Kiana enggan untuk datang ke acara ulang tahun Alan, namun tadi sore Alan meneleponnya dan memintanya untuk datang.
Kiana tampak menatap isi lemari. Tidak ada satu pun pakaian yang pantas untuk di kenakan ke pesta. Dia tidak punya gaun yang bagus dan mahal. Yang ada hanya baju murahan yang di beli di pasar.
'Aku harus pakai baju apa?' Karena tidak menemukan pakaian yang cocok akhirnya Kiana memilih untuk menutup kembali pintu lemari.
Kiana mendengar ada yang mengetuk pintu rumah. Dia bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang. Ternyata ada seorang pengirim paket yang sedang berdiri di depan rumahnya.
"Maaf, cari siapa ya?"
"Apa benar ini alamat rumah Nona Kiana? Saya berniat mengirimkan paket," ucap lelaki yang saat ini berdiri di hadapan Kiana.
"Benar ini rumah saya. Tapi maaf, saya tidak memesan paket apa pun," ucapnya.
"Ini dari Tuan Muda Alan. Mohon di terima," ucapnya.
Kiana menerima paket itu lalu dia masuk ke dalam rumah. Kiana membuka paket berbentuk sebuah kotak yang sedang dia pegang. Ternyata isinya gaun berwarna pink muda. Di kotak itu juga ada sebuah surat.
To : Kiana
Kiana, jangan lupa nanti malam kamu pakai gaun itu. Pasti akan sangat cantik jika kamu yang mengenakannya.
From : Alan
Kiana senyum-senyum sendiri membaca isi pesan yang di tuliskan oleh Alan. Dia merasa seperti upik abu yang tiba-tiba mendapatkan cinta seorang pangeran.
'Perhatian sekali dia,' batin Kiana.
Kiana pergi ke kamar untuk menaruh gaun pemberian dari Alan. Kemudian dia mengambil celengen miliknya yang ada di dalam lemari. Kiana memecahkan celengannya ke atas lantai. Memunguti uang yang selama ini dia tabung dan mulai menghitungnya. Ternyata hanya ada dua ratus ribu.
"Apa cukup uang segini untuk membeli kado? Tapi, apa Alan akan menerima kado dariku?" Kiana bertanya-tanya dalam dirinya.
"Ah terserah deh mau dia terima atau nggak, yang pasti aku berniat memberikan kado dengan tulus,'' gumam Kiana.
Kiana menyambar tas kecil miliknya llalu rgi keluar. Niatnya dia akan membeli kado untuk Alan.
Kiana memutuskan untuk pergi ke toko jama tangan. Dia berniat untuk membelikan jam tangan untuk Alan. Walaupun bukan jam tangan yang mahal, namun setidaknya dia sudah berusaha membalas kebaikan Alan yang sudah memberikannya gaun dan kaca mata.
....
....
Kiana sedang berdiri di depan cermin smabil menatap penampilannya sendiri. Walauapun dia memakai gaun mahal. namun tetap terlihat kuno karena masih memakai kaca mata dan juga rambutnya di ikat dua. Kiana hendak melpaskan ikatan rambutnya, namu dia urungka saat dia teringat pesan terakhir dari ibunya sebelum ibunya meninggal. Ibunya melarangnya untuk mengubah penampilan karena sesuatu. Ya, Kiana mendadak sedih saat mengingat kejadian empat tahun yyang lalu. Dimana dia yang hendak di lecehkan oleh seorang preman. SEjak itulah i unya melarangnya merubah penampilan.
Kiana mengambil tas selempang miliknya yang tergeletak di atas ranjang. Dia juga mengecek kado yang akan di berikan kepada Alan. Takunya dia kelupaana dengan kado itu.
Kiana berpamitan kepada ayahnya yang sedang duduk sambil emndnegarjan radio. Ya, hanya radio saja yang mereka punya di kontraakan. Ayahnya tidak mampu untuk membeli televisi.
''Pah, Kiana mau pergi dulu ya,'' KIana berdiri di hdapan ayahnya yang sedang duduk.
Pak Bima menatap penampilan anaknya dari atas sampai ke bawah. Baru kali ini Pak Bimo melihat anaknya memakai pakaian yang terlihat mahal, dan itu sudah di pastikan bukan pemberian darinya.
''Kamu mau kemana, Nak? Lalu itu pakaian milik siapa yang kamu pakai?'' tanya Pak Bima.
"Kia mau ke pesta ulang tahun teman, Pah. Gaun ini Kia pinjam," bibir Kiana sedikit bergetar saat berucap, karena sebelumnya dia tidak pernah mengatakan kebohongan. Kali ini terpaksa dia berbohong demi kebaikan. Lagian jika dia bilang kalau gaun yang dia pakai itu pemberian orang, pasti ayahnya akan curiga.
"Kamu pergi naik apa, Nak? Apa perlu papah antar?"
"Tidak usah, Pah. Kia bisa pergi sendiri kok."
"Jangan menolak, Nak. Papah ingin memastikan jika putri kesayangan papah selamat sampai tujuan."
"Baiklah, Kia mau di antar sama papah."
Kiana dan Pak Bima berlalu pergi keluar dari rumah. Kiana tak malu walaupun dia naik angkot. Justru dia merasa bangga karena ayahnya seorang supir angkot yang pekerja keras.
Sepanjang jalan Kaina menatap ke arah luar. Banyak lampu-lampu di sepanjang jalan yang membuat jalanan ibukota terlihat indah. Tak terasa sudah cukup lama mereka di perjalanan. Kini angkot yang di kemudikan oleh Pak Bima berhenti di depan sebuah kompleks perumahan elit. Tadinya Pak Bima hendak mengemudikan angkot masuk kompleks itu, namun di cegat oleh satpam yang sedang bekerja.
"Maaf, tapi kompleks ini tidak sembarang bisa di masuki oleh angkot," ucap seorang satpam kepada Pak Bima.
"Tapi saya hanya mau antar anak saya ke rumah temannya."
"Maaf, tapi tetap saja angkot bapak tidak bosa lewat."
"Pah, biar Kia jalan kaki saja sampai ke rumah teman Kia. Lebih baik Papah pulang saja.
"Lalu bagaimana nanti kamu pulangnya?"
"Nanti biar Kia minta teman lain untuk antar Kia pulang."
"Apa kamu yakin, Nak? Papah takut kamu kenapa-napa."
"Pah, Kia sudah besar loh. Percayalah! Kia akan baik-baik saja," Kiana mencoba untuk meyakinkam ayahnya.
"Baiklah, kamu hati-hati ya, Nak."
Kiana masih berdiri di tempatnya menatap angkot yang di kemudikan oleh ayahnya hingga sampai tak terlihat lagi dari pandangan matanya.
Kiana bertanya alamat rumah Alan kepada satpam, lalu dia bergegas pergi dengan berjalan kaki. Lagian jarak rumah Alan dari sana cukup dekat.
Kiana menatap tak percaya bangunan meeah berlantai tiga yang ada di hadapannya. Dia kurang percaya diri berada disana. Mungkin hanya dia orang susah yang datang ke pesta itu.
Tin tin
Kiana menggeser tubuhnya saat mendengar klakson mobil dari belakangnya. Terlihat Rani membuka kaca mobil dan menatap ke luar. Rani mengernyitkan kening saat melihat keberadaan si cupu.
"Woy cupu, ngapain kamu disini? Ah aku tahu, kamu pasti mau numpang makan," setelah berucap Rania tertawa. Begitu juga dengan teman-temannya yang juga ikut tertawa.
Kiana tak menjawab, dia memilih diam karena tak mau punya masalah dengan Rani cs.
"Eh cupu, selain bugek ternyata lo belagu juga ya. Gue ngomong dari tadi kagak lo jawab. Ah sudahlah, malas bicara sama cewek kampungan seperti lo," Rani menutup kembali kaca mobilnya. Mengemudikan mobilnya memasuki gerbang rumah Alan. Sedangkan Kiana masih berdiri di tempatnya. Dia menunggu Rani cs masuk, barulah dia masuk.
Kiana menatap kanan kirinya mencari keberadaan Alan. Dia akan langsung memberikan kado yang sudah dia siapkan kepada Alan. Keberadaan Kiana tentu menjadi pusat perhatian. Semua temab sekolahnya yang datang menatapnya jijik. Namun Kiana mencoba untuk mengabaikan tatapan itu.
Kiana melihat Alan yang sedang duduk bersama dengan teman-temannya.
"Kak Alan," ucap Kiana dari arah belakang.
Alan langsung menoleh ke belakang saat mendengar ada yang memanggil namanya. Dia tersenyum sebentar kepada Kiana.
"Eh Kia, kamu sudah datang?"
"Iya, Kak. Ini ada kado untuk kakak," Kiana memberikan kado berukuran kecil kepada Alan. Kado itu berisi jam tangan. Walaupun hanya jam tangan yang di jual di toko pinggir jalan.
"Wah terima kasih. Harusnya kamu tidak usah repot-repot loh."
"Tidak apa-apa, Kak."
"Silakan kamu bergabung dengan teman yang lain. Nikmati pestanya!"
"Baik, Kak." Kiana berlalu pergi dari sana. Namun beberapa menit kemudian dia hendak kembali menghampiri Alan. Kiana akan bertanya dimana letak toilet. Tapi justru dia mendengar sesuatu yang mencengangkan.
Alan dan teman-temannya sedang membahas mengenai taruhan.
"Lo tenang saja, Bro. Malam ini Gue pasti bisa nidurin itu cewek cupu dan menangin taruhin," ucap Alan.
Kiana diam di tempat sambil mencerna perkataan Alan. Dia tak pernah berpikir jika perlakuan baik Alan kepadanya itu karena ada maunya. Kiana memutuskan meninggalkan pesta. Dia akan mencari toilet umum saja. Untuk sekarang lebih baik dia menyelamatkan diri dari niat jahat Alan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Helsi
wah sepertinya seru ceritanya thor,baru mampir🤗🤗
2023-06-07
0