"Apa-apaan ini?" Terdengar suara yang begitu nyaring di telinga Alan dan Kiana. Ke duanya terkejut saat melihat siapa yang datang.
Bu Sintia sengaja pulang tanpa memberikan kabar. Dua hari yang lalu Rani mengabarinya dan mengatakan jika saat ini Kiana tinggal di rumahnya. Ternyata apa yang di katakan oleh Rani benar. Saat ini Kiana berada di rumah itu, bahkan terlihat sedang bermesraan dengan Alan.
"Mamah? Kok pulang tidak bilang ke aku?" Tanya Alan.
"Mamah sengaja pulang tanpa memberimu kabar. Coba jelaskan sama mamah, kenapa kamu mengajak dia tinggal disini? Kalian itu belum menikah, jadi tidak boleh tinggal bersama. Apalagi tadi mamah lihat kalian pegangan tangan," Bu Sintia melipat ke dua tangan di dada, tatapannya tak teralihkan sama sekali dari ke dua insan yang ada di hadapannya.
"Tante, tadi itu Kia tidak sengaja memegang tangan Alan, itu tidak seperti yang Tante pikirkan," ucap Kiana.
"Mau sengaja atau tidak sengaja itu sama saja. Kalian tidak boleh tinggal bersama seperti ini," ujar Bu Sintia.
Kiana merasa tak enak, karena memang tidak seharusnya dia berada di rumah itu.
"Maaf, Tante. Mungkin sebaiknya saya pergi saja dari rumah ini. Terima kasih karena Pak Alan sudah mengizinkan saya tinggal disini," Kiana menatap Bu Sintia dan Alan secara bergantian.
"Kia, tapi orang yang menculikmu belum ketemu? Sepertinya masih tidak aman jika kamu tinggal sendiri," ucap Alan.
"Saya akan berhati-hati lagi, Pak. Saya tidak akan keluar kecuali saat pergi kerja," ucapnya.
"Biar saya antar ya," tawarnya.
"Tidak perlu, Al. Lebih baik sekarang kamu antar mamah saja. Mamah mau perawatan tubuh nih pada pegal-pegal semua," ucap Bu Sintia sambil merenggangkan otot-otot tangannya.
"Saya permisi dulu," Kiana berlalu pergi dari hadapan mereka. Dia akan membereskan semua pakaian miliknya dan segera pergi dari sana.
Kiana memutuskan untuk kembali ke kontrakan yang selama ini di tinggali olehnya bersama ayahnya. Untung saja biarpun beberapa minggu ini dia tidak tinggal disana, dia tetap membayar sewa kontrakan. Itu dia lakukan agar kontrakan itu tidak di kontrakan kepada orang lain.
Jalanan tampak sepi, Kiana belum melihat ada angkot yang lewat. Kiana memutuskan untuk berjalan kaki sambil menunggu angkot lewat.
"Awas ... " teriak seseorang dari arah samping Kiana yang jaraknya cukup jauh darinya.
Kiana menoleh ke samping dan melihat seorang lelaki yang memberikan kode kepadanya. Namun Kiana tak mengerti apa maksud dari kode itu.
"Aaaaa .... " Kiana berteriak saat hendak tertabrak oleh sebuah mobil hitam. Untung saja mobil itu berhenti mendadak sehingga tidak mengenai tubuh Kiana.
Kiana menutupi wajahnya dengan ke dua tangannya karena merasa takut.
Sosok lelaki tampan keluar dari dalam mobil lalu menghampiri Kiana.
"Lo tidak apa-apa?" tanya lelaki yang tak lain adalah Dito.
Kiana membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Dia menatap ke samping, melihat sosok lelaki tampan yang berdiri disana.
"Aku tidak apa-apa kok," jawabnya.
Dito tak menyangka jika wanita yang hendak dia tabrak itu Kiana, yang dia ketahui kekasih dari Alan sahabatnya.
'Wah kesempatan nih. Semoga saja Gue bisa lebih dekat dengan dia,' Dito menatap Kiana dengan tatapan nakalnya.
Kiana hendak pergi, namun Dito menahan tangannya.
"Biar Gue antar! Gue harus bertanggung jawab karena hampir saja menabrak Lo," ucap Dito.
"Tidak usah, saya bisa pergi sendiri kok."
"Lo tidak usah takut, Gue nggak akan ngapa-ngapain Lo. Lagian Gue tahu kalau Lo itu kekasihnya Alan."
Sejenak Kiana berpikir, jika lelaki yang ada di hadapannya ini memang temannya Alan, itu berarti lelaki ini tidak akan menyakitinya. Lagian Kiana sudah lelah sejak tadi menunggu angkot yang tidak lewat juga.
"Baiklah, saya mau ikut," jawabnya.
'Yes, Gue akan coba merayunya perlahan,' batin Dito.
Dito mengira jika Kiana itu sama seperti Rani yang sudah tidak virgin lagi. Dito mengira jika lelaki yang sudah mengambil kesucian Rani itu adalah Alan. Karena yang dia tahu Rani itu sangat cinta sama Alan. Mungkin juga sama dengan wanita cantik yang ada di dekatnya ini.
'Tidak apa-apa deh kalau Gue nampung bekasnya Alan. Yang penting bisa bikin Gue puas,' gumam Dito dalam hati.
Sepanjang perjalanan, Dito mengajak Kiana mengobrol. Namun Kiana hanya menanggapi seperlunya saja.
"Nanti berhenti di depan mini market depan saja ya," ucap Kiana.
"Baik, Nona cantik." jawabnya.
Kiana tampak kesusahan melepas safety belt yang dia kenakan. Tiba-tiba Dito mendekat dan membantunya melepaskan safety belt itu. Kiana mengalihkan arah pandangnya saat Dito berada di jarak yang begitu dekat dengannya.
"Terima kasih atas tumpangannya," ucap Kiana.
"Sama-sama," jawab Dito.
Kiana bergegas turun dari mobil.
Dito masih berada di mobil sambil memperhatikan Kiana yang sudah memasuki gang kecil di samping mini market.
"Rambutnya saja wangi, bagaimana bagian yang lain? Ah jadi sudah tidak sabar nih," gumam Dito sambil membayangkan Kiana.
....
....
Terlihat Kiana yang baru muncul dari gang yang biasa dia lewati. Kiana menatap kanan kirinya mencari angkot yang lewat.
''Kiana,'' terdengar suara seseorang memanggil Kiana. Kiana menoleh ke samping melihat Dito yang sedang bersandar di mobilnya sambil melipat ke dua tangan di dadanya.
Kiana mengernyit heran saat mendapati Dito pagi-pagi begini sudah berada disana. Lalu mau apa manusia yang satu ini? Perasaan Kiana sama sekali tidak mengundangnya.
''Kenapa ya?'' tanya Kiana.
''Ayo biar Gue antar!'' tawarnya.
Kiana tak suka dengan Dito yang so akrab seperti ini.
''Maaf, saya bisa berangkat sendiri,'' jawabnya. Tentu Kiana menolak ajakan Dito. Dia bukan tipe wanita yang mau-mau saja saat di ajak lelaki. Lagian dia belum mengenal Dito itu seperti apa. Takutnya Dito mendekatinya karena ada maksud tertentu.
''Ayolah! Masa kamu tidak menghargaiku yang sudah jauh-jauh pergi kesini sih?''
''Maaf sekali sebelumnya. Tapi saya bisa berangkat sendiri,'' Kiana tetap menolak Dito.
Dito menatap Kiana yang pergi menjauh dari sana. Mungkin Kiana sengaja menghindar darinya.
'Susah juga mendekati dia. Sepertinya dia memang susah di taklukan,' batin Dito.
Kiana memang sangat peka sekali. Dia bisa menyadari jika niat Dito mendekatinya itu karena ada maksud tertentu.
Kiana melihat ada angkot yang berhenti di seberang jalan. Dia melambaikan tangan meminta sang sopir untuk menunggunya. Kiana menatap kanan kirinya yang ternyata tak terlalu banyak kendaraan yang lewat. Saat menyeberang, tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya.
Brak
Tubuh Kiana terpental cukup jauh. Beberapa orang di dalam angkot cukup histeris melihat kecelakaan tragis itu. Mereka berbondong-bondong keluar dari angkot untuk melihat keadaan Kiana.
Dito melihat kerumunan di pinggir jalan. Dia menghentikan mobilnya dan mendekati kerumunan itu.
''Ini ada apa ya?'' tanya Dito dari arah belakang mereka.
''Ada seorang wanita tertabrak mobil,'' ucap seorang ibu-ibu yang tadi memang menyaksikan kejadian itu.
Karena penasaran, Dito menerobos kerumunan itu. Dia terkejut melihat Kiana yang ternyata menjadi korban kecelakaan itu.
''Kiana, bangun!'' Dito terlihat cemas. Lalu dia menggendong Kiana menuju ke mobilnya. Dia akan membawa Kiana menuju ke rumah sakit.
Dito mengemudi cukup cepat. Sesekali dia menatap Kiana yang di tidurkan di jok belakang.
'Gue kasih tahu Alan tidak ya, em sepertinya jangan deh,' batin Dito.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
sarinah najwa
pasti Rani pelakunya 😤😤😤😤
2023-02-06
0