Terdengar napas terengah-engah dari dua orang yang baru selesai memadu kasih. Sang wanita menyandarkan kepalanya di dada bidang sang lelaki.
"Gue menginginkan sesuatu," ucap sang wanita yang tak lain adalah Rani.
"Apa pun akan aku lakukan untukmu, sayang." Jawab Dito.
Rani menyunggingkan senyum senang. Sangat mudah untuk membuat Dito menuruti semua keinginannya. Hanya dengan memberikan kepuasan, semuanya beres.
"Habisi kekasih Alan," pinta Rani.
"Siapa kekasih Alan? Bukankah kamu calon tunangannya?"
"Alan menolak perjodohan, apalagi pertunangan. Dia sudah memiliki kekasih."
"Apa kamu memiliki foto wanita itu?" tanya Dito.
"Tidak, kamu cari tahu sendiri saja. Lagian kamu itu temannya Alan kan?"
"Baik, sayang. Tapi dengan satu syarat," ucapnya sambil menyeringai.
"Apa itu?"
"Satu ronde lagi," tanpa menunggu persetujuan dari Rani, kini Dito kembali mengungkung tubuh putih mulus itu. Ya, selama ini Dito memang mencintai Rani. Walaupun dia bukan orang pertama yang sudah mengambil virginnya.
Rani hanya pasrah di bawah kungkungan Dito. Lagian dia juga menikmatinya.
Setelah percintaan panasnya selesai, Dito segera pergi. Dia meninggalkan Rani yang terkapar lemas karena kelelahan.
"Energiku terasa penuh setelah mendapatkan vitamin dari Rani," gumam Dito.
Dito menyalakan mesin mobilnya. Tujuannya saat ini pergi ke kantor Alan. Dia akan menyelidiki siapa kekasih sahabatnya itu.
Karena mengemudi dengan cepat, kini Dito sudah sampai di depan perusahaan Alan. Dengan gaya kerennya, dia melangkah memasuki pintu masuk perusahaan. Tentu kedatangannya menjadi sorotan para karyawan. Karena wajahnya yang tampan tak kalah dengan ketampanan Alan.
Saat hendak memasuki lift, tak sengaja dia menabrak seorang wanita yang hendak masuk ke lift juga.
"Eh sorry, Gue nggak sengaja," Dito memegang lengan wanita itu, namun spontan wanita itu melepaskan tangan Dito. Wanita itu tak lain adalah Kiana.
"Tidak apa-apa," jawabnya.
"Silakan masuk! Mari!" Dito mempersilakan Kiana untuk masuk ke dalam lift.
"Duluan saja, biar saya masuk lift sebelah," ucap Kiana.
Terpaksa Kiana memasuki lift khusus CEO. Dari pada dia berduaan dengan lelaki asing di dalam lift.
Kiana sudah berada di ruangannya. Baru juga duduk, dia mendengar telepon di ruangannya berdering. Kiana mengambil gagang telepon itu lalu mendekatkan ke telinga.
"Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kiana.
"Datanglah ke ruanganku," pinta Alan.
Kiana bergegas pergi menuju ke ruangan Alan yang berada tepat di sebelahnya. Sesampainya disana, dia melihat lelaki yang tadi berpapasan dengannya di lift berada disana.
''Permisi, Pak.'' ucap Kiana yang baru datang.
''Kia, ini ada laporan yang harus kamu kerjakan. Satu jam lagi saya minta,'' Alan mengambil berkas dari atas meja lalu memberikannya kepada Kiana.
''Baik, Pak. Saya akan langsung kerjakan. Permisi,'' Kiana berlalu pergi keluar dari ruangan itu.
Alan memperhatikan Dito yang sejak tadi memperhatikan Kiana. Bahkan hingga Kiana keluar pun, Dito masih menatap pintu yang sudah tertutup
''Kenapa lihatin dia seperti itu? Naksir?'' pertanyaan itu yang di lontarkan oleh Alan.
''Tidak, tapi dia cantik juga, Bro. Lo kok nggak bilang-bilang kalau punya karyawan secantik itu?''
''Dia masih baru disini,'' jawabnya.
''Namanya siapa, Bro?''
''Nama dia Kiana, memangnya kenapa tanya-tanya?''
Sejenak Dito terdiam saat mendengar nama Kiana. Dia teringat dengan Rani yang mengatakan jika nama kekasih Alan itu Kiana
''Apa dia kekasihmu?'' tanya Dito.
Alan mau menjawab tidak, tapi takutnya nanti Dito malah mencari kesempatan untuk mengganggu Kiana, karena dia tahu kalau ternyata Kiana dan Alan tidak berpacaran.
''Iya, jadi tidak usah gangguin dia,'' ucap Alan ketus.
''Eits santai saja, Bro. Mumpung Gue disini, bagaimana jika kita makan di luar,’’ajaknya.
''Maaf, tapi kerjaan hari ini sedang banyak sekali. Maaf ya, lain kali saja deh.''
''Baiklah, kalau begitu Gue ajak teman kita yang lain saja,'' Dito beranjak dari duduknya, dia menepuk-nepuk pelan bahu Alan, lalu bergegas keluar dari ruangan itu.
Saat melewati ruangan Kiana, Dito sedikit menatap ke dalam. Kebetulan kaca ruangan itu tembus pandang.
'Boleh juga nih kekasihnya Alan. Sepertinya dari pada Gue habisin mending Gue tidurin,' batin Dito sambil tersenyum menyeringai.
...
...
Kiana masih setia menatap layar laptopnya. Pekerjaan hari ini cukup banyak. Bahkan dia tak sadar jika jam pulang karyawan sudah lewat sejak tadi.
Alan yang hendak pulang, dia melihat Kiana yang masih berada di ruang kerjanya. Alan membuka pintu itu dan menghampirinya.
''Kia, kalau mau pulang bisa pulang saja. Lanjutkan besok saja pekerjaannya,'' ucap Alan.
''Ini tinggal sebentar lagi kok, Pak'' jawabnya.
''Baiklah, saya pulang dulu ya.''
''Silakan, Pak.'' Kiana menatap Alan sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian Kiana sudah selesai mengerjakan pekerjaannya.
''Akhirnya selesai juga,'' Kiana merentangkan ke dua tangannya mencoba merenggangkan otot-ototnya.
Suasana kantor tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih lembur. Kiana melangkahkan kakinya keluar dari kantor. Seperti biasa, dia pergi ke seberang jalan untuk menunggu angkot.
Sudah beberapa menit menunggu, namun belum ada angkot yang lewat. Kiana melihat sebuah mobil hitam berhenti di hadapannya. Terlihat seseorang keluar. Lelaki itu memakai topi berwarna hitam dan juga masker untuk menutupi wajahnya. Tak lupa menatap kanan kirinya memastikan jika keadaan di sekitar cukup aman.
Lelaki itu mendekati Kiana yang sedang duduk sendirian.
''Maaf, saya mau tanya. Dimana jalan cempaka?'' tanya lelaki itu.
Kiana menunjuk ke arah samping menjelaskan jika di perempatan depan belok kiri.
Melihat target yang sedang sibuk menjelaskan, lelaki itu mengambil sapu tangan dari dalam saku celananya lalu membekap mulut Kiana. Kiana langsung tertidur karena sapu tangan itu sudah di kasih obat bius.
Alan yang berbalik arah, dia melihat hal mengejutkan. Ada seseorang yang di culik dan di masukan ke dalam mobil. Alan berniat pura-pura tak melihat dan hendak kembali ke kantor untuk mengambil ponsel miliknya yang tertinggal. Namun entah kenapa dia merasa tak tega. Akhirnya Alan mengikuti mobil si penculik.
Si penculik tahu jika dari belakang ada mobil yang sejak tadi mengikutinya. Saat di lampu merah sengaja melewatinya begitu saja. Sedangkan Alan menghentikan mobilnya karena dia patuh rambu-rambu lalu lintas.
''Sial, cepat juga dia bawa mobilnya. Tapi siapa wanita yang tadi di culik? Kenapa jadi kepikiran ya,'' gumam Alan.
Alan memutuskan untuk pulang. Lagian dia tidak mungkin mengejar penculik yang sudah tak ada jejaknya.
Sang penculik menghubungi nomor seseorang yang menyuruhnya.
''Saya sudah menculik target,'' ucap lelaki itu.
''Bagus, sekap dia di tempat yang menyeramkan. Jangan lupa foto dia dan kirimkan ke saya,'' pinta seseorang yang tak lain adalah Rani.
''Baik,'' jawabnya.
''Sayang,'' ucap seseorang yang baru datang.
Rani menoleh ke belakang, melihat Dito yang baru datang.
''Dari mana saja kamu?''
''Tadi habis nongkrong sama teman-teman. Oh iya, tadi aku sudah ketemu sama pacarnya Alan. Waw banget ternyata, sepertinya tak tega jika harus di habisi,'' ucap Dito.
Ini yang Rani takutkan dari seorang Dito, tak mungkin berani berbuat kasar kepada wanita cantik. Itu alasannya Rani menyewa orang lain untuk menghabisi Kiana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments