Episode.5

5 tahun kemudian

Terlihat seorang gadis cantik yang baru keluar dari bandara. Dia Kiana Andini, gadis yang dulu di kenal culun oleh semua orang. Kini Kiana berubah menjadi gadis cantik dan tentunya mengerti fashion. Kiana baru pulang dari luar negeri setelah lulus kuliah. Beruntung dulu dia di terima kuliah di London melalui jalur beasiswa. Tentu tidak perlu di ragukan lagi seberapa pintarnya seorang Kiana.

Selama di London, Kiana memiliki kerjaan sampingan sehingga bisa membantu perekonomiannya. Dia tak perlu lagi menyusahkan ayahnya yang sudah tua.

Senyum kebahagiaan terus terpancar dari sudut bibir Kiana. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan ayah tercinta. Namun senyum itu luntur saat dia melihat banyak orang di depan kontrakan ayahnya.

"Maaf, Pak, Bu. Ini ada apa ya? Kenapa ramai sekali?" Kiana bertanya kepada beberapa orang yang sedang duduk di kursi.

"Pak Bima meninggal dunia," ucap salah satu dari mereka. Mereka yang ada disana belum menyadari jika gadis cantik yang ada di hadapan mereka adalah Kiana. Karena penampilan Kiana yang sekarang sangatlah berbeda dengan Kiana yang dulu.

"Apa? Itu tidak mungkin," Kiana membekap mulutnya sendiri. Menggeleng-gelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Benar, Anda siapa ya?" tanya seorang ibu-ibu yang sedang duduk.

Kiana tak menjawab, namun dia malah berlari memasuki rumah sambil menarik kopernya. Tatapan Kiana tertuju ke jenazah ayahnya yang tertutup oleh kain batik berwarna coklat.

"Papah ... " tangis Kiana pecah. Dengan gemetar, satu tangannya mencoba menyingkap kain yang menutupi wajah ayahnya. Tangis Kiana semakin keras saat melihat wajah ayahnya yang sudah terlihat pucat.

Salah satu tetangga Pak Bima yang selalu menolongnya, menghampiri Kiana dan mencoba menenangkannya.

"Ini Kiana? Yang sabar ya. Pak Bima memang sudah lama ini sakit-sakitan. Saya yang selalu membantu beliau di saat kesusahan. Selama empat tahun ini kenapa kamu tidak pernah pulang, Nak?"

"Kiana bukannya tidak mau pulang, Bu. Tapi ayah yang meminta Kiana untuk pulang setelah lulus kuliah. Ayah beralasan jika tiket pesawat mahal, jadi melarang Kia untuk sering pulang. Kiana tidak tahu jika ayah sakit. Kiana merasa jadi anak yang durhaka, Bu." Hati siapa yang tak akan terluka saat tahu kematian orang tuanya. Apalagi orang tua yang sudah lama tidak dia temui.

"Mungkin Pak Bima sengaja melarangmu pulang karena tak mau kamu kepikiran sakitnya. Yang ada kamu tidak mau kembali ke luar negeri lagi untuk kuliah," ucapnya.

"Tapi sekarang .... " Kiana tak sanggup lagi melanjutkan perkataannya.

Ibu itu merengkuh Kiana ke dalam pelukan. Menepuk-nepuk punggungnya pelan memberikan ketenangan.

"Yang sabar, Nak. Kamu harus ikhlas dengan kepergian ayahmu. Beliau pasti sudah tenang pergi setelah anaknya lulus kuliah. Sekarang kamu tunjukan kepada ayahmu jika kamu bisa menjadi anak yang sukses sesuai keinginan ayahmu. Kamu harus bangkit, Nak. Jangan larut dari kesedihan," ucapnya.

Kiana mencerna perkataan itu yang memang benar adanya. Walaupun dia sedih atas kepergian ayahnya, namun bukan berarti berlarut dalam kesedihan.

"Iya, Bu." Kiana melepaskan pelukan itu. Mengusap sudut matanya yang basah. Kiana menatap wajah ayahnya yang sudah tak bernyawa. Dia tersenyum sambil bergumam dalam hati. ' Terima kasih, Pah. Karena papah sudah berjuang untuk Kiana sehingga Kiana bisa berada di titik ini. Kiana berjanji sama papah agar bisa menjadi orang yang sukses seperti apa yang papah inginkan,' setelah bergumam, Kiana kembali menutup wajah ayahnya dengan kain yang tadi.

Prosesi pemakaman telah selesai. Kini Kiana sedang berjongkok di samping makam ayahnya. Sebenarnya berat sekali harus berpisah dengan ayahnya. Namun dia harus mencoba ikhlas agar ayahnya tenang di alam sana.

"Pah, Kiana pulang dulu ya. Kiana yakin pasti papah di tempatkan di tempat yang terbaik disana, karena papah itu memang orang yang baik," gumam Kiana.

....

....

Sudah satu minggu setelah kematian ayahnya. Kini Kiana mencoba keluar dari kontrakan untuk mencari pekerjaan. Selama tujuh hari itu dia hanya berdiam diri di kontrakan dan keluar hanya jika ingin mencari makan.

Kiana sedang berdiri di depan cermin menatap penampilannya yang terlihat anggun. Niatnya dia mau pergi interview kerja. Kebetulan sebelumnya sudah melamar kerja di sebuah perusahaan besar yang ada di kotanya. Termasuk salah satu orang beruntung jika bisa bekerja di perusahaan itu. Karena hanya orang-orang terpilih yang bisa bekerja disana.

''Em sepertinya penampilanku sudah pas,'' Kiana memutar badan di depan cermin.

Di ambilnya tas yang ada di atas ranjang. Sebelum keluar dari kamar, Kiana menatap kanan kirinya memastikan bahwa tidak ada yang ketinggalan.

Kiana sengaja menaiki taxi karena tak mau datang terlambat. Jika menaiki angkot pasti akan lebih lama, apalagi berdesak-desakan.

Dengan menempuh perjalanan tiga puluh menit, kini Kiana sudah sampai di tempat tujuan. Kiana memandang bangunan menjulang tinggi yang ada di hadapannya. Sebelum memasuki kantor, dia menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan.

'Semoga saja aku ke terima,' batin Kiana sambil tersenyum.

Kiana bergabung dengan para pelamar kerja lain. Namun di antara mereka, dirinyalah yang paling menonjol. Karena Kiana yang paling cantik di antara mereka yang ada disana. Bahkan beberapa pelamar kerja lelaki mendekatinya dan meminta berkenalan. Kiana hanya tersenyum singkat saja tanpa menanggapi mereka semua. Karena baginya itu tidak penting.

Satu persatu pelamar kerja di panggil ke ruangan interview. Sekarang giliran Kiana yang di panggil ke ruangan itu.

Dari banyaknya lima puluh orang pelamar kerja, hanya tiga orang saja yang di terima di kantor itu. Salah satunya adalah Kiana.

''Oke, selamat untuk kalian bertiga karena mulai sekarang sudah menjadi bagian dari perusahaan ini,'' ucap Dion yang merupakan asisten dari direktur di perusahaan itu.

"Saya sudah memutuskan bagian mana kalian akan bekerja. Arga, kamu di bagian keuangan. Dara, kamu di bagian marketing. Dan kamu Kiana, selamat karena kamu terpilih sebagai sekretaris dari bos saya,'' ucap Arga.

''Sekretaris?'' Kiana tampak terkejut saat dirinya mendapat jabatan itu di perusahaan. Karena dia hanya orang baru, bahkan belum mempunyai pengalaman kerja di perusahaan.

''Benar, apa kamu keberatan?'' Dion bertanya untuk memastikan.

''Em tidak, saya mau kok jadi sekretaris,'' kata Kiana.

Dara menatap tak suka kepada Kiana. Karena jelas-jelas dia yang sebelumnya pernah menjabat sebagai sekretaris, tapi saat melamar di perusahaan ini malah di terima kerja di bagian yang tidak dia inginkan.

Dito menyuruh bagian HRD untuk mengantar Arga dan Dara ke ruangan tempat mereka bekerja. Sedangkan Kiana di antar oleh Dito sendiri menuju ke ruangan direktur utama.

Kiana sedikit gugup, dia takut mengecewakan di hari pertamanya. Detak jantungnya tak beraturan saat sudah berdiri di depan pintu ruangan yang bertuliskan ruang direktur.

Kiana melihat sosok lelaki yang sedang berdiri sambil menghadap ke arah luar jendela.

''Permisi, Pak. Ini sudah ada sekretaris yang cocok untuk bapak,'' ucap Dito.

Sang atasan yang bernama Alan Wijaya, dia menoleh ke belakang. Menatap sosok wanita cantik yang berdiri di samping asistennya. Alan terdiam memperhatikan kecantikan Kiana. Sedangkan Kiana terkejut melihat sosok lelaki yang sudah lama tidak dia lihat.

'Ah sial, bagaimana bisa dia sih yang jadi atasanku?' batin Kiana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!