Saat Mastany sudah merasa puas berada di puncak karir nya lagi, ia mulai berfikir untuk fokus menyelesaikan misi balas dendam nya.
Awal nya ia mencari jejak Petra teman satu asrama nya dulu, namun itu semua nihil.
"Kenapa tidak ada catatan apapun atas nama Petra?, coba carikan lagi, murid asrama di tempat ini 22 tahun silam," seru Mastany ke petugas administrasi Asrama tempat masa kecil nya dulu.
"Efwan Ukhti, aku sudah memeriksa nya lebih dari 5 kali, dan tidak ada catatan alumni bernama Petra di sini," ucap pegawai itu membuat Mastany begitu nampak jengkel dan marah.
"Dia baru 2 tahun bekerja di sini Mastany, jangan berniat untuk memarahi nya," seru sebuah suara dari arah belakang, yang membuat kata kata kasar yang ingin Mastany lontarkan menjadi urung ia ucapkan.
Nampak seorang wanita berumur sekitar 70 tahun nan berjalan pelan mendekati Mastany.
"Kepala sekolah, apa ini semua ulah mu?," seru Mastany berkacak pinggang menatap nya.
Walaupun wajah nya sudah keriput dan badan nya sudah tak tegap lagi, Mastany masih mengingat jelas sosok wanita yang kini berdiri di hadapan nya itu.
"Bisa kita berbicara di ruangan ku?, punggung ku sudah tak tahan jika harus berdiri terlalu lama," ucap kepala sekolah sembari mencoba meregangkan tubuh nya se rileks mungkin.
Melihat sang kepala sekolah yang mencoba mengulur ngulur waktu, Mastany segera menarik sebuah kursi tamu dan mempersilahkan kepala sekolah untuk duduk.
Ia tak berniat untuk menginjakkan kaki nya lagi di ruangan kepala sekolah.
"Terima kasih," ucap sang kepala sekolah mencoba mengistirahatkan punggung nya.
"Kau terlalu membuang buang waktu ku kepala sekolah," keluh Mastany tak suka.
Ia begitu tak menghormati sang kepala sekolah, padahal di kenyataan nya, Mastany sangat ramah dan mudah sekali bersosialisasi dengan para lansia serta rekan kerja nya.
Entah kenapa sikap nya begitu berbeda kepada kepala sekolah.
"Petra sendiri yang meminta catatan nya di hapus Mastany," ucap kepala sekolah menghela nafas panjang saat mengingat permintaan Petra 22 tahun silam.
"Permintaan macam apa itu?," seru Mastany tertawa meledek.
"Kau gadis pintar Mastany, jangan berlagak kau tak tahu alasan Petra melakukan itu," ucap sang kepala sekolah menatap tajam ke arah Mastany.
"Kau benar, dia terlalu takut jika nanti aku mencari keberadaan nya, benar bukan?, sial!" sahut Mastany merasa kecewa karna yang ia cari ternyata sudah mempersiapkan semua nya sejak lama.
"Kau tahu Mastany, hingga aku tua seperti ini, aku masih penasaran, kenapa kau begitu membenci Petra?," seru Kepala sekolah membuat Mastany memegang erat kedua sisi kursi tamu dan mencoba mendekatkan bibir nya ke telinga sang kepala sekolah.
"Di masa lalu dialah yang membunuh ku, dan di masa sekarang dia yang harus mati di tangan ku," bisik Mastany segera pergi dari sana.
Sementara Kepala sekolah masih ternganga tak percaya dengan apa yang di ucapkan Mastany kepada nya.
"Nini!, Nini tak apa?, mari aku bantu kembali ke ruangan Nini," seru sang pegawai administrasi saat melihat kepala sekolah seakan begitu syok nya hingga nafas nya kembang kempis tak karuan.
"Ternyata takdir menginginkan ku untuk mencari mu terlebih dulu Yossep," ucap Mastany sembari terus melangkah kan kaki nya meninggalkan bangunan asrama.
Akhir nya pencarian Mastany di mulai kembali, dengan mengunjungi kastil yang ia pernah rancang 300 tahun silam.
Dari sana ia mulai menelusuri jejak keturunan dari Yossep dan Kristani.
Sebelum itu, ia harus berperang dengan perasaan dalam diri nya sendiri sebelum ia membulatkan tekad untuk benar benar memulai tahap pembalasan dendam nya.
Kastil itu sebenar nya masih berdiri di dalam satu wilayah negara Suriah.
Artinya, jika Mastany mau, Mastany sudah bisa mengunjungi kastil itu sejak ia masih kanak kanak.
Terlebih kabar angin mengatakan, Kastil itu sudah di alih fungsikan sebagian gedung nya menjadi sebuah museum Kastil kuno.
Namun Mastany tak mau mendekati nya sama sekali, bahkan saat Abi dan Ummi nya mengajak nya berkunjung ke museum itu.
Mastany juga akan segera menolak saat asrama menjadwalkan kunjungan belajar mereka ke Kastil yang penuh kenangan buruk nya itu.
"Hai kastil, apa kau merindukan ku?," ucap Mastany yang kini sudah berdiri di halaman kastil.
Memori masa lalu nya segera terulang di depan mata nya.
Momen kebersamaan nya dengan Yossep, pertunangan, pernikahan, bahkan saat malam kelam pembunuhan nya terjadi.
Kini Kastil itu begitu nampak ramai, Mastany mencoba berjalan dengan mantap menapaki setiap anak tangga yang akan membawa nya masuk ke ruang utama Kastil.
Bersamaan dengan langkah kaki semua orang, Mastany mencoba berbaur di tengah tengah mereka.
Ia tak mau sendirian, ia takut saat ia melangkah sendirian ia akan berlari pergi dan kembali takut akan bayangan masa lalu nya.
Jeritan nya di malam maut itu masih menggema begitu jelas di telinga nya.
Bahkan suara gemuruh para pengunjung saat itu sampai tak ia dengar sedikitpun.
Memori nya masih berpusat pada ingatan masa lalu nya.
"Sial!," keluh Mastany mencoba lebih tegar dan kembali meneruskan langkah kaki nya menyusuri area Kastil.
Ia berusaha memalingkan muka nya dari setiap foto Yossep dan Kristani yang memenuhi setiap sudut Kastil.
Bahkan ia begitu di buat kesal saat melihat bahwa ornamen, hiasan dinding dan furniture nya begitu bernuansa Eropa, yang begitu jauh berbeda dengan tatanan dan pilihan Mastany dahulu.
Begitu cinta nya kau pada wanita jal*ng itu Yossep, batin Mastany kesal sembari mengepalkan kedua tangan nya.
"Permisi Ukhti, ada yang bisa saya bantu?," sapa seorang pemandu tur membuyarkan fokus nya.
"Kastil ini begitu bagus, aku sampai tak berkedip memandang nya. Jika aku boleh tahu, siapa pemilik kastil ini sekarang?," seru Mastany mencoba mengorek informasi dari sang pemandu tur.
"Keturunan ke 7 dari Marga Kristos Ukhti, Tuan Albert Kristos," ucap pemandu tur membuat tatapan Mastany mengarah ke arah foto yang terlihat masih baru di Kastil itu.
"Apakah dia?," tanya Mastany penasaran sembari menunjuk ke arah foto besar yang terpajang di aula utama.
"Benar Ukhti," sahut pemandu tur tanpa merasa curiga sedikitpun kepada Mastany.
Ia bersikap ramah selayak nya kepada setiap pengunjung yang datang dan bertanya pada nya.
"Apakah dia sudah menikah?," tanya Mastany berharap sasaran nya itu belum berkeluarga.
Karna akan sulit bagi nya untuk menghancurkan Albert jika ia sudah memiliki keluarga.
Bahkan Mastany begitu malas jika harus bertengkar dengan seorang wanita dan di cap sebagai seorang perebut suami orang.
"Tuan Albert belum menikah Ukhti," sahut pemandu tur membuat peluang Mastany terasa terbuka lebar.
"Baiklah kalau begitu, aku permisi, aku masih ingin menikmati keindahan Kastil ini," ucap Mastany mulai mencoba menelisik area Kastil semakin masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Noviyanti
hati2 mastany, kamu dendam sama keturunan si yosep.. bisa2 nanti jatuh cintrong
2023-02-25
1