Sejak saat itu, Petra semakin kehilangan respek dari teman teman nya.
Dan semenjak itu, lebih banyak kejadian aneh serta mengancam nyawa nya di setiap hari nya.
Namun bukan nya merasa terancam dan takut, Petra semakin fokus dalam sekolah nya hingga ia menjadi saingan seimbang Mastany di sekolah.
Bahkan Petra membuat posisi nya setara dengan Mastany saat hasil ujian mereka di umumkan tahun itu.
"Asthitnayiyun!, Umma begitu bangga karna ada dua bintang kelas tahun ini," seru guru Salwa begitu senang akan prestasi yang di raih kedua murid nya itu.
Namun bukan raut wajah senang yang di tunjukkan oleh Mastany.
Ia begitu nampak marah dan kesal akan semua itu.
Dalam fikiran nya hanya satu, kehancuran Petra secepat mungkin.
Agar rasa sakit hati nya bisa cepat terpuaskan.
"Congratulation untuk mu," ucap Petra mengulurkan jabatan tangan ke arah Mastany.
"Diam!," teriak Mastany sembari menepis tangan Petra serta membuang buket bunga di tangan nya.
Membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam dan menatap takut ke arah Mastany.
"Jangan coba coba bersikap manis di hadapan ku!, aku kenal betul siapa dirimu melebihi orang tua mu sendiri!," sentak Mastany membuat guru Salwa takut ucapan kasar Mastany mempengaruhi mental dan perilaku murid murid nya yang lain.
"Cukup Mastany!, sekarang kembali ke kamar mu dan renungkan kesalahan mu itu!," seru guru Salwa malah di balas tatapan menakutkan dari Mastany.
"Kenapa Umma?, apa Umma tak terima murid kesayangan Umma ini aku bentak?," seru Mastany membuat guru Salwa semakin khawatir dengan perilaku buruk Mastany.
"Cukup Mastany!, omong kosong apa ini!, jika kau tak diam dan menurut, Umma bisa mencabut hasil ujian mu tahun ini!," ancam guru Salwa membuat Mastany kecewa.
Demi seorang Petra, guru Salwa berani meremehkan nya, bahkan ia tak tahu apa yang sudah di alami Mastany di masa lalu karna ulah Petra.
"Aku berhasil di tahun ini karna hasil kerja keras ku sendiri Umma, dan Umma tega berucap seperti itu pada ku?," keluh Mastany sedikit membuat guru Salwa terenyuh, apa lagi saat melihat air mata kekecewaan mengalir di mata Mastany.
"Efwan Mastany, Umma hanya tak ingin kau bersikap kekanak kanak kan seperti ini, Petra juga teman mu, dia juga bekerja keras dalam ujian ini" sahut guru Salwa membuat Mastany berlari keluar dari kelas sembari membuang penghargaan tahunan nya.
Dia jelas begitu tak suka pada ku, apa mungkin kecurigaan Umma benar tentang dia?, dan tentang semua masalah yang menimpaku di asrama itu karna perbuatan nya?, batin Petra mulai berhati hati terhadap teman se asrama nya itu.
Lambat laun kecurigaan Petra terhadap
Mastany semakin kuat dan mendasar akan semua kesialan nya yang terjadi di asrama.
Namun ia memilih untuk diam demi mencari tahu alasan di balik sikap tak biasa Mastany
pada nya.
Ia begitu yakin, semua yang terjadi pasti ada alasan nya, dan itulah yang harus ia cari tahu.
Hingga sejak saat itu hubungan kedua nya yang renggang mulai nampak di mata semua orang.
"Kau mau kemana?," tanya Petra saat ia memasuki Perpustakaan pagi itu, dan Mastany yang melihat nya pun malah memilih untuk pergi dari sana.
"Kenapa kau begitu suka mencampuri urusan orang lain?, apa itu sudah sifat yang di turunkan orang tua mu pada mu?," sahut Mastany segera di hadang oleh Petra.
Petra begitu kesal saat orang tua nya di sangkut pautkan dalam masalah mereka yang ia sendiri tak tahu masalah apa itu.
"Jangan bawa my parents, you understand!," seru Petra dengan cukup keras hingga membuat pengurus perpustakaan segera bergegas mencari guru Salwa untuk melerai mereka.
"Percuma bicara dengan mu!, kenapa kau tak pulang saja ke negara mu?, tanah ini begitu tak suka dengan rambut pirang seperti mu," seru Mastany membuat Petra semakin kesal.
Namun ia masih mencoba mengendalikan amarah nya saat itu.
Ia akan mencoba mengingat selalu alasan nya masuk ke asrama itu.
Bukan untuk mencari musuh, melainkan untuk menjadi seorang arsitek ternama di masa depan.
"Sudahlah Mastany, aku ke sini hanya untuk membaca sebuah buku," ucap Petra mencoba menghindar dari pertengkaran yang mungkin akan terjadi di antara mereka.
Namun kali ini, langkah kaki Petra lah yang di hentikan oleh Mastany.
Dengan tatapan kesal, Mastany langsung menarik rambut pirang Petra dan mencoba meraih gunting dari tas nya.
Membuat semua murid yang ada di sana berlari ketakutan keluar dari perpustakaan.
Mungkin kejadian seperti itu baru pertama kali mereka lihat selama mereka hidup.
"Lepaskan!, apa yang ingin kau lakukan?," seru Petra mulai merasa takut.
Ia tak menyangka, Mastany lebih brutal dari perkiraan nya.
"Rambut pirang ini lebih baik di potong habis!, kau tidak akan tahu bagaimana rambut ini membuat lelaki buta dengan segala hal nanti nya!," sentak Mastany membuat Petra heran mendengar nya sekaligus merasa semakin ketakutan di buat nya.
Bicara apa dia?, apa yang begitu membuatnya terobsesi menyakiti ku?, batin Petra mencoba melepaskan rambut nya dari genggaman Mastany.
Saat gunting itu hampir memotong rambut Petra.
Guru Salwa datang dan melempar gunting itu sejauh mungkin.
"Apa apa an ini Mastany!," tegur guru Salwa tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Bahkan kepala sekolah yang datang bersama guru Salwa begitu tertegun saat melihat sisi lain dari Mastany saat itu.
"Ini semua sudah kelewatan!, semua ini kriminal Mastany!," sentak guru Salwa sudah begitu lelah dengan permasalahan itu.
"Bela saja Petra sampai puas Umma, aku tak apa," ucap Mastany berjalan santai meninggalkan area perpustakaan.
"Mastany!," seru guru Salwa namun tak di hiraukan oleh Mastany.
Ia terus berjalan tanpa henti menuju kamar nya.
"Kau tak apa Petra?," tanya guru Salwa mencoba memeluk Petra yang menangis saat itu.
"Kenapa dia begitu membenci ku Umma?, why?," tanya Petra begitu tertekan.
"Selesaikan ini bu Salwa, tenangkan dia, setelah itu aku tunggu kau di ruangan ku, ini semua harus kita bicarakan," bisik kepala sekolah meninggalkan guru Salwa berdua dengan Petra.
Perdebatan di antara Mastany dan Petra semakin sering terdengar di dalam asrama.
Dan bisa di tebak, Mastany lah yang sering lepas kendali setiap perdebatan mereka terjadi.
Sejak saat itu, Petra dan Mastany seakan semakin di jauhi teman teman nya.
Mereka berada di asrama tanpa memiliki kawan satu pun.
Sehari hari nya mereka hanya habiskan untuk belajar tanpa berinteraksi dengan murid yang lain tanpa mengeluh.
Hingga Mastany dan Petra di pisahkan kelas serta bilik asrama demi menekan perdebatan di antara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Noviyanti
bunag untuk mastany
2023-02-21
1