18. Kecelakaan

"Pa, tolong batalkan gugatan cerai Dila untuk Mas Dafa! Dila tidak mau bercerai Pa, Dila masih ingin mempertahankan rumah tangga kami." pinta Dilara pada Dirgantara, dia menatap lirih pada wajah yang mulai keriput dimakan usia itu.

Mendengar permintaan Dilara, seketika Dirgantara menggelengkan kepala. Tatapannya nampak tajam mematut muka Dilara yang nampak sangat pucat, bahkan suaranya pun terdengar lemah dan bergetar.

"Tidak Dila, Papa tidak setuju. Apa lagi yang kamu harapkan dari pecundang seperti dia itu? Dia tidak akan bisa membahagiakan kamu. Lihat saja, ini sudah satu bulan lebih, tapi dia bahkan tidak berniat untuk mencari kamu apalagi meminta maaf." ucap Dirgantara menolak permintaan Dilara. Keputusannya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.

"Tapi Dila tidak ingin berpisah Pa, Dila mau pulang ke rumah Mas Dafa." ujar Dilara yang sudah sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah memikirkannya semalaman.

"Tidak Dila, kalau Papa bilang tidak berarti jawabannya tidak. Sudah cukup Papa menuruti kehendak kamu selama ini, sekarang Papa tidak akan mengalah lagi. Jika kamu masih memaksa, Papa akan membawa kamu ke Bandung. Tinggal di sana dan mulai kehidupan baru!" tegas Dirgantara yang sudah memutuskan apa yang terbaik untuk putrinya. Dia sangat yakin bahwa Dafa bukanlah pria yang cocok untuk Dilara.

"Kalau begitu, tunggu saja kematian Dila!" Dilara menatap tajam pada Dirgantara, sedetik kemudian berlari ke kamar dan kembali mengurung diri.

Dia merindukan suaminya dan ingin sekali bertemu dengannya. Dia juga ingin mengatakan kalau dia tengah mengandung darah daging mereka, dia bahkan tidak peduli Dafa mau menerima itu atau tidak. Baginya bisa berada di samping Dafa saja sudah cukup membuatnya bahagia.

Ya, cinta benar-benar sudah membuat Dilara setengah gila. Niat yang awalnya ingin berpisah, kini malah berubah menjadi rasa rindu yang teramat sangat. Dia ingin memeluk Dafa dan merasakan kehangatan tubuhnya.

Sekitar pukul dua siang, Dirgantara meninggalkan kediamannya dan kesempatan itu dimanfaatkan Dilara untuk keluar dari rumah. Dengan berbalut piyama panjang, Dilara lekas mengeluarkan motor dari garasi dan tancap gas menyusuri jalan raya.

Satu jam kemudian, sampailah motor yang dikendarai Dilara di depan rumah sederhana milik Dafa yang nampak sepi tanpa jejak kehidupan. Awalnya Dilara merasa ragu untuk turun, tapi setelah berpikir panjang dia pun lekas berjalan menuju pintu utama yang ternyata tidak dikunci.

Dengan tangan bergetar, Dilara memberanikan diri mendorong pintu itu kemudian melangkah perlahan memasuki ruang tamu.

Karena tidak menemukan siapa-siapa, Dilara melanjutkan langkahnya menuju ruang makan lalu memasuki dapur. Namun, tetap saja tidak ada siapa-siapa di rumah itu.

Saat kaki Dilara mendekati pintu kamar, telinganya tidak sengaja mendengar percakapan Dafa dengan seorang wanita. Dilara yang penasaran, semakin mendekat dan berdiri di balik pintu yang terbuka sedikit.

Dilara sengaja mengintip, dia penasaran dengan siapa Dafa berbicara di dalam sana.

"Anak Ayah jangan nakal ya! Kasihan Ibu kalau kamu banyak tingkah," ucap Dafa sambil mengelus perut Mega, istri pertamanya.

Ya, ternyata sejak beberapa hari ini Mega sudah kembali tinggal di rumah Dafa. Dia kehabisan uang karena Dilara tidak mengirim jatahnya sampai detik ini, mau tidak mau dia harus rela menginjakkan kaki di rumah itu lagi.

Dilara yang melihat itu tiba-tiba membulatkan mata, dia pun dengan cepat menutup mulut yang tiba-tiba terbuka. Seketika matanya berkaca menyaksikan pemandangan itu.

Ya, ternyata Mega juga tengah mengandung anak Dafa. Rasanya Dilara tidak mungkin mengungkapkan kehamilannya pada pria itu. Dia tidak berani merusak kebahagiaan Dafa yang terlihat begitu ceria menanti kehadiran buah hatinya.

Nampaknya kepergian Dilara tidak mempunyai pengaruh apa-apa untuk Dafa. Hubungannya malah semakin erat dengan Mega.

Tidak ingin menjadi benalu diantara mereka berdua, Dilara pun berbalik sambil menyeka pipinya yang sudah basah disiram embun kekecewaan yang mendalam.

Dilara pikir Dafa akan menunggunya pulang, tapi ternyata pria itu tengah asik merayakan kebahagiaan mereka. Lalu untuk apa lagi Dilara di sana?

Saat berjalan meninggalkan pintu, kaki Dilara tidak sengaja menyenggol meja kecil yang terpajang di sudut dinding. Suara benturan itu terdengar jelas sampai ke kamar.

Sontak Dafa dan Mega terperanjat. "Suara apa itu?" gumam Mega yang masih berbaring di atas kasur.

Dafa pun lekas turun dari tempat tidur dan keluar melihat keadaan. Dilara yang ikut terkejut langsung berlari meninggalkan rumah, dia tidak ingin Dafa mengetahui kedatangannya.

Sesampainya di luar, Dafa lekas berlari menyusul siluet seseorang yang sempat tertangkap oleh indra penglihatannya. "Hei," soraknya, tapi bayangan itu keburu hilang sehingga Dafa pun mengejarnya sampai halaman.

"Dila..." gumam Dafa ketika mendapati Dilara yang sudah duduk di atas sepeda motor. "Dila..." soraknya, tapi Dilara tidak menyahut dan malah tancap gas meninggalkan kediamannya.

Seketika Dafa pun berlari ke dalam, dia mengambil kunci motor dan lekas menyusul Dilara. Aksi kejar-kejaran pun terjadi di tengah ramainya kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.

"Dila, tunggu!" sorak Dafa saat sepeda motor yang dikendarainya sudah semakin dekat dengan Dilara.

Akan tetapi, Dilara tidak mau berhenti dan malah semakin mempercepat laju motornya.

"Braak..."

Saking kencangnya, Dilara tidak bisa menjaga keseimbangan sehingga motornya oleng dan tak sengaja menabrak trotoar. Tubuh Dilara terpental sekitar dua meter sedangkan sepeda motor miliknya terseret di badan jalan. Dilara meringkuk menutupi perutnya agar tidak membentur benda keras.

Sontak kecelakaan itu menimbulkan kemacetan parah hingga beberapa meter. Dafa yang melihat kejadian itu nampak syok dan bergegas menghentikan laju motornya.

"Dila..." pekik Dafa dengan tatapan nyalang, air mukanya mendadak memutih dengan sekujur tubuh bergetar hebat. Dia tidak menyangka Dilara akan mengalami nasib naas seperti ini.

Dengan kaki gemetaran, Dafa berlari menghampiri Dilara yang sudah tergeletak berlumuran darah di bagian kepala, lengan dan kaki. Ditambah lagi ada darah yang mengalir di sela-sela kedua paha, hal itu nampak jelas dari celana berwarna terang yang dia kenakan.

"Dila..." lirih Dafa dengan perasaan takut yang tidak bisa lagi dikendalikan. Air matanya menetes seiring isak yang menderu di telinga Dilara. Dafa pun membawa Dilara ke pelukannya.

"M-Mas..." Dilara masih sempat mengukir senyum seraya meraih pipi Dafa. Rasa sakit seketika hilang saat merasakan kehangatan tubuh suaminya yang sangat dia rindukan.

"M-maaf untuk semua rasa sakit yang sudah aku ciptakan. A-aku ikut senang melihat Mas sudah berbaikan dengan Mbak Mega, semoga kalian bahagia." ucap Dilara dengan susah payah, hembusan nafasnya terdengar berat dan tercekat di tenggorokan. "Selamat atas kehamilan Mbak Mega, kamu beruntung memiliki istri seperti dia." imbuh Dilara sambil menyentuh perutnya.

"Sssttt... Cukup, jangan bicara lagi!" Dafa menaruh telunjuknya di bibir Dilara, air matanya semakin tak bisa dia bendung.

"Aku lelah Mas, aku ingin tidur. Tolong dekap aku sekali saja, anggap ini permintaanku yang terakhir. Aku... Aaaah..." Dilara tiba-tiba meringis menahan rasa sakit di perutnya.

Dafa pun mendekapnya erat sambil berkata. "Jangan bicara seperti itu, sekarang kita ke rumah sakit ya. Kamu pasti baik-baik saja."

"Aku tidak kuat lagi Mas, biarkan saja aku tidur di pelukanmu barang sejenak. Aku hanya ingin menikmati sentuhan pria yang sangat aku cintai untuk pertama dan terakhir kalinya."

Setelah mengatakan itu, Dilara kembali tersenyum hingga pada akhirnya dia pun menutup mata perlahan.

Terpopuler

Comments

MIKU CHANNEL

MIKU CHANNEL

tapi jadi ngerasa Aneh saja, katanya udah lama Dafa tdk mengunjungi Mega, bahkan saat Dila masih tinggal bersama Dafa dan kepergian Dila Megakan lama ngak tinggal serumah lah ini kok tiba-tiba dia hamil juga, atau jangan-jangan ibu bukan anaknya Dafa Aduh pusing

2023-02-11

0

MIKU CHANNEL

MIKU CHANNEL

lah ia yah, Dafa kan bekerja di perusahaan Papanya Dilara, emang dia tidak tau apa rumahnya Dilara, dia mati-matian tidak mau bercerai dengan Dila tapi ngak ada usaha sedikitpun buat mencari keberadaan Dila dirumah Ortunya gitu, dan sekarang dia udah baikan aja Sama Mega, ini laki maunya apa sih?

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!