Suasana pagi yang cerah dengan sinar mentari yang mulai menyapa segala aktivitas makhluk yang ada di bumi, dengan tidak sabar Agam segera menghabiskan sarapan paginya hari ini dia juga harus berangkat pagi ke sekolah mengingat pagi ini juga ada Dosen yang begitu disiplin, selain itu Agam berkeinginan untuk bisa masuk ke dalam perpustakaan, Agam ingin membaca Buku-buku lama siapa tau di dalam perpustakaan ada yang bisa membuat Agam menemukan titik terang tentang kejahatan orang dimasa lalu.
Seperti biasa nya Agam selalu mencium tangan kanan sang Ibu sebelum berangkat ke kampus.
Dengan sangat riang dan dengan wajah yang segar Agam segera mengeluarkan Motor buntutnya tapi lagi-lagi Agam dibuat heran dengan ulah beberapa temannya.
Kali ini bahkan Agam susah payah menelan ludahnya ketika melihat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di halaman Rumah nya, Agam sangat hafal mobil siapa yang sedang berada di halaman Rumah nya itu.
"Dito.!" lirih Agam dalam hati."mau apa anak itu kesini, sudah benar lewat jalur sana ngapain lewat jalur jauh begini.
Dengan senyum tersungging dibibir Dito keluar dari dalam mobil mewahnya, Agam hanya menatap Dito dengan pandangan mata bingung.
"Tumben kesini, ada apa? tanya Agam penasaran karena Dito justru menemui dirinya disaat dia akan berangkat sekolah.
" Masuk dan ikut Aku, "tawar Dito tanpa basa mengajak Agam untuk masuk kedalam mobilnya.
"Memangnya ada apa, sepertinya serius sekali, apa kamu tidak mau masuk dulu, "tawar Agam pada Dito.
" Tidak, ayo masuk kita berangkat sekarang saja. "Ajak Dito memberikan pendapat, tanpa menolak dan tanpa banyak bicara lagi Agam langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Dito, akan tetapi ketika mobil hendak dikemudikan dan hendak melaju meninggalkan rumah Agam tampak sebuah mobil berwarna putih tiba-tiba Menghadang Jalan mereka secara otomatis Dito
Langsung menginjak rem secara mendadak.
"Ciiiiittttt… .!
"Astaga itu cewek bener bener tidak punya ahklak, ngapain juga dia tiba-tiba nonggol di depan mobil ku, " Sungut Dito kesal, melihat sebuah mobil yang sudah sering dia lihat dan bahkan dihafal siapa pemiliknya tiba-tiba berhenti Menghadang jalannya yang mana pemilik mobil itu tidak lain dan tidak bukan adalah Fellisa, bukan hanya Dito akan tetapi Agam pun sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Fellisa yang tiba-tiba berada di depannya.
"Apa apaan itu Anak, "
"Sudah kamu turun saja Gam, tanya mau apa dia tiba-tiba menghadang jalan kita, Beruntung aku pandai menyetir sehingga aku bisa dengan sigap menginjak rem apabila aku tidak berpengalaman sudah pasti mobil itu sudah aku tabrak dan pasti sudah peyook jadinya.
Dengan cepat Agam segera membuka pintu mobil dan keluar, langkah kakinya yang tegap langsung menghampiri Sangat pengemudi mobil yang tidak lain adalah Frllisa.
"Mau apa kau kesini? "
Frllisa mencoba tersenyum meskipun hatinya sakit dan geram.
" Kita berangkat bareng yuk? "ajak Fellisa pada pada Agam yang langsung melongo mendengar ajakan dari gadis galak yang tiba-tiba datang ke rumah nya.
Tidak ada hujan tidak ada angin, kenapa gadis menjengkelkan ini menawari pergi bersama, pasti ini ada alasannya tidak mungkin secara tulus mengajaknya untuk berangkat bareng, gadis seperti Fellisa perlu di curigai setiap kebaikan nya, mungkin dia juga memiliki sifat sama jahatnya dengan orang yang dipanggilnya Papa, mereka memang keluarga brengsek, "dengus Agam dalam hati.
"Aku sudah dijemput Dito tidak usah,terimakasih."
"Tapi Agam, Aku ingin kita berangkat bersama."
Agam berjalan mendekati Fellisa dan lebih dekat hingga jarak pandang keduanya hanya berjarak limabelas sebtimeter.
"Dengar, Aku tidak suka bermain sandiwara jadi cepatlah katakan alasanmu datang kesini, karena Aku tidak sudih satu mobil dengan mu. "
"Deg… !" Jantung Fellisa seolah berhenti berdetak dia benar-benar tidak menyangka jika sekarang Agam sudah sangat berani bersikap dingin dan kasar padanya, terlihat sekali ada segurat kebencian disana,Fellisa menggigit salivanya hatinya benar-benar kesal, andai bukan karena rasa terima kasih mungkin Fellisa juga tidak akan sudih datang menemui Pemuda miskin yang sangat menyebalkan itu.
Melihat Fellisa diam Agam memainkan alis mata tebalnya naik ke atas.
"Kenapa diam, jawablah, Aku tidak memiliki banyak waktu. " desak Agam pada Fellisa yang justru diam terpaku.
Seolah tersadar dari pengaruh suatu hipotesis Fellisa segera mengembangkan senyuman nya.
Agam yang melihat itu semakin kesal, ingin rasanya memaki gadis yang ada didepan nya tapi Agam tidak enak karena disini juga sedang ada Dito temannya.
Fellisa sendiri yang sangat kesal dengan sikap Agam berusaha tenang dan tidak mau ambil pusing dengan sikap Agam yang kali ini super dingin tidak seperti biasa nya bahkan seolah olah bukan pemuda yang selalu diam jika dia bully terlebih berhadapan dan berdekatan secara langsung membuat Fellisa dapat melihat dengan jelas jika cowok yang ada di depan nya ternyata cukup tampan.
"Ada yang ingin Aku bicarakan, jadi untuk kali ini Aku mohon kamu mau berangkat bareng Aku," tawar Fellisa sungguh sebenarnya hatinya ogah dan tidak sudi meminta pada orang untuk berangkat bersama nya bagaikan seorang pengemis.
Untuk sesaat Agam menoleh kepada Dito yang terlihat jelas sedang menunggu nya dan seolah memahami Dito menganggukkan kepala.
"Baiklah, Ayo;" seru Agam dingin pada Fellisa.
Dengan sangat terpaksa Fellisa tersenyum meskipun hatinya sangat memberontak dan ingin memaki-maki pemuda sok jual mahal yang ada di depannya.
Ketika kedua nya sudah berada di dalam mobil.
"Kamu yang mengemudikan mobilnya ya?"seru Fellisa pada Agam yang mana langsung membuat kedua bola mata Agam membulat seketika.
" Iish, mengapa memandangku dengan pandangan horor begitu, aku kan cuma meminta kau yang mengemudikan mobilnya." Seru Fellisa mempertanyakan tatapan mata Agam yang begitu intens.
Dengan kesal dan dongkol Agam turun dari mobil.
"Ogah banget bergeser bergantian sudah pasti nanti bisa disentuh tangan haram gadis anak sang pembunuh itu."gumam Agam dalam hati.
Kembali Fellisa menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan, hatinya sungguh sakit dan kesal tapi apa daya semua dia lakukan demi ingin mengucapkan rasa terimakasih,pada pemuda yang telah menolong nya.
Tidak menunggu lama setelah melambaikan tangan pada Dito memberi isyarat jika saatnya untuk berangkat, Agam melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
Entah mengapa suasana seperti ini tiba tiba-tiba membuat jantung Fellisa berdegup dengan sangat kencang, tujuan nya yang ingin mengucapkan rasa terimakasih tiba-tiba pudar berganti dengan irama jantung yang tak karuan, Fellisa melirik sekilas pengemudi mobil yang ada di sampingnya sambil menggigit salivanya, ternyata untuk sekedar meminta maaf pada Pemuda yang sering dia bully itu tak semudah bayangan nya, buktinya kini dirinya dalam kebingungan mengatur kata-kata.
Fellisa berdehem kecil untuk menarik perhatian Agam, tapi sayangnya pemuda itu sudah berubah seratus delapan puluh derajat dari biasanya, dingin dan cuek bahkan seolah olah dirinya sedang sendirian di dalam mobil.
Fellisa kembali mencebik kesal dalam hati, karena Agam yang sekarang seperti nya telah berubah, dengan gugup dan sangat ragu-ragu akhirnya Fellisa mencoba berbicara.
"Agam! "seru Fellisa lirih.
" Hmm..!
"Ck, sombong sekali dia ditanya jawab nya hanya begitu," umpat Fellisa dalam hati, andai bukan karena terpaksa dan karena ada rasa bersalah sudah barang tentu Fellisa ogah duduk berduaan dengan pemuda yang selalu menyebalkan.
"Aku mau bicara."
Agam mengagungkan kecil kepalanya, hal itu semakin membuat kesabaran Fellisa harus diuji.
Fellisa menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan.
. "Sabar-sabar, Aku harus sabar menghadapi kulkas tujuh pintu ini, " Gumam Racelia dalam hati menyemangati dirinya sendiri.
"Agam, Aku mau, __
"Issh, kenapa sulit sekali untuk memulai percakapan, dan cowok sombong itu dia begitu tentang dan tidak peduli.
" Hei.. Agam, Aku mau bicara padamu, kenapa kamu diam saja, bukan lah kamu bilang kamu itu cowok yang memiliki ahklak dan etika. "
Mendengar celotehan Fellisa Agam menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan.
"Bukankah kamu mau bicara, langsung saja ngomong tunggu apa lagi Aku punya dua telinga dan semua masih normal jadi jangan khawatir Aku pasti dengar semua ucapan kamu, "jawab Agam yang langsung membuat kedua pipi Fellisa memanas seketika.
" ini, cowok benar-benar tidak tau apa Aku lagi kebingungan memulai kata kata seenaknya saja tinggal bilang, " Geram Fellisa dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments