Bab 8 Rencana

Hari Senin kembali datang,waktunya kembali bekerja bagi para pencari uang.Begitupun dengan Shanum, dirinya semangat mengawali hari ini.Seperti biasa, dirinya bersiap untuk pergi ke sekolah untuk berjualan Sempol ayam.Sempol ayam sudah di tata di box kemudian di taruh di bagian bawah.Juga ada beberapa botol minyak goreng untuk menggoreng Sempol ayam.

Setelah semuanya siap, Shanum kembali masuk ke dalam rumah untuk berpamitan kepada ibunya.

"Bu, Sha jualan dulu ya Bu,doakan dagangan Sha laris manis."Ucapnya sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Iya nak,ibu selalu mendoakan kamu agar Sempol ayam nya laris manis."

Setelah itu Shanum pun menjalankan motornya menuju sekolah tempat Shanum berjualan.

Sampai di sekolah Shanum langsung menuju tempat biasa dia jualan.Sudah ada beberapa pedagang yang datang.

Sementara itu di tempat lain,Bara pun sudah sampai di kantornya.Memarkirkan motornya di parkiran khusus karyawan.Karyawan yang mengagumi Bara semakin di buat kagum karena sifat Bara yang begitu sederhana.Tak malu walaupun dirinya seorang CEO dan juga keluarganya konglomerat pergi bekerja menggunakan motor.Bahkan para karyawan banyak yang memaksakan kehendak mereka untuk mempunyai mobil.

Setelah itu Bara langsung menuju ruangannya.Sudah banyak berkas yang harus dia kerjakan.Menghela nafasnya lalu dengan semangat dia kerjakan semuanya.

Hari berlalu begitu cepat,sudah satu Minggu setelah kejadian di rumah Felita sejak saat itu Bara tak lagi menemui Felita bahkan menghubungi kekasihnya itupun tidak.Secepatnya dia akan memutuskan hubungannya dengan Felita.

Saat jam makan siang,Bara keluar kantor untuk mencari makan siang.Bara melajukan motornya di tempat makan yang biasa dia beli,tapi kali ini dia ingin makan di rumah makan dekat butik ternama.

Saat akan memarkirkan motornya Bara melihat Felita,sedang bergandengan tangan dengan seorang lelaki.Bara pun menghampiri Felita.

"Feli."Panggil Bara, Felita pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Kamu sama siapa?"Tanya Bara lagi.

"Ini kekasih baru aku, memang kenapa?"tanya balik Felita dengan nada angkuh.

"Dia siapa sayang?Kamu Kenal sama dia?"Lelaki tersebut memandang remeh Bara yang hanya menggunakan motor.

"Entahlah sayang,aku juga gak kenal."Bara pun kaget mendengarnya.

"Baguslah kalau kamu memang tidak mengenalku.Maaf sepertinya saya salah orang.Tapi saya hanya ingin mengucapkan,hubungan kita cukup sampai disini."Setelah itu Bara kembali melajukan motornya ke rumah makan yang ingin dia tuju.

"Entah kenapa aku tidak merasakan sakit hati saat melihat Feli jalan dengan lelaki lain.Mungkin memang perasaan aku yang sudah berubah terhadap nya."Gumam Bara.

Setelah selesai makan siang, seperti biasa Bara mampir ke taman kota untuk membeli siomay, karena sudah tiga hari ini dia tidak memakan siomay langganannya.Tapi saat sampai di tempat biasa siomay itu mangkal, tempat itu kosong.

Bara pun menanyakannya kepada pedagang sebelah.

"Mang Ujang gak dagang ya mang?"Tanya Bara.

"Iya mas,sudah tiga hari gak dagang, katanya sakit."

"Sakit apa ya mang?"

"Kurang tau mas sakit apa."

"Tau rumahnya gak mang?"

"Tau mas,gak jauh dari taman ini."Lalu pedagang tersebut memberi tahu alamat rumah Mang Ujang.

"Terima kasih ya mang."Bara pun segera kembali ke kantor.

Sebenarnya Bara ingin sekali membeli Sempol ayam kesukaan adiknya tapi selalu lupa.

"Harusnya aku beli Sempol ayam yaa,kenapa lupa sih."Ucapnya saat dia sudah menjauh dari taman.

Malam hari setelah selesai makan malam,Papa Bara pun ingin berbicara dengan Bara.

"Bagaimana hubungan kamu dan Feli Bar?"Tanya Papanya.

"Aku tadi sudah memutuskan hubungannya Pa.Saat makan siang aku bertemu dengan Feli bergandengan tangan dengan lelaki lain.Lalu dia juga pura-pura tak mengenal aku Pa.Ya sudah sekalian saja Bara memutuskan hubungan dengan Feli."

"Ya sudah wanita seperti Felita tidak pantas denganmu apalagi menikah denganmu."

"Iya Pa,kenapa susah ya Pa mencari yang benar-benar tulus sama aku.Aku ingin wanita yang menerima aku apa adanya tanpa memandang harta."

"Pasti ada Bara,cuma kamu saja yang belum menemukannya."

"Iya Pa, kalau begitu aku mau keluar dulu ya Pa,mau cari udara segar."Papa nya mengangguk.

Papa Bara bersyukur anaknya mempunyai sikap yang rendah hati tak pernah mempermasalahkan tentang harta.

Bara yang merasa bosan dia pun jalan-jalan keluar kompleks untuk mencari udara segar.Lalu dia pun teringat tentang penjual siomay yang sakit.Bara ingin mengunjungi rumah mang Ujang.Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari Taman kota.

Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit dari rumahnya, Bara sampai di rumah Mang Ujang.Rumah sederhana tapi sangat terawat.Sebelumnya Bara sudah menanyakan rumah Mang Ujang kepada tetangga sekitar.Bara pun mengetuk pintu rumah Mang Ujang.

Tok..Tok..Tok..

Pintu pun terbuka,yang membukakan pintu kaget.

"Pak Bara."Ucapnya.

"Mari masuk Pak.Maaf Pak,ada perlu apa bapak datang ke rumah saya."Bara menggaruk tengkuknya bingung.

"Apa benar ini rumah Mang Ujang,penjual siomay di taman Kota?"Tanya Bara.

"Benar Pak,Mang Ujang Bapak saya.Masuk Pak."Ucapnya sopan karena sedari tadi Bara masih berdiri di depan pintu.

"Siapa yang datang nak."Tanya Mang Ujang.

"Lho Kang Bara,kok tahu rumah saya."Mang Ujang kaget.

"Iya Mang,tadi tanya sama pedagang di taman."

"Bapak kenal sama Pak Bara?"Tanya Adit anak Mang Ujang.

"Atuh tau,ini teh langganan bapak di Taman Kota."

"Ini Atasan Adit di kantor Pak,anak yang punya Perusahaan."Mang Ujang kaget.

"Maaf Pak,saya gak tahu kalau bapak atasan anak saya."Mang Ujang langsung berbicara sopan dan menundukkan kepala.

"Mang,gak usah begitu ahh,saya jadi gak enak ini.Anggap seperti biasa saja mang."

"Saya yang gak enak ini Pak."Lagi lagi mang Ujang berbicara sopan.

"Gak apa-apa anggap saya seperti yang Mang Ujang kenal saja.Katanya Mang Ujang sakit,sakit apa?"Tanya Bara.

"Iya ini Kang,biasalah ya udah umur jadi sering sakit sakitan.Kemarin periksa katanya tipes."Memang Mang Ujang masih terlihat lemas.

"Adit,suruh ibu buatin minum buat Kang Bara."

"Gak usah repot-repot Mang."

"Gak apa-apa cuma minum biasa saja."Lalu Adit pun masuk.

"Pantas saja saya tadi siang ke taman katanya Mang Ujang sudah tiga hari gak dagang."

"Iya ini,mau di paksakan dagang takut gak kuat."

Apa aku saja yaa yang gantikan Mang Ujang dagang.Mau coba belajar jadi orang sederhana...

"Kalau masih sakit jangan dagang Mang.Yang buat siomay sama bumbunya biasanya siapa mang?"

"Yang buat mah istri saya Kang,saya mah cuma dagang saja."Bara mengangguk angguk.

"Kata Adit,Bapak teh atasannya di kantor?"Ibu kang Ujang bernama Teh Santi datang.

"Iya Bi,tapi jangan terlalu sungkan ya sama saya.Kamu juga Adit kalau di luar begini jangan terlalu formal sama saya."

"Baik Pak."

"Mang Ujang sudah mendingan belum?atau mau di bawa ke rumah sakit saja?"

"Sudah mendingan Kang Bara jangan repot-repot atuh."

"Tapi masih kelihatan lemas gitu badannya."

"Iya Pak Bara, suami saya ini susah kalau di ajak berobat,apalagi di bawa ke rumah sakit.Ini juga kemarin berobat saya paksa, kalau gak begitu gak akan mau."

"Jangan di anggap remeh lho Mang penyakit tipes ini.Besok berobat lagi saja ke dokter yang bagus."Bara langsung mengeluarkan uangnya lima lembar uang pecahan seratus ribu.

"Ini buat berobat."Sambil menyerahkan uang tersebut kepada Mang Ujang.

"Jangan kang Bara,"Mang Ujang menolak.

"Gak apa-apa,biar Mang Ujang cepat sembuh ,biar bisa dagang lagi.Saya kangen sama siomay Mang Ujang.Sudah terima saja."Bara menarik tangan Mang Ujang untuk menerima uang tersebut.

Setelah berbincang-bincang dengan keluarga Mang Ujang,Bara pun berpamitan pulang.

"Adit,jangan bicara ke siapapun tentang malam ini yaa.Karena setelah ini saya ada rencana dan saya tidak mau ada yang tahu."

"Baik Pak."

"Mang Ujang, jangan lupa besok berobat lagi dan semoga cepat sembuh,saya pulang."

Setelah kepergian Bara,Mang Ujang masih tidak percaya jika Bara itu bos anaknya.

"Adit,benar itu teh bos kamu?"Tanya Mang Ujang.

"Benar lah Pak,"

"Bapak masih gak percaya, soalnya dia kalau ke taman gak pernah pakai jas begitu,cuma pakai kemeja panjang itupun di gulung sampai siku."

"Pak Bara memang begitu Pak orangnya,dia sederhana walaupun dia bos dan anak dari yang punya Perusahaan.Orangnya juga ramah sama karyawannya,tapi kalau sudah marah,semua pada takut."Mang Ujang mengangguk angguk.

Selama perjalanan pulang,Bara tertarik untuk menggantikan Mang Ujang sementara waktu berjualan siomay.Dia akan mencoba kehidupan yang sederhana, setelah ini Bara akan berbicara dengan Papa nya tentang rencananya ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!