Bab. 19.MENANGIS

Mira yang tidak mengerti tentang apa yang baru saja terjadi antara Agam dan Fellisa sahabatnya membuatnya penasaran dan bertanya.

"Ada apa sih Fell, kenapa muka lo kusut begitu."Mira bertanya karena merasa heran sikap Fellisa yang ceria hilang sudah, tertutup mendung.

"Tidak ada apa-apa cepat antar Aku pulang, 'jawab Fellisa dengan dingin.

Tidak mau berdebat Akhirnya Mira mempercepat laju mobilnya hingga dalam hitungan tigapuluh menit, Mira sudah sampai di depan halaman Rumah Fellisa.

Dengan cepat Fellisa turun dari mobil.

" Trimakasih, Aku masuk dulu, 'tanpa menunggu jawaban dari Mira Fellisa segera berlari masuk kedalam Rumah dan sampai di dalam Rumah Fellisa segera berlari masuk ke dalam kamarnya.

Sang Mama yang kala itu kebetulan melihat keanehan dari putri nya segera ikut Naik ke kamar atas dan terlihat lah Fellisa sedang menangis sambil tidur tengkurap.

Melihat kehadiran sangat Mama Fellisa segera memeluknya sambil terisak yang kemudian dengan lembut sangat Mama memeluk Fellisa.

Merasa teduh dan nyaman dalam dekapan sang Mama Fellisa akhirnya justru tertidur dengan pulas. Dengan perlahan Mama Fellisa merebahkan tubuh putri nya dan memberikan selimut sebelum akhirnya sang Mama pergi keluar kamar.

"Ada apa dengan putrimu, kenapa hari ini dia tidak seperti biasanya?"tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah Papa Fellisa

" Aku juga tidak tau Mas, apakah Mas Abraham sudah pulang dari tadi, mengapa Aku tidak mendengar suara mobilnya."

"Itu karena kamu sibuk dengan Baby kecilmu itu,"sungut Abraham sambil menyentil dagu Mama Fellisa dengan ujung jarinya.

"Fellisa, bukan Baby lagi Mas, dia sudah besar dan pastinya dia sudah dewasa mungkin sekarang dia sedang jatuh cinta, buktinya tadi dia nangis."

"Kalau nangis itu bukan sedang jatuh cinta tapi sedang Patah hati,"sahut Papa Fellisa dengan tawa yang mana langsung mendapatkan pukulan kecil di punggung nya, kedua orang tua yang sama sama sudah berumur itu bagaikan dua sejoli yang lagi kasmaran.

Untuk menghindari pukulan dari wanita cantik Mama dari Fellisa putri nya, Abraham berlari kecil menghindar, sungguh adegan orang dewasa yang lucu, dimana mereka seolah olah lupa akan usianya.

Tertawa dan bercanda riang semua yang melihat pasti sangat suka dan senang karena keakraban mereka yang sangat mendalam, akan tetapi ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasinya, menggeram kesal di balik pintu.

"Dasar, pintar bersandiwara kau boleh tertawa sepuasmu Tuan tapi sebentar lagi pasti kau akan menuai kehancuranmu, cepat atau lambat Rahasia yang kau simpan selama ini pasti akan terbongkar dan aku menunggu hari itu, dimana keluargamu satu persatu juga akan mengalami kehancuran seperti kehidupan saudara ku,"desis seorang wanita yang ada di balik pintu.

Abraham yang terus berlari menghindari tertawa mengejek membuat Mama Fellisa diam dan duduk dengan wajah mayun.

"Kau keterlaluan,"

"Jangan marah aku kan cuma bercanda, sebentar, ini aku bawa HP baru buat Fellisa ini sangat canggih Nanti tolong berikan padanya."

"Kenapa tidak kau berikan sendiri,pergilah ke kamar nya dan berikan siapa tau dengan kau memberikan ponsel ini sedihnya berkurang. "

"Aku tidak bisa karena sebentar lagi aku harus pergi karena ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan."

"Baiklah kalau begitu aku akan memberikan pada Fellisa setelah dia tenang."

Abraham menganggukan kepala nya kemudian bangkit dari duduk dan meminta izin untuk pergi. Mama Fellisa mengantar kepergian Abraham dengan hati riang dan senang, sungguh hari hari terasa indah dan menyenangkan, luka lama dan kepahitan karena harus kehilangan sang suami ketika sang putri masih kecil seolah kini tiada terasa lagi.

Mama Fellisa terpaksa menerima pernikahan nya dengan Abraham dikarenakan itu adalah surat Wasiat mendiang Suaminya yang tidak lain adalah saudara dari Abraham.

Merasa haus Mama Fellisa masuk ke dapur untuk mengambil minuman, melihat salah satu pembantunya masih berdiri disitu Mama Fellisa mengernyitkan dahinya.

"Mbok Yem, apa yang kau lakukan disini, bukankah untuk masak makan malam masih Nanti dan tumben disini biasanya selalu ada di Rumah belakang ,"tanya Mama Fellisa penasaran, Mama Fellisa juga khawatir jika bercandanya dengan Abraham di lihat pembantunya.

"E.. Anu, Nyonya, Aku baru saja datang dan mau mengambil buah untuk ku bawa ke Rumah belakang, buat cemilan."Jawab Mbok Yem menjelaskan seolah olah dia paham akan pemikiran majikan nya yang mungkin sedang khawatir, jika bercandanya dengan dilihat orang lain.

Mama Fellisa berstatus janda muda dan cantik dia hanya memiliki satu putri, suaminya meninggal ketika Fellisa baru berumur 3 tahun, dan kematian sang Ayah akibat kecelakaan yang dialami ketika sedang bekerja.

Waktu itu Pihak kepolisian yang ingin membawanya untuk di otopsi di larang oleh Mama Fellisa karena dia sudah mengikhlaskan jika suaminya mati kecelakaan, lain halnya dengan Riska Adik kandung suaminya dia begitu bersikukuh agar kematian Ayah Fellisa diusut tuntas dan jenazahnya harus segera di otopsi, tapi karena sang Istri tidak mengizinkan maka semua tidak dilakukan, akhirnya terjadi lah keributan yang cukup besar hingga membuat Mama Fellisa syok dan akhirnya hubungan kekeluargaan mereka hancur, Fellisa tidak pernah tau kabar Aunty nya dan Aunty Fellisa juga tidak pernah datang menemui Fellisa bagaikan dua keluarga yang tidak saling mengenal.

"Bahkan surat wasiat dari mendiang Suaminya pun diragukan oleh Riska, akan tetapi Mama Fellisa yang lebih percaya dengan apa yang dikatakan Abraham

Setelah mengambil buah dan meminta izin, Mbok Yem segera pamit kembali ke Rumah belakang. Di dalam Rumah belakang Mbok Yem segera mengambil ponsel yang dia simpan, dengan sangat mahir tangan wanita paruh baya itu mengetik dan ting, rupanya mbok Yem, sedang berkirim pesan yang mana tidak lama kemudian ponsel Mbok Yem bergetar.

Rupanya Mbok Yem cukup paham dan pintar menggunakan benda canggih,ternyata Mbok Yem hanya memberikan Nada getar pada ponsel nya ketika ada panggilan masuk.

"Halo… ?"sapa Mbok yem pada sang penelepon.

"Bagaimana?"

"Benar Non, ternyata Nyonya terlihat sangat suka dan cinta dengan Tuan Abraham."

"Bagus, awasi terus pergerakan mereka,"

"Siap, Non."

Pembicaraan yang cukup singkat itu akhirnya berhenti, hati Mbok Yem bernapas lega.

"Nyonya..!jangan kau salahkan Non Riska jika dia mulai melakukan pergerakan nya sendiri, Aku yang cuma seorang pembantu saja curiga dengan kematian Tuan Andre kenapa Nyonya yang sebagai istrinya tidak curiga sama sekali, Aku yakin cepat ataupun lambat kebenaran akan segera terungkap, Nyonya tidak tau betapa kejam dan sadisnya Tuan Abraham, Nyonya benar-benar sudah dibutakan dengan cinta dan perhatian yang besar, Aku kasihan sekali dengan Nasibmu Nyonya, jika Non Fellisa sampai tau siapa Tuan Abraham yang sesungguhnya Tuan Abraham dan Nyonya pada masa mudanya pasti Non Fellisa akan syok dan bisa jadi Nyonya akan di depak dari status seorang Ibu,"lirih Mbok yem yang kemudian menyembunyikan kembali ponsel milik nya.

Terpopuler

Comments

azzahra

azzahra

seru Thor mulai memahami alur cerita nya semangatt

2023-03-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!