Bab. 12.TERKEJUT

Diam itu emas itulah kata-kata yang sering diucapkan dan di sehatkan sang Ibu yang sudah lama mengasuhnya.

Pandangan mata Agam yang lurus kedepan tanpa memperdulikan apa yang dilakukan penumpang cantik di samping nya, membuat si penumpang cantik Fellisa semakin kesal.

"Ciiit… .. . !"bunyi rem yang diinjak secara mendadak.

"Fellisa, apa yang kau lakukan? "Agam bertanya dengan panik pasalnya stir mobil yang dia pegang dirampas langsung, kemudian Rem bawah di injak dengan mendadak.

" Aku itu sedang bicara, dari tadi kenapa kamu cuek dan dingin."

"Apa penting menjawab pertanyaan dari orang yang mulut nya kayak ember. "

Mendengar perkataan dari Agam yang sangat membuat telinganya panas membuat Felisha menatap Agam dengan Tatapan yang sangat tajam dan intens tapi dengan tenang akan menyebarkan dan menepis tangan perisa yang kala itu merampas setir mobil dan menginjak rem.

"Jangan konyol seperti anak kecil Aku tidak punya banyak waktu meladeni bualanmu diam dan jangan menggangguku, karena Aku tidak akan segan segan menurunkan mu disini.

" Baiklah, tapi jawab dulu pertanyaan ku dari mana kamu tau Aku ada di Rumah Roy dan bagaimana kamu tau kalau Aku ada di kamar atas. "

"Apa itu penting untuk Aku jawab, "

"Cuih, benar benar ini orang sombong, sudah tepat dia tidak perlu diajak bicara baik baik menyebalkan, " Geram Fellisa dalam hati.

"Tentu saja penting karena jika tidak penting mana Aku sudah bertanya. "

Untuk sesaat Agama terdiam, dia ingin bicara jujur akan tetapi Agam berpikir pasti Fellisa akan sangat bawell bertanya dan bertanya lagi, sementara Agam tidak ingin sama sekali berbicara tentang apapun hatinya benar-benar merasa sangat kesal karena Waktunya beristirahat dan pulang dia harus mengantar Felisha pergi ke bandara untuk menjemput Papanya.

"Hal itu kita bahas besok saja Aku malas untuk bicara, "

"Apa Malas, cuma tinggal bicara kamu bilang malas dasar egois, orang bertanya baik baik itu harus nya di jawab. "

"Sayangnya Aku tidak mau menjawab, "

Mendengar perkataan Agam kini Fellisa banyak diam sudah lelah dia bicara dan bertanya akan tetapi orang yang diajak bicara sungguh tidak memiliki perasaan.

Sepanjang perjalanan Fellisa tidak banyak bicara lagi,hingga mobil sudah memasuki bandara, Fellisa turun dari dalam mobil kemudian berjalan menuju Ruang tunggu, sementara Agam menunggu di luar bandara menunggu di depan mobil.

Sengaja Agam menyuruh Felisha untuk menjemput Papanya sedangkan dirinya menunggu luar mobil.

Cukup lama, sekitar satu jam Agam menunggu barulah Papa yang di jemput sudah terlihat, sosok laki-laki bertubuh tinggi dan kekar, dengan kacamata hitam menutupi wajahnya, berjalan dengan santai di samping Fellisa.

Sangat terlihat jelas jika Fellisa sangat manja padanya, terbukti Fellisa bergelayut manja di lengan kekar milik laki-laki yang tak lain adalah Papanya.

Sedangkan tangan yang satu, laki-laki itu menarik sebuah koper kecil di tangan kirinya.

"Papa ayo masuk, Hei Agam, cepat bantu bawa masuk koper Papa ke bagasi, kemudian kemudikan mobilnya, kami sangat lelah, aku dan Papa ingin segera tiba di Rumah." Perintah fellisa pada Agam.

Tanpa menjawab Agam segera mengambil koper dan mengemudikan mobilnya, setelah memasukkan koper milik Papa Fellisa kedalam bagasi, dalam perjalanan tak henti-hentinya Fellisa bicara dengan manja pada Papa kesayangan nya, sesekali Agam mencoba mengintip wajah mereka berdua yang duduk di bangku belakang melalui kaca spion.

Diam-diam Agam mengulum senyum melihat tingkah manja dari Fellisa, tidak menunggu lama sekitar dua jam perjalanan akhirnya mobil pun sampai di halaman depan Rumah Fellisa.

"Papa ,ayo turun aku ingin segera tau hadiah apa yang Papa bawa untuk ku kali ini." cicit Fellisa dengan bibir dikerucutkan.

" Sabar, Fellisa. Nanti juga tau."ucap sang Papa sambil mengacak dengan gemas rambut Fellisa.

Agam membantu mengambil dan memasukkan koper ke dalam Rumah, Agam benar-benar bagaikan pelayan mereka di Rumah itu, meskipun terasa kesal dan jengkel demi menghormati Ibu Fellisa yang baik,karena beliau salah satu pelanggan tetap Ibunya dalam menjahit kan baju, terpaksa Agam menerima. dan lakukan.

Setelah semua sudah berada di dalam Rumah Agam berniat undur diri setelah mendapatkan izin dari Ibu Fellisa.

"Terimakasih, Nak Agam Maaf, Tante selalu merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, tante jangan sungkan."

"Fellisa, tolong antar Agam kedepan Mama sudah memanggilkan taksi untuk nya."

"Agam sudah gede, biarkan saja Mam, Fellisa mau melihat oleh-oleh yang dibawakan Papa untuk ku."

"fellisa…!ini cuma sebentar Nak,"

"Tidak usah Tante, saya bisa pulang sendiri." Tolak Agam benar-benar dengan lembut.

"Baiklah, kalau begitu hati-hati ya dan terimakasih, sudah membawa Fellisa pulang."

"iya, Tante, sama-sama." Jawab Agam dengan santun, kemudian Agam melangkah keluar pintu, tapi belum juga kaki Agam berada di luar, tiba-tiba sebuah suara berat menghentikan langkah kakinya.

"Tunggu, anak muda… ! "

Suara berat yang ternyata milik Papa Fellisa, entah mengapa laki-laki paruh baya itu menghentikan langkah kakinya, mungkin ada yang ingin dia perintahkan atau suruh padabya , pikir Agam dalam hati.

karena papa Fellisa hanya tahu jika dirinya hanya lah seorang pembantu di keluarga Fellisa karena dirinya datang dan memperkenalkan diri sebagai sopir Fellisa

"paman memanggil saya." Tanya Agama Ragu-ragu."

Laki-laki itu pun mengulum senyum, sambil mengangguk.

"Ini, Aku ada sedikit hadiah untukmu,"

Dengan sedikit ragu Agam menerima hadiah yang diberikan laki-laki paruh baya yang ada di depan nya dengan mengulurkan tangan.

"Uang..!untuk apa paman? tanya Agam sambil menatap lembar uang berwarna merah.

" Ambilah itu untuk mu,"

"Tidak, terimakasih."ucap Agam berusaha menolak dan mengembalikan uang yang diulurkan ke padanya.

"Tidak apa-apa ambilah, " Seru laki-laki itu dengan menyodorkan kembali uang yang diberikan Agam, ketika tangan laki-laki itu terulur tanpa sengaja mata Agam melihat gelang perak berbentuk bintang di tengahnya di tangan laki-laki yang ada di depan nya.

Sejenak Agam memandang tak berkedip gelang perak berbentuk bintang di tengah nya

"Ayo, trimalah," Seru Papa Fellisa dengan mengulum senyum.

Membuat lamunan Agam menjadi buyar, dengan sedikit ragu-ragu Agam mulai mengulurkan tangan dan menerima pemberian dari Papa Fellisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!