6. Pulang ke Rumah Istri Tua

Setelah memarkirkan motor di halaman, Dafa berlarian memasuki rumah tapi tak melihat Dilara di ruang tamu. Dia pun melanjutkan langkahnya menuju dapur tapi tak jua menemukan istrinya.

Darah Dafa tiba-tiba berdesir seiring detak jantung yang berdegup tak menentu, lalu berlari ke dalam kamar. Lagi-lagi Dafa tak melihat Dilara di sana.

Dalam hati Dafa berpikir, mungkinkah Dilara lari dari rumahnya dan memilih pulang ke rumah Dirgantara? Tapi setelah melihat koper Dilara yang masih berdiri tegak di samping lemari, pikiran itu langsung lenyap dari benak Dafa.

Kemana perginya Dilara? Dafa mulai panik dengan air muka memucat. Dia khawatir kejadian tadi menyisakan trauma di hati Dilara.

Saat Dafa hendak menutup pintu kamar, telinganya tak sengaja mendengar gemercik air yang berjatuhan di lantai. Matanya tiba-tiba membulat dengan jantung berdetak kencang.

Tanpa pikir panjang, Dafa dengan cepat berlari menuju kamar mandi dan mendorong pintu dengan kasar.

"Braak..."

"Deg..."

Pintu terbuka lebar seiring mata Dafa yang seketika terbelalak.

Segera Dafa berlari dan lekas mematikan shower yang masih menyala membasahi tubuh Dilara, wanita malang itu terbujur lemah tak sadarkan diri.

"Dilara... Apa yang kamu lakukan?" lirih Dafa membawa Dilara ke pelukannya. Setelah itu Dafa menggendongnya dan membaringkannya di kasur.

Wajah Dilara nampak pucat dengan bibir memutih, bahkan denyut nadinya melemah karena terlalu lama diguyur air. Entah sejak kapan Dafa sendiri tidak tau, mungkin saja sejak dia meninggalkan rumah tadi.

Karena tak ingin istrinya masuk angin berbalut pakaian basah, Dafa pun dengan cepat mengelap tubuh Dilara. Dengan tangan bergetar dia melucuti satu persatu pakaian itu dan menggantinya dengan pakaian kering.

"Dilara, bangun!" ucap Dafa sambil mengusap telapak tangan Dilara, tapi hal itu tidak mampu membangunkan istrinya.

Lalu Dafa berlari menghampiri meja rias, dia mengambil minyak kayu putih dan membarut bagian tubuh Dilara yang dirasa perlu untuk menghangatkan tubuhnya. Sayang hal itu tak juga mampu menyadarkan Dilara.

Mau tidak mau Dafa terpaksa mengambil jalan tengah. Dia membuka baju dan berbaring di samping istrinya, lalu membawanya ke dalam dekapannya. Dia memeluknya erat seraya mengusap punggungnya.

Sebenarnya Dafa tidak ingin melakukan ini, tapi apa lagi yang bisa dia perbuat.

Setengah jam berlalu, wajah Dilara mulai memerah karena suhu tubuh Dafa yang hangat. Nafasnya pun kembali stabil meski dalam keadaan mata yang masih tertutup rapat.

"Jangan Mas, aku mohon! Tolong maafkan aku, sakit..." igau Dilara, kepalanya bergerak ke sana kemari seperti menghindari sesuatu. Hati Dafa tiba-tiba mencelos melihat itu, alangkah kejamnya dia menyiksa wanita tak bersalah seperti Dilara.

Dafa kemudian mendekapnya erat, Dilara tersentak dan membuka mata lebar-lebar. Dilara langsung menjerit dan mendorong Dafa menjauh darinya, tubuhnya sontak terhempas ke lantai. "Jangan sakiti aku lagi, aku mohon!" pinta Dilara menekuk kedua kaki dan memeluk lututnya erat. Air matanya berjatuhan menangisi perlakuan Dafa yang menyakitkan.

Ya, sepertinya Dilara sangat trauma karena perlakuan kasar Dafa tadi.

Meski tidak ada cinta di hati Dafa untuknya, tapi apa harus berlaku kasar padanya? Ditambah lagi tuduhan Dafa yang seakan menganggapnya seperti wanita murahan.

Dilara memang merendahkan dirinya hanya untuk mendapatkan Dafa, tapi bukan berarti dia akan tidur dengan sembarangan pria di luar sana.

"Dilara..." ucap Dafa seraya menghampiri Dilara dan berjongkok di depannya.

"Pergi Mas, aku tidak mau melihat wajahmu!" bentak Dilara meninggikan volume suaranya, dia benar-benar takut menatap mata Dafa.

"Maaf, a-aku..."

"Aku yang salah, tidak seharusnya aku mengambil mu dari istri pertamamu. Pergi, kembalilah padanya!" Dilara langsung menjauh, dia mengambil kertas dan pulpen lalu menuliskan alamat Mega di atasnya. "Ini alamat Mbak Mega, pulanglah ke rumahnya!" setelah mengatakan itu Dilara meninggalkan kamar dan memilih duduk di dapur.

Tangisannya pecah tanpa mengeluarkan suara. Tak disangka dia akan mengalami kekerasan fisik dari laki-laki yang sangat dia cintai. Laki-laki yang hampir saja membuatnya separuh gila.

Lalu sekarang apa yang harus dia lakukan? Dia sudah terlanjur menjadi istri Dafa, dia sendiri tidak tau bagaimana cara mengembalikan keadaan seperti semula.

Dalam ketidakberdayaannya, Dafa kembali mendekat dan berjongkok di hadapannya. Tatapan pria itu nampak sendu menyesali perbuatannya.

"Pergi saja, tidak usah berkata apa-apa." ucap Dilara tanpa peduli apa yang ingin dikatakan Dafa padanya.

"Dilara..."

"Untuk sementara waktu, biarkan aku menenangkan diri terlebih dahulu. Setelah kamu kembali, kita selesaikan semuanya baik-baik." imbuh Dilara. Dia menyeka wajahnya dan berlari meninggalkan Dafa.

Sakit? Jawabannya iya, ini benar-benar menyakitkan untuk Dilara. Jika memang jodoh mereka tidak ada, Dilara akan melepasnya dengan ikhlas. Sesuatu yang didapat dengan cara bermain curang tentunya tidak akan berakhir bahagia. Kini dia sadar bahwa mencintai saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah rumah tangga.

Dengan raut bimbang penuh penyesalan, Dafa akhirnya meninggalkan rumah tanpa berpamitan. Mau tidak mau dia memang harus pergi ke rumah Mega. Tapi entah kenapa kakinya tiba-tiba berat untuk melangkah, dia sangsi meninggalkan Dilara dalam keadaan seperti ini.

Dari tirai jendela kamar, Dilara mengintip Dafa seraya terisak. Dadanya terasa nyeri melepas suaminya seperti ini, tidak bisakah Dafa kembali dan mengecup keningnya sekali saja? Tentu saja tidak mungkin karena itu hanya ilusi Dilara semata.

Setelah Dafa benar-benar pergi, Dilara menjatuhkan dirinya di lantai. Tangisannya pecah tanpa bisa dia tahan.

...****************...

"Kamu sudah datang?" sapa Mega yang kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Tiga hari tidak bertemu membuat Dafa pangling dengan kecantikan istri pertamanya itu. Rambutnya tergerai indah seperti usai melakukan smoothing, mukanya nampak cerah dan glowing seperti nastar. "Masuklah, anggap saja rumah sendiri!" imbuh Mega dengan congkaknya menyindir Dafa.

"Hmm..." gumam Dafa tanpa berkata apa-apa, lalu masuk ke rumah besar Mega yang tampak sangat mewah. Manik mata Dafa bergerak liar ke segala arah.

Pantas saja Mega bersikukuh menyuruhnya menikah lagi. Ternyata apa yang diberikan Dilara tidak sekedar main-main, wajar Mega sangat tergiur dengan tawaran Dilara.

"Aku ada janji sama temanku. Kalau kamu mau makan, minta saja sama pelayan. Kalau mau istirahat, kamar kita ada di lantai atas." ucap Mega, lalu meninggalkan rumah begitu saja.

Melihat sikap Mega yang jauh berubah dari sebelumnya, Dafa pun tersenyum getir. Ternyata harta dan uang sudah membutakan mata hati istrinya. Bahkan Mega tak berniat meletakkan segelas air putih untuk menyambut kedatangannya.

Dengan perasaan canggung, Dafa memilih duduk di meja makan. Seorang pelayan meletakkan secangkir kopi dan cemilan di atas meja. "Silahkan, Pak!" ucap pelayan itu.

"Terima kasih," sahut Dafa, lalu menyeruput kopi itu perlahan.

"Apa istriku sering keluar di jam seperti ini?" tanya Dafa penasaran.

"Iya Pak, sore-sore begini Ibu biasanya selalu keluar. Katanya banyak acara," jawab pelayan itu.

"Hmm... Lalu pulangnya jam berapa?" tanya Dafa lagi.

"Tidak pasti Pak, semalam pulang jam dua belas. Malam sebelumnya kalau tidak salah jam satu." ucap pelayan itu.

"Oh, kalau begitu terima kasih." kata Dafa tersenyum pahit.

Dalam hati dia merasa marah karena Mega tidak biasanya seperti ini. Apa perubahan status sosial ini benar-benar mengubah cara berpikir istrinya?

Dulu Mega memang sering berangan-angan ingin jadi orang kaya dan bergerak bebas sesuka hatinya, tapi Dafa tidak menyangka bahwa Mega akan kebablasan seperti ini.

Apa karena dia tidak ada makanya Mega memilih menyibukkan diri di luar sana? Entahlah, Dafa sendiri tidak tau jawabannya. Otaknya benar-benar kacau memikirkan dua istri sekaligus.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!