3. Sabar Tanpa Batas

Pukul dua siang Dilara sudah tiba di rumah. Mendapati Dafa yang tengah duduk di ruang tamu, Dilara pun menghampirinya dan menyalami serta mencium punggung tangan suaminya itu.

"Siang Mas, apa Mas sudah makan?" tanya Dilara mengukir senyum.

"Keluyuran kemana saja tadi? Jam segini baru pulang," bentak Dafa tanpa menjawab pertanyaan Dilara. Hal itu membuat Dilara tersenyum getir dengan mata sedikit berkaca.

Tanpa menjawab, Dilara langsung berbalik dan pergi begitu saja. Dia tidak ingin berdebat yang nantinya akan menimbulkan pertengkaran diantara mereka.

Dilara menaruh tasnya di atas meja makan, kemudian menyingsingkan lengan kemeja yang dia kenakan dan masuk ke dapur menyiapkan makanan. Dia tau Dafa belum makan setelah melihat meja makan yang masih rapi tanpa adanya bekas makanan ataupun piring kotor.

Setengah jam kemudian, Dilara menata masakannya di atas meja makan. Dia langsung menyiapkan piring dan mengisinya dengan nasi lalu berjalan menuju ruang tamu memanggil Dafa.

"Mas, makan dulu yuk!" ajak Dilara dari jarak kurang lebih dua meter. Dia tidak berani mendekati Dafa, takut suaminya itu bertindak kasar lagi padanya.

Tanpa menjawab, Dafa langsung bangkit dari duduknya sembari menilik Dilara dengan tatapan tajam menakutkan lalu duduk di meja makan dan menyantap makanannya tanpa bersuara. Dilara pun menyusul dan duduk di sampingnya tanpa memakan apa-apa. Matanya fokus menatap Dafa yang terlihat sangat tampan ketika mengunyah makanan yang memenuhi mulutnya.

Andai saja Dafa mau menatapnya sedikit saja, pasti dia akan sangat bahagia dan berteriak sekencang-kencangnya lalu mengatakan bahwa dia sangat mencintai suaminya.

Akan tetapi hal itu hanya ilusi Dilara semata. Tidak mungkin Dafa mau melihatnya sebagai seorang istri setelah apa yang dia lakukan untuk mendapatkannya.

Usai menghabiskan makanan yang ada di piringnya, Dafa beranjak pergi tanpa berkata apa-apa. Jangankan memuji masakan Dilara, menatapnya saja Dafa sangat malas.

"Tidak apa-apa Dilara, kamu itu wanita kuat. Tahan semua rasa sakit ini sendirian, inilah harga yang harus kamu bayar karena melakukan kecurangan untuk mendapatkannya." batin Dilara menguatkan dirinya sendiri.

Untuk apa marah? Dafa tidak bersalah, dia hanya korban dari ambisi Dilara dan keserakahan istri pertamanya.

Setelah mengisi perut, Dilara merapikan meja makan dan membawa piring kotor ke dapur lalu mencucinya. Setelah itu dia masuk ke kamar meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Tidak hanya lelah fisik tapi juga lelah hati.

Apa Dilara sanggup menjalani pernikahan dingin seperti ini? Ataukah dia akan menyerah sebelum mendapatkan hati Dafa?

Entahlah, hanya Tuhan yang tau bagaimana hubungan ini akan berlanjut. DIA juga yang bisa membolak-balikkan hati manusia.

"Siapa yang menyuruhmu berbaring di sini, hah?" bentak Dafa sesaat setelah menginjakkan kaki di dalam kamar. Matanya membulat dan memerah melihat Dilara yang tengah selonjoran di atas tempat tidurnya.

"Mas..." lirih Dilara dengan tatapan mengiba.

"Turun!" hardik Dafa meninggikan volume suaranya.

Dilara tersenyum pahit dan menurunkan kakinya dari ranjang. Rasanya dia ingin marah tapi kekuatannya tidak cukup untuk melakukannya.

Setelah kedua kakinya menginjak lantai, Dilara lekas berjalan melewati Dafa dan meninggalkan kamar dengan perasaan tidak menentu.

Jangankan menyentuh orangnya, menyentuh kasurnya saja tidak diizinkan.

Lalu Dilara meninggalkan rumah dan duduk di halaman, tepat di bawah pohon jambu yang tumbuh dengan rindang. Dilara menyandarkan punggungnya pada bangku kayu yang terdapat di sana.

"Apa aku harus menyerah secepat ini? Ini terlalu berat untuk dijalani, tapi aku juga tidak mau berpisah dengan Mas Dafa. Jadi istrinya saja sudah cukup membuatku bahagia." gumam Dilara seraya menengadah menghadap langit. Perlahan matanya mulai terpejam dan tertidur saking lelahnya.

Tidak terasa hari semakin gelap dan Dilara masih tertidur dengan pulas. Bahkan rintik-rintik hujan yang berjatuhan serasa bagaikan selimut untuknya. Tidurnya semakin nyenyak dengan pakaian yang sudah basah di tubuhnya.

Sedangkan Dafa yang berada di dalam rumah tidak bereaksi apa-apa melihat hujan yang turun semakin lebat, dia malah menutup pintu dan mematikan lampu depan tanpa peduli dimana dan bagaimana keadaan Dilara sekarang.

"Permisi," sapa seorang pria yang tak sengaja melihat seorang wanita yang tertidur di atas bangku itu. Pria itupun memayungi Dilara dan memberanikan diri menepuk lengannya.

Sontak Dilara tersentak dan membuka mata lebar-lebar. "Siapa kamu?" tanya Dilara ketakutan sambil menjauhkan diri dari pria itu.

"Jangan takut, aku warga sini. Aku mau ke warung membeli kopi, tapi tak sengaja melihatmu di sini. Kenapa tidur di luar? Hujannya lebat loh, nanti kamu bisa sakit." ucap pria itu dengan suara lembutnya.

"Oh, ma-maaf. Aku ketiduran tadi," kata Dilara terbata. "Kalau begitu terima kasih, aku masuk dulu." imbuh Dilara menangkup tangan di depan dada.

"Silahkan!" sahut pria itu, kemudian meninggalkan Dilara sendirian.

Dilara mengusap wajahnya yang sudah basah dan berjalan memasuki rumah. Sampai di dalam dia dengan cepat membersihkan diri dan mengenakan pakaian bersih.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Dilara bergegas memasuki dapur dan menyiapkan makan malam. Setelah itu dia memanggil Dafa untuk makan bersama.

Sama seperti siang tadi, Dafa tidak sekalipun menatapnya dan malah asik dengan makanannya. Sepertinya kehadiran Dilara benar-benar tak berharga di matanya.

Karena Dafa hanya diam, Dilara pun tidak berani membuka suara. Biarkan Dafa menyantap makanannya dengan lahap, Dilara merasa tidak punya hak untuk mengganggunya.

Usai makan malam, Dafa lagi-lagi meninggalkan meja makan tanpa sepatah katapun. Dilara tersenyum getir dan melanjutkan makannya.

Setelah perutnya kenyang, Dilara bergegas merapikan meja makan dan mencuci piring kotor. Setelah itu dia meninggalkan dapur dan kebingungan harus kemana.

Mau duduk di ruang tamu, di sana ada Dafa. Mau ke kamar, dia takut diusir lagi seperti tadi. Akhirnya Dilara memilih diam di ruang makan, dia duduk di dasar lantai yang hanya beralaskan tikar.

Tidak berselang lama, ponsel Dilara tiba-tiba berdering yang ternyata panggilan dari Dirgantara. Segera Dilara berlari ke dapur dan menggeser tombol hijau lalu berbicara dengan sang papa yang ada di ujung sana.

"Iya Pa," ucap Dilara sesaat setelah panggilan itu terhubung.

"Dila, bagaimana kabar kamu Nak?" tanya Dirgantara.

"Dila baik kok Pa, Papa bagaimana?" jawab Dilara dengan pertanyaan pula.

"Papa juga baik, Nak. Bagaimana pernikahan kalian? Apa Dafa memperlakukanmu dengan buruk?" tanya Dirgantara penasaran.

"Tidak Pa, Mas Dafa sangat baik sama Dila. Papa tidak usah mikir macam-macam, Dila bahagia kok Pa." bohong Dilara, dia tidak ingin Dirgantara tau apa yang terjadi sebenarnya dengan pernikahan mereka. Dilara tidak ingin membebani sang papa dengan masalahnya. Bukankah ini pilihannya? Jadi dia harus menanggungnya sendiri.

"Kamu yakin?" Dirgantara mencoba memastikan.

"Iya Pa, Dila yakin. Sudah dulu ya Pa, Mas Dafa minta dibuatin kopi nih. Dila tutup dulu ya," alibi Dilara, dia tidak sanggup menahan air matanya setelah mendengar suara Dirgantara. Dia tidak ingin sang papa mendengarnya menangis.

"Iya sayang, salam untuk Dafa ya." ucap Dirgantara.

"Iya Pa, nanti Dila sampaikan. Dah Papa," sahut Dilara seraya mematikan sambungan telepon itu dengan cepat. Tenggorokannya terasa penuh dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya.

"Maafkan Dila, Pa. Dila terpaksa berbohong, Dila tidak ingin Papa membenci Mas Dafa. Dila sangat mencintainya, Dila hanya menginginkan Mas Dafa. Kenapa cinta ini sangat menyakitkan? Dila rasanya ingin mati menanggung perasaan ini. Apa Dila mati saja agar semua kembali seperti semula?" isak Dilara meremas dadanya yang terasa sangat ngilu. Separuh nyawanya seperti melayang saking sakitnya dia menahan perasaan ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!