Bab. 17.TERSENYUM

Perkataan dan hinaan Fellisa yang sangat pedas benar-benar membuat Agam mati matian mengontrol emosi nya, terlebih gadis itu berani membawa bawa pekerjaan dari orang tuanya, sungguh kesabaran nya sebagai seorang anak manusia telah di uji.

Kemarahan Agam yang diam-diam dia pendam tiba-tiba muncul begitu kuat, ketika ingatan tentang Wajah dari Papa Fellisa yang memiliki gelang perak berbentuk melingkar dengan tanda bintang di tengahnya.

"Siapa laki-laki itu apa benar laki-laki itu adalah orang yang sama dengan orang yang telah membunuh keluarga ku, Aku harus mencari tau akan hal ini dan untuk itu Aku harus bisa bersabar dalam menghadapi sikap Fellisa yang sangat menyakitkan karena Aku membutuhkan informasi darinya. " gumam Agam dalam hati.

Untuk merendahkan emosi dan amarahnya Agam berkali-kali menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan.

"Agam... kenapa lo disini, ayo masuk sebentar lagi kan Dosen galak itu datang jangan sampai kita dapat hukuman darinya. " ajak Dito yang tiba-tiba sudah berada di dekat Agam dengan menenteng buku di tangannya.

"Kamu sudah datang, "

"Aku sudah datang dari tadi cuma Aku lagi ke ruangan sebelah ada sepupuku yang baru masuk dia baru pindah dari kota banyuwangi, Nanti Aku kenalin ke kamu, sekarang Ayo masuk, " ajak Dito pada Agam yang langsung mendapatkan anggukan.

Agam dan Dito mulai berjalan menyusuri koridor beberapa ruangan yang ada di tempat itu sebelum sampai pada ruangan kampusnya.

Ketika Agam dan Dito masuk kedalam Ruangan lagi lagi Fellisa mulai berkicau bagaikan burung beo yang kelaparan, entah apa maunya gadis itu tidak bosan bosan nya mencibir dan mencela Agam.

"Aduh... aduh yang habis traktir teman bestie nya pakai uang Papa pasti lagi happy banget semakin di lengketin aja tuh anak penjahit. "

"Fellisa...! bicara apa kamu? "seru Dito yang tersulut emosi karena ucapan dari gadis itu yang sungguh sangat membuat panas telinga.

" Sudah, Dit, tidak usah diladenin, tuh anak, "

"Tapi dia kelewatan bicara, dia benar-benar gadis setan, " sungut Dito kesal.

"Sudahlah, jangan buang buang energi hanya untuk mendengarkan Beo bicara. "

"Hahaha, benar dia kayak burung beo yang berkicau itu, "

Fellisa mendelik mendengar perkataan dari Agam yang cuma sedikit akan tapi rasa sakitnya sudah sampai ke ubun ubun kepala.

Dito tersenyum puaas ketika melihat raut wajah Fellisa yang merah padam menahan marah, karena Fellisa bukanlah tipe gadis yang bisa memendam amarah dengan sangat emosi Felisa bangkit dari duduknya kemudian berniat untuk berjalan mendekati tempat duduk Dito dan Agam, yang mana kedua orang itu sudah sempat membuatnya sangat marah akan tetapi keinginannya harus ditunda dikarenakan dosen sudah memasuki ruangan kelas yang mana mau tidak mau Akhirnya Fellisa duduk kembali sambil mendengus dengan kesal.

Ketika Dosen sudah berdiri di depan kelas dan sudah memberikan materi pelajaran nya dimana para siswa mulai sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing Agam maju kedepan.

Agam yang maju ke depan dengan tiba-tiba tidak lepas dari tatapan dan pandangan mata Fellisa yang kala itu Fellisa mengernyitkan dahinya, dia tidak habis pikir dan tidak mengerti mengapa Agam tiba-tiba maju ke depan di mana semua para siswa dan siswi sedang sibuk mengerjakan tugas materi yang baru saja diberikan oleh Bapak dosen.

"Hei, Mir lihat, ngapain tuh Agam maju kedepan? " ucap Fellisa dengan suara yang sangat perlahan dia sengaja mengecilkan suaranya dikarenakan Fellisa tidak ingin suaranya di dengar oleh Dosen galak yang ada di depan nya.

"Mungkin, Agam mau bertanya pasti ada yang tidak dia mengerti untuk itu Agam bertanya. " jawab Mira yang juga tidak kalah lirihnya.

"Agam bukan tipe cowok bodoh mana mungkin bertanya, "

"" Kalau itu mana Aku tau Fell sudah Aku mau ngerjain tugasku dulu, kamu tau kan kita tidak bisa terlambat semenit pun untuk mengumpulkan jadi kalau telat bis tau sendiri pasti kita akan mendapatkan hukuman."

"Kamu benar, ya sudah Ayo kita kerjakan, "

Fellisa dan Mira pada akhirnya mengerjakan tugas mereka masing-masing, sementara Agam dengan santun mengucapkan salam pada Bapak dosen yang ada di depan nya.

"Permisi Pak, maaf mengaggu, "

Melihat Agam yang sudah berdiri di depan nya dan mengucapkan salam membuat Bapak Dosen mengeryitkan dahinya.

"Ada apa? "

"Begini Pak, saya mau menyumbangkan uang ini, " Agam segera mengeluarkan uang lembaran berwarna merah sekitar lima lembar kepada Bapak Dosen.

Bapak Dosen sedikit bingung dengan sikap Agam yang tiba-tiba menyumbangkan uang.

"Ini, apakah kamu tidak lebih membutuhkan, biaya Kuliah itu sangat mahal apa tidak lebih baik kamu pakay untuk dirimu sendiri. "

"Tidak, Pak itu uang Rejeki yang dikasih orang pada saya tapi saya tidak membutuhkan nya untuk itu biarkan uang ini untuk keperluan kampus."

"Baiklah, kamu memang anak baik sekarang duduk lah dan kerjakan tugasmu, "

"Baik, Pak. "

Agam kembali ke tempat duduknya, dimana ketika Agam berjalan ke tempat duduknya tak lepas dari pandangan dan tatapan mata dari Fellisa, Agam yang menyadari dirinya sedang ditatap sengaja membalas tatapan Fellisa sambil tersenyum, membuat Fellisa megenuk ludahnya.

Bukan buta dan tidak tau apa yang sudah Agam lakukan Fellisa kini baru menyadari jika uang pemberian dari papanya Agam berikan pada sekolah yang sengaja Agam sumbangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!