Senyum tersungging dari bibir Papa Fellisa ketika Agam mau menerima uluran uang darinya. Dengan senyum tersungging di bibir pula Agam menerima uluran uang kertas berwarna merah kepada dirinya, akan tetapi pandangan mata Agam Sebenarnya bukan tertuju pada lembaran uang yang diberikan Papa Fellisa akan tetapi kedua bola mata Agam menatap dengan sangat tajam dan Intens pada pergelangan tangan Papa Felllisa yang mana memakai sebuah gelang perak dengan lingkaran Bintang di tengahnya.
Apa yang dilakukan Agam ternyata tidak lepas dari pengawasan dan tatapan aneh dari Papa Fellisa yang mana dia juga bisa menangkap tatapan aneh pada dirinya terutama pada pergelangan tangan yang memakai gelang perak dengan lingkaran Tengah berbentuk Bintang, meskipun diam akan tetapi hati dari Papa Fellisa juga mulai bertanya-tanya Mengapa pemuda yang ada di depannya menatap tajam kepada pergelangan tangannya Apa yang membuat pemuda di depannya begitu tertarik dengan gelang perak yang dia pakai, akan tetapi kecurigaan itu tidak semena-mena langsung Papa Fellisa ungkapkan Papa Fellisa memilih diam dan memendam di dalam hati sambil mengamati apa yang akan dilakukan dan apa yang akan Agam katakan tentang hal ini.
Sama-sama memiliki kekuatan batin yang tinggi itulah mungkin yang bisa digambarkan untuk Agam dan papa Fellisa, di mana kedua-duanya sesungguhnya memiliki hati dan perasaan yang sama-sama kuat tidak jauh berbeda dengan papa Felisa yang mengamati Agam. kala itu Agam pun merasakan jika Papa Fellisa mulai mencurigainya untuk itu Agam yang cerdas dan cerdik tidak lagi melakukan sesuatu dengan gegabah yang mana akan semakin membuat curiga Papa Fellisa yang ada di depannya.
"Trimakasih Paman kalau begitu saya pergi dulu, " Agam segera meraih dan memasukkan uang lembaran merah ke kantong bajunya kemudian dengan cepat berpamitan pergi untuk pulang.
"Apa perlu Paman antar, kamu kesini kan tidak membawa mobil apa iya kamu akan jalan kaki, "
"Ah, tidak Paman ada taksi di depan sana dan trimakasih Paman tidak perlu repot repot "
Tidak bisa memaksa akhirnya Papa Fellisa membiarkan Agam pulang dengan Naik Taksi.
Di dalam Rumah tanpa sepengetahuan Agam dan Papa nya, Fellisa mengintip kepergian Agam dari balik tirai kelambu yang ada di kamar atas di mana pandangannya menatap tajam dan Intens pada Agam yang berjalan keluar dari rumahnya.
"Dasar tidak tau malu, dia mau menolong dan juga mau menjemput Papa ke bandara ternyata hanya demi uang, pantas saja dia tidak keberatan sama sekali Rupanya demi uang, ciih begitu kok minta Aku untuk berterimakasih padanya, " gumam Fellisa menjepit kesal dalam hati sungguh ada perasaan kecewa yang mana dia berharap Apa yang dilakukan agama adalah sebuah ketulusan dan rasa solidaritas sebagai makhluk yang sama akan tetapi ternyata semua yang dilakukan Agam hanya demi uang dan Agam tidak lebih dari seorang laki-laki yang bisa dikatakan cowok matre.
"Tok..
" Tok..
"Tok..
" Masuk saja pintunya tidak dikunci kok, "seru Fellisa dari dalam kamar.
" Fellisa, kamu belum tidur Nak, "
"Papa, belum Pa belum mengantuk. "
"Apa boleh Papa bertanya sesuatu padamu, '
Fellisa mengeryitkan dahinya, karena tidak biasanya sang Papa berbasa-basi seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan dan hal itu terlihat begitu sangat serius dan penting tulisan menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Tentu saja Boleh Papa mau bertanya apa? "
Terlihat Papa Fellisa menarik kursi yang ada di depan meja rias Fellisa kemudian duduk dan mulai menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan sebelum dia bicara.
"Apakah kamu tau siapa itu Agam? "
"Papa ini gimana sih kalau bertanya, sudah pasti Agama itu teman sekolah Fellisa Pa, memangnya kenapa Papa tanya itu dan bukannya Papa sudah ngasih uang Agam juga lalu untuk apa Papa mempertanyakan dia lagi, jangan bilang Papa nyesal ngasih uang ke dia. "
"Hahaha, mana ada Papa begitu, Papa tidak menyesal karena Papa telah memberikan uang padanya akan tetapi Papa lagi penasaran siapa dia sebenarnya, "
"Memangnya Papa penasaran kenapa dan apa yang membuat Papt penasaran. "
Terlihat Papa Felisa menari nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar dengan perlahan-lahan papa Felisa mulai bangkit dari duduknya berjalan menuju jendela membuka kelambu dan menatap keluar jendela di mana malam sudah sangat larut dan keadaan sudah mulai legam.
"Tidak ada Papa cuma penasaran saja Nanti kasih tau Papa alamat dan keluarga nya temanmu itu ya? "
"Ciih untuk apa ogah Pa, Aku tidak mau Agama itu cowok sombong dan dingin Aku mau tanya tanya tidak mau Pa, jatuh harga diriku Nanti. "
"Oh, begitu ya, "
"Ita, Pa pokoknya Aku itu tidak mau berurusan dengan Agam sudah sombong matre lagi, " sungut Fellisa kesal.
"Baiklah, Papa pergi dulu kamu cepat beristirahat ini sudah sangat malam. "
"Baik, Pa."
Papa Fellisa segera keluar dari dalam kamar putrinya dengan perasaan kecewa karet dia tidak bisa mendapatkan informasi lebih banyak tentang pemuda yang berani menatapnya dengan tatapan mata yang Aneh, dimana Papa Fellisa yakin ada sesuatu di balik tatapan aneh dari pemuda yang bernama Agam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments