petra sendiri yang mengelak tuduhan itu di hadapan ku!, apakah dia akan sempat berbohong saat kondisi nya seperti itu?," sela guru Salwa tak terima.

Ia mengingat betul raut wajah ketakutan Petra saat diri nya pertama kali siuman di rumah sakit.

Bahkan Petra semakin histeris saat polisi mengintrogasi nya dengan menekan kan semua kesalahan ke arah Petra yang jelas jelas seorang korban.

"Lalu, bagaimana cctv di area kejadian?, kenapa polisi tak mengungkap hasil nya?," tanya guru Salwa kembali.

Namun pertanyaan nya di jawab gelengan kepala oleh sang kepala sekolah.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan, cctv itu sudah rusak akibat sejak dentuman besar peperangan 2 tahun yang lalu, asrama kita masih berdiri pun kita harus banyak bersyukur," ucap seorang guru menenangkan rekan nya.

"Baik!, aku akan cari keadilan untuk murid ku sendiri!, Assalammualaikum," seru Guru Salwa kesal sembari berjalan meninggalkan ruang rapat.

"Kembalilah mengajar, kita tutup pembicaraan ini untuk selama nya," ucap kepala sekolah tak berdaya dengan persoalan itu.

Saat guru Salwa keluar, ia begitu terkejut saat Mastany sudah berdiri di hadapan nya.

"Umma, aku sudah menyelesaikan tugas ku?," ucap Mastany sembari menyodorkan sebuah buku ke hadapan guru Salwa.

"Baiklah, Mastany bisa kembali ke kelas," sahut guru Salwa sembari menyeka peluh di dahi nya.

Ia begitu khawatir jika Mastany mungkin telah mendengar percakapan para guru di dalam sana.

Namun, reaksi Mastany begitu tenang saat itu, ia segera berjalan santai kembali ke kelas nya.

"Mungkin dia memang tak mendengar nya," ucap lirih guru Salwa sembari menghela nafas lega.

Aku tahu semua nya Umma, tapi kalian tak akan bisa membuktikan apapun juga, batin Mastany sembari tersenyum licik masuk ke dalam kelas nya.

 

"Sabah alkhayr jamiean," sapa guru Salwa pagi itu.

Ia begitu sumringah berjalan di depan kelas sembari membawa setangkai bunga dan boneka manis di tangan nya.

Bahkan rasa bahagia pun juga terpancar dari para murid, kecuali Mastany.

Ia sama sekali tak menghiraukan kedatangan guru Salwa, dan hanya fokus pada sketsa yang ia buat.

"Sabah Umma," sahut para murid kecuali Mastany.

"Kalian sudah siapkan bunga untuk Petra?," tanya guru Salwa.

Karna hari itu, guru Salwa berencana akan kembali mengunjungi Petra di rumah sakit.

"Siap Umma!" seru para murid membuat Mastany semakin menekan pensil nya di atas sebuah sketsa bangunan yang sudah hampir selesai ia kerjakan.

"Kalian boleh kumpulkan ke depan, Umma akan sampaikan salam kalian untuk Petra nanti," seru guru Salwa membuat semua murid nya segera berhamburan ke arah nya dengan bermacam bunga dan kado untuk Petra.

Namun, guru Salwa begitu penasaran saat melihat Mastany yang tak bergerak sedikitpun dari tempat duduk nya.

"Mastany?," sapa guru Salwa memutuskan untuk mendekati Mastany.

Akhir akhir ini ia mulai menyadari bahwa sikap Mastany sedikit dingin dan tak banyak bicara.

"Ya Umma," sahut Mastany tanpa senyum sedikitpun.

Sembari tangan nya masih menekan pensil di atas kertas gambar nya.

"Sketsa Mastany sudah selesai?," tanya guru Salwa sembari mencoba duduk di samping nya dan memeriksa tugas sketsa yang sedang Mastany kerjakan.

Tatapan nya berubah menjadi keheranan saat melihat Sketsa kastil tua yang begitu indah namun terdapat banyak coretan tak karuan di atas nya.

"Sangat indah, namun kenapa kau merusak nya?," tanya guru Salwa penasaran.

Bukan Mastany kalau ia tidak merasa puas dengan hasil sketsa nya sendiri.

"La Umma, aku berfikir sketsa kastil sudah ketinggalan zaman, Umma pasti tak menyukai nya, lagi pula sketsa ini begitu buruk, aku tak menyukai nya," ucap Mastany meremas sketsa milik nya dan melemparkan nya ke tempat sampah.

Hal itu semakin membuat guru Salwa tercengang.

"Ya sudah, Umma tunggu sketsa yang bagus dari mu. Boleh Umma tanya sesuatu pada mu?," seru guru Salwa.

"Bunga untuk Petra?, efwan Umma, aku tak sempat membeli nya, lain kali saja," ucap Mastany sembari berjalan pergi meninggalkan guru Salwa karna kebetulan bel istirahat telah berbunyi saat itu.

Sejenak, guru Salwa menatap heran ke arah salah satu murid nya itu.

Kegelisahan mulai menyeruak di benak nya.

Ia lalu teringat bahwa Petra dan Mastany tak pernah terlihat bertegur sapa ataupun dekat selayak nya teman.

Teringat pula perubahan sikap Mastany sejak Petra masuk ke asrama mereka.

Tunggu dulu!, dimana Mastany saat kejadian itu?, batin guru Salwa begitu takut dengan apa yang ada di fikiran nya saat itu.

Nama Mastany kemudian adalah salah satu nama yang di curigai nya sejak saat itu.

Guru Salwa segera melaporkan kecurigaan nya kepada pihak sekolah demi mencari keadilan untuk Petra.

Untuk menghargai guru Salwa yang ingin mencari kebenaran akan Petra.

Kepala sekolah memutuskan membuka penyelidikan kasus itu kembali.

Ia kembali meminta pihak kepolisian untuk mengintrogasi serta menyelidiki kasus itu lagi.

Namun kecurigaan itu dengan mudah nya dapat di patahkan oleh Mastany.

Bahkan ia lolos dari penyelidikan dan interogasi polisi saat itu.

William dan Serril sempat ingin memindahkan Mastany ke asrama lain saat mendapatkan kabar tak menyenangkan itu dari pihak sekolah, mereka begitu marah saat putri mereka di tuduh kriminal oleh guru nya sendiri.

"Putri kami anak baik baik!, kami tak pernah mengajarkan nya untuk menyakiti siapapun!, lebih baik Mastany kita pindahkan ke asrama lain!," seru Serril dengan begitu marah nya di hadapan kepala sekolah.

"La Umma, ini sekolah ku, aku senang belajar di sini, aku akan sukses dari sini, biarkan mereka berfikiran apa saja tentang ku, aku mohon," ucap Mastany dengan air mata palsu nya mencoba menolak ajakan kedua orang tua nya.

"Tapi sayang!," seru William keberatan.

Ia begitu khawatir jika setelah berita itu menyebar, Mastany akan di perlakukan tak baik oleh teman teman nya.

"Efwan pak, ini mungkin cuma kesalahpahaman," ucap kepala sekolah seakan malu dengan tindakan yang telah ia lakukan terhadap Mastany sembari menatap tajam ke arah guru Salwa.

"Mungkin anda bilang!," seru William kesal.

"Efwan pak William, ini semua salah saya, dan saya akan memperbaiki semua nya," seru guru Salwa tertunduk tak berdaya.

Namun dalam hati nya, ia masih tak puas dengan kinerja kepolisian, ia masih yakin ada yang tak beres dalam diri Mastany.

"Ayo kita pulang Abi, jangan buat kegaduhan di asrama Mastany," seru Mastany sembari menggandeng kedua orang tua nya berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah.

Umma, jangan pernah main main dengan ku, dan untuk kau Petra, aku tak akan melepaskan mu meskipun nanti kau tidak kembali ke asrama ini lagi, batin Mastany tersenyum dengan penuh kemenangan.

-----

Efwan( maaf ).

La(tidak).

Umma(panggilan untuk wanita yang lebih tua dari kita, contoh : untuk memanggil ibu guru).

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!