Episode.20

''Oh jadi Lo dalang di balik kecelakaan Kiana. Gue nggak nyangka Lo bakal berbuat kriminal seperti itu,'' ucap Dito yang saat ini berdiri di depan pintu apartemen Rani.

Dito sengaja datang kesana untuk mengambil barang-barang miliknya yang masih tertinggal disana. Namun ternyata kedatangannya kesana membuatnya mengetahui sebuah fakta yang mengejutkan.

Rani diam mematung saat melihat kedatangan Dito. Sedangkan Dito menatap jijik Rani yang sedang bersama lelaki yang berbeda lagi dari sebelumnya.

''Dito, ngapain kamu kesini?'' tanya Rani dengan ekspresi wajah panik.

''Mau ambil barang-barang Gue,'' Dito melewati Rani yang sedang berdiri di ruang depan.

Rani mengikuti Dito masuk ke dalam kamarnya.

''Dit, jangan kasih tahu yang Lo dengar tadi kepada Alan,'' ucap Rani panik.

''Terserah Gue dong,'' jawab Dito tanpa mengalihkan arah pandangnya.

''Awas saja kalau berani bicara semuanya kepada Alan,'' ancamnya.

''Siapa takut,'' jawab Dito santai.

Rani tampak kesal, dia keluar dari kamar lalu menghampiri lelaki yang tadi bersamanya.

Tak lama, Rani melihat Dito yang keluar dengan membawa barang-barangnya. Setelah melihat Dito keluar dari apartemen, Rani meminta lelaki yang bersamanya untuk melakukan sesuatu. Lelaki itu mengangguk lalu mengikuti kemana Dito pergi.

''Hm semoga saja Dito bisa di bereskan,'' gumam Rani.

Dito yang sedang mengemudi, menyadari jika sejak tadi ada yang mengikutinya. Dia mempercepat kecepatan mobilnya. Bukan Dito namanya jika tidak bisa lepas dari kejaran orang.

''Oke, mari kita berlomba kecepatan,'' gumam Dito.

Akhirnya Dito bisa lepas dari kejaran mobil di belakangnya. Namun sialnya kali ini dia harus berurusan dengan polisi yang sedang mengejarnya. Aksinya yang mengemudi dengan ugal-ugalan sangat meresahkan pengendara lain. Dan itu terlihat sendiri oleh seorang polisi yang sedang beroperasi.

''Ah sial,'' Dito menghentikan mobilnya, lalu memukul setir kemudi.

Polisi yang tadi mengejarnya kini mengetuk kaca mobil Dito.

''Selamat sore,'' ucap Pak Polisi saat melihat Dito yang sudah membuka kaca mobilnya.

''Sore, Pak.'' Dito meringis memperlihatkan deretan gigi putihnya.

''Maaf, Anda sudah melanggar rambu-rambu lalu lintas. Mari ikut saya ke kantor!'' pintanya.

''Apa tidak bisa di selesaikan secara baik-baik saja, Pak. Tadi saya di ikuti oleh pengendara lain. Sepertinya itu orang berniat jahat sama saya.''

''Itu bisa di bicarakan di kantor nanti. Mari ikut saya!''

Dito menghela napas pasrah. Dia mengikuti polisi itu dari belakangnya.

....

....

Sayang sekali tidak ada bukti yang bisa dibawa ke jalur hukum jika Rani adalah otak dari kecelakaan yang menimpa Kiana. Karena orang sewaan yang Rani perintahkan sangat pintar dan cerdik. Dito juga sudah mengatakannya kepada Alan. Tentu Alan emosi, dia sama sekali tak menyangka Rani akan melakukan hal sekeji itu.

Bu Sintia melihat kepulangan anaknya. Namun kali ini raut wajah anaknya terlihat berbeda. Seperti sedang menahan kekesalan.

''Nak, kamu sudah pulang? Kenapa wajahmu terlihat kesal seperti itu?'' tanya Bu Sintia sambil memperhatikan raut wajah anaknya.

''Alan kesal sama Rani, Mah. Tuh wanita yang mamah idam-idamkan ternyata sangat licik. Alan baru tahu kalau ternyata Rani yang sudah memerintah orang untuk mencelakai Kiana,'' ujar Alan.

''Apa?'' Bu Sintia kaget. Tentu tak percaya jika Rani tega melakukan itu.

''Itu benar, Alan tahu semuanya dari Dito. Tapi sayang sekali tidak ada bukti yang bisa di jadikan alat untuk memenjarakan Rani.''

''Mamah benar-benar tak menyangka Rani sejahat itu, Al. Untuk ke depannya kamu harus menjaga Kiana dengan ekstra. Jika perlu sebaiknya kalian cepat menikah.''

''Ide mamah bagus juga. Tapi, apa tidak sebaiknya Alan dan Kiana tunangan dulu?''

''Langsung menikah saja, Nak. Saran mamah sih seperti itu, lagian kalian sudah sama-sama dewasa. Memangnya apa lagi yang di tunggu?''

Apa yang di katakan oleh Bu Sintia ada benarnya juga. Alan terlihat setuju dengan saran dari ibunya.

''Baiklah, nanti Alan akan membicarakannya dengan Kiana.''

''Bagus, tapi sepertinya Kiana jangan tinggal disini dulu jika kalian belum menikah. Mamah tidak mau jika kalian melakukan hal di luar batas.''

''Isshh aku tidak seperti itu, Mah.''

''Tapi tetap saja pasangan yang mau manikah tidak boleh tinggal bersama dulu.''

''Iya deh, tapi Alan cemas jika Kiana tinggal sendirian. Alan takut jika nanti Rani berbuat jahat lagi kepadanya,'' ucap Alan.

''Nanti mamah minta bibi untuk tinggal sementara di kontrakan Kiana untuk menemaninya.''

''Kalau begitu sih Alan setuju.''

''Lebih baik nanti malam kamu temui dia dan bicarakan semuanya.''

''Memangnya harus sekarang banget ya?''

''Iya dong, lebih cepat lebih baik,'' ucap Bu Sintia.

''Baiklah ibuku yang cantik, anakmu yang tampan ini mau ke kamar dulu, mau telepon ayang,'' setelah mengatakan itu Alan berlalu pergi dari hadapan ibunya.

Bu Sintia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap kepergian anaknya yang sedang kasmaran itu.

Alan mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas, Lalu dia langsung menghubungi Kiana.

📞''Hallo, ada apa? Kok jam segini sudah telepon saja sih?'' tanya Kiana dari seberang sana.

📞''Memangnya tidak boleh telepon pacar sendiri?''

📞''Ya boleh sih, Mas Alan bebas kapan saja meneleponku.''

📞''Mas Rindu banget sama kamu loh, sayang.''

📞''Ih baru juga berpisah beberapa menit yang lalu tapi sudah kangen.''

📞''Iya dong, kamu itu memang bikin ngangenin. Oh iya, nanti malam kita jalan ya,'' ajaknya.

📞''Kemana?''

📞''Rahasia dong, kalau di kasih tahu namanya bukan surprise.''

Kiana tak tahu sejak kapan sang kekasih menjadi seromantis ini. Tapi itu membuatnya tambah suka.

📞''Mas Alan pintar sekali bikin aku penasaran,'' di seberang sana Kiana tampak senyum-senyum sendiri.

📞''Iya dong, em sudah dulu ya, sayang. Ini Mas mau istirahat.''

Ke duanya menyudahi panggilan teleponnya.

Beberapa jam kemudian.

Kiana sedang duduk menunggu kedatangan Alan. Namun sudah jam tujuh lebih, kekasihnya itu belum juga datang.

''Mas Alan kemana sih? Lama banget,'' gumam Kiana sedikit kesal.

Tok tok

Kiana mendengar ada yang mengetuk pintu kontrakan. Dia beranjak dari duduknya lalu membukakan pintu. Ternyata yang datang itu Alan.

Alan memperhatikan sang kekasih yang cemberut.

''Masa gitu sih menyambut pacar sendiri yang baru datang,’’Alan sedikit menyindir.

''Habisnya Mas Alan lama banget sih,'' dari ekspresinya, Kiana masih merajuk.

''Gemes deh lihat kamu seperti ini,'' Alan mencubit gemas pipi Kiana.

''Sakit tahu,'' Kiana menyingkirkan tangan Alan dari pipinya.

''Sudah dong ngambeknya. Lebih baik sekarang siap-siap. Takutnya nanti pulangnya malah kemalaman,'' ujar Alan.

''Sebentar, aku ambil tas dulu,'' Kiana kembali masuk ke dalam, mengambil tas miliknya yang tergeletak di atas meja.

Alan menggandeng tangan Kiana, namun Kiana melepaskan diri dari tangan Alan.

''Kenapa tidak mau bergandengan tangan?'' tanya Alan.

''Tidak apa-apa, lagian aku tidak bakal hilang jadi tidak usah di gandeng,'' ucap Kiana.

''Makin gemas ih kalau sedang merajuk,'' tanpa persetujuan, Alan merengkuh pinggang Kiana. Kali ini Kiana tidak bisa melepaskan diri karena Alan memeganginya cukup erat. Mereka berjalan berdampingan dengan mesra hingga sampai ke mobil milik Alan yang terparkir di depan mini market.

Malam ini Alan sukses mengungkapkan semuanya kepada Kiana. Tentu Kiana tak menyangka jika Alan akan secepat ini mengajaknya menikah. Kiana menerima ajakan itu. Lagian dia juga tak mau berpacaran lama-lama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!