Pesona Istri Kedua Yang Disiakan
Di sebuah rumah kecil nan sederhana, seorang penghulu duduk menantikan sepasang mempelai yang sebentar lagi akan dinikahkan. Di hadapannya sudah duduk dua orang pria yang ditunjuk sebagai saksi dan seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Dirgantara Sutrisno.
Dirgantara Sutrisno merupakan seorang konglomerat ternama di tanah air, dia adalah satu-satunya pemilik dan pendiri PT Oke Food Dirgantara Sentosa.
PT OFDS bergerak di bidang industri makanan sejak dua puluh lima tahun yang lalu, salah satu pemasok beberapa brand ternama yang sudah menjalar hingga pelosok negeri. Bahkan beberapa negara tetangga juga sudah mulai menyediakan brand tersebut, mereka mengekspor produk itu sesuai permintaan para WNI yang merindukan makanan buatan Indonesia.
PT OFDS memproduksi aneka mie instan. Tidak hanya itu, PT OFDS juga memproduksi makanan cepat saji lainnya, aneka minuman segar, bumbu dapur, beberapa cemilan ringan dan lain sebagainya.
Malam ini Dirgantara harus merelakan putri semata wayangnya menikah dengan laki-laki pilihannya. Ini seperti cambuk yang melukai sekerat raga Dirgantara, tapi dia tidak berdaya menolak keinginan putrinya itu.
...****************...
"Saya terima nikah dan kawinnya Dilara Ariesta binti Dirgantara Sutrisno dengan mas kawin tersebut, tunai."
Suara bariton Dafa Satria menggelegar memenuhi ruangan berukuran empat kali empat itu, dua orang saksi berkata sah dengan lantang. Dirgantara pun mengikutinya seraya tersenyum getir, banyak pertanyaan yang berkecimpung di benaknya.
Salahkah dia merestui pernikahan ini? Putrinya baru berusia dua puluh tahun sementara suaminya sudah berumur tiga puluh tahun. Tidak hanya perbedaan usia yang menjadi kekhawatiran Dirgantara, tapi juga status putrinya yang harus menjadi istri kedua untuk Dafa, seorang karyawan biasa yang bekerja di pabrik miliknya.
Sebenarnya tidak sulit bagi Dirgantara mencarikan pendamping hidup untuk Dilara. Putrinya itu cantik dan pintar, banyak pria kaya dan anak konglomerat yang tertarik padanya. Dia memiliki segalanya, tapi cinta sudah membutakan mata hatinya.
Ya, pertemuan pertama antara Dilara dan Dafa saat mengunjungi pabrik beberapa waktu yang lalu ternyata menumbuhkan benih-benih cinta di hati Dilara.
Meski awalnya sempat kecewa, tapi Dilara tidak mau menyerah sampai di sana. Sejak kecil dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Sekarang, dia pun harus mendapatkan laki-laki yang dia cintai, tidak peduli bagaimanapun caranya.
Dafa sendiri sebenarnya baru menikah sekitar enam bulan yang lalu. Awalnya rumah tangga Dafa dan sang istri yang bernama Mega berjalan dengan baik, tapi makin kesini sifat asli Mega semakin terlihat jelas. Mereka sering bertengkar karena hal yang tidak wajar, terlebih masalah uang.
Mega pikir Dafa memiliki pekerjaan yang cukup matang dan menghasilkan banyak uang setiap bulannya, tapi ternyata Dafa hanyalah seorang karyawan biasa yang digaji sekedar cukup untuk makan. Setiap pulang kerja, pasti ada saja yang dikeluhkan istrinya itu.
Tanpa Dafa sadari, setiap pulang kerja Dilara selalu membuntutinya. Dari situlah Dilara tau bagaimana kehidupan rumah tangga Dafa yang sebenarnya.
Lalu saat Dafa tengah berada di pabrik, Dilara dengan sengaja mengunjungi rumah suaminya itu. Dia menemui Mega secara pribadi dan mengungkapkan maksud kedatangannya.
Setelah melakukan tawar menawar, akhirnya Mega setuju untuk membagi suaminya dengan Dilara. Tentu saja dengan embel-embel yang cukup menggiurkan yang dijanjikan Dilara untuknya.
Dilara sebenarnya tidak ingin egois, tapi dia sudah terlanjur cinta pada Dafa sebelum tau bahwa suaminya itu sudah memiliki istri.
Mulai malam ini, Dilara yang akan tinggal di rumah sederhana milik Dafa. Sedangkan Mega akan pindah ke rumah barunya yang sudah disiapkan Dilara.
"Selamat untuk pernikahan kalian berdua. Sekarang tolong berikan apa yang sudah kamu janjikan!" ucap Mega seraya menyeret sebuah koper yang berisi barang-barang miliknya. Dia sudah jenuh tinggal di rumah kecil itu, panas dan pengap menurutnya.
"Kamu mau kemana? Ini rumahmu juga," tanya Dafa mengerutkan kening.
"Sekarang tidak lagi, mana mungkin kita bertiga bisa tinggal di bawah satu atap yang sama? Lagian aku sudah bosan tinggal di rumah kecil kamu ini, sumpek tau." sindir Mega dengan senyum mengejek.
"Lalu kamu mau tinggal dimana? Ingat Mega, aku masih suami sah kamu!" tegas Dafa penuh penekanan, keningnya mengernyit mengatakan itu.
"Aku sudah punya rumah baru, yang jelas lebih besar dan mewah dari rumahmu ini. Di sana juga ada pembantu, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi menyiapkan keperluanmu." jawab Mega mengukir senyum lebar. Dia benar-benar sudah tidak sabar ingin menginjakkan kaki di rumah barunya.
Setelah lama terdiam mendengar obrolan Dafa dan istri pertamanya itu, Dilara kemudian berjalan mengambil sebuah tas yang tadi dia letakkan di atas lemari pajang.
Setelah kembali, Dilara mengeluarkan beberapa map dari tas itu. "Ini sertifikat rumah yang aku janjikan sebelumnya!" Dilara memperlihatkan sertifikat itu dan memberikan kunci rumah itu sekalian. "Lalu ini surat-surat mobil dan kuncinya!" Dilara kemudian memberikan nota pembelian mobil, stnk, bpkb beserta kuncinya. "Lalu ini rekening dan kartu atm untuk Mbak, setiap bulannya aku akan mentransfer uang senilai seratus juta rupiah. Jadi gaji Mas Dafa tidak perlu diusik lagi, itu akan menjadi hakku sepenuhnya!" jelas Dilara dengan sedikit penekanan.
"Tidak masalah, ambil saja uang itu untukmu! Lagian uang lima juta itu hanya cukup untuk membeli beras selama sebulan, aku tidak butuh." ucap Mega yang seakan meremehkan hasil kerja keras suaminya. Tentu saja uang seratus juta perbulan lebih berharga baginya.
"Ya sudah, kalau begitu aku pamit. Jaga suamiku dengan baik! Ingat, Senin, Selasa, Rabu jatahku, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu giliranmu!" terang Mega mengingatkan pembagian hari untuk mereka berdua, lalu mengambil semua yang diberikan Dilara tadi.
"Baik Mbak, Senin akan aku antar Mas Dafa pulang ke rumah Mbak." angguk Dilara pertanda mengerti.
Setelah Mega menghilang dari pandangan mereka, Dirgantara menghampiri putri dan menantunya itu. "Tolong jaga Dilara dengan baik, perlakukan dia selayaknya istri! Kalau dia salah, tegur saja, tapi jangan sekali-sekali menyakitinya apalagi melakukan tindak kekerasan padanya. Kalau kamu tidak menginginkannya lagi, lebih baik kembalikan pada Papa!" pesan Dirgantara.
Dafa tidak menyahut, dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Situasi ini begitu membingungkan untuknya, dia seakan kehilangan harga diri sebagai seorang suami. Bisa-bisanya kedua wanita itu memperjualbelikan dirinya seperti sebuah barang dagangan.
Lalu Dirgantara pamit setelah memeluk dan mencium pipi putri kesayangannya itu. Meski sedikit sangsi meninggalkan Dilara di rumah kecil itu, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ini pilihan Dilara, gadis itu harus menanggung konsekuensi atas apa yang sudah dia pilih.
Setelah menutup pintu utama, Dilara melingkarkan tangannya di lengan Dafa lalu keduanya masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah dihias seadanya.
"Tidak usah berharap lebih dari pernikahan gila ini!" tukas Dafa sesaat setelah keduanya tiba di dalam kamar. Dia pun menyingkirkan tangan Dilara dari lengannya dan menjauh beberapa senti.
"Mas..."
"Ingat, aku hanyalah sebuah barang yang kalian perjualbelikan seenaknya. Jadi jangan salahkan aku jika-"
"Mas, kamu salah paham. Aku tidak berniat membelimu, aku mencintaimu Mas. Apa lagi yang bisa aku lakukan?" potong Dilara, lalu berhamburan ke pelukan Dafa.
"Tolong mengertilah! Mana aku tau kalau cinta ini akan berlabuh pada pria yang sudah memiliki istri?" lirih Dilara seraya mempererat pelukannya.
"Kenapa harus aku, hah? Bukankah di luar sana masih banyak pria lajang? Apa matamu buta?" bentak Dafa meluapkan emosi yang sedari tadi dia tahan, lalu mendorong Dilara hingga lengannya membentur dinding.
"Aww..."
Sakit memang, tapi Dilara berusaha keras menahannya. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Dafa.
Dengan air mata yang sudah menetes di pipinya, Dilara berlari meninggalkan kamar. Tangisannya pecah sesaat setelah menutup pintu.
"Ya, aku memang salah. Aku membelimu dari istri pertamamu, tapi itu semua karena aku mencintaimu Mas. Aku ingin memilikimu, apa cinta ini salah?" isak Dilara mengulum ucapannya, dia tidak memiliki kekuatan untuk bersuara.
Dengan langkah gontai dan air mata yang masih berjatuhan, Dilara menjauh dari pintu kamar. Dia membaringkan diri di atas sofa dengan kebaya yang belum sempat dia buka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Siti Sri Wahyuni
Mampir...
2023-03-11
1
red_rubby
parah si Mega.
mau berbagi suami demi materi.
Hay KK...
aku mampir. jangan lupa main ke lapak aku ya
2023-02-16
1
MIKU CHANNEL
kamu dah gila Dilara, hanya utk mendapatkan cinta dan memiliki Dafa kamu sampai rela menjatuhkan harga dirimu, kayak ngak ada laki2 lain aja, suka sama laki orang, apa bedanya kamu sama pelakor aduh miris sekali sama jalan pikiran Dilara ini
2023-02-05
3