Siapa yang bisa menyangka bahwa sebuah kemakmuran dan kedamaian yang terlihat di depan mata, bisa menyisakan sebuah ambisi dari orang orang yang tidak pernah kita duga.
"Kamu baik baik saja?" tanyanya.
"Tentu" sahut ku sembari melihat bola matanya yang tampak begitu indah.
Dengan keringat yang terlihat di area wajahnya dan tatapan sendu yang di perlihatkan nya membuat ku berpikir bahwa sepertinya ia benar-benar sudah tampak kelelahan.
"Cantik" ucap ku yang tanpa sadar keluar begitu saja dan dengan spontan aku langsung menutup mulut ku dan itu ternyata sudah menarik perhatian Leyra yang sekarang sedang menatap kearah ku.
"Benarkah? Jadi menurut mu aku ini cantik?" ucapnya dengan nada menggoda.
"LEYRA".
Seseorang yang dari kejauhan tadi sudah memperhatikan kami cukup lama, sekarang datang dan menghampiri kami berdua.
"Apa ada yang terluka?" lirihnya sembari memperhatikan.
Dengan ekspresi yang begitu cemas ia menatap Leyra dengan sungguh-sungguh.
"Aku pergi dulu" ucap Leyra menoleh kearah ku dan mulai berjalan menjauh tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah itu.
"Leyra tunggu?" teriaknya yang berusaha untuk menyusul.
"Tidak, jangan mengikutinya" ucap ku sembari menahannya dengan menarik lengan kirinya.
"Apa? Apa yang kamu lakukan?".
Karena usianya yang lebih tua dari ku, aku akan berusaha untuk menghormatinya.
"Berikan Leyra waktu sebentar untuk sendiri."
"Apa? Kenapa?" sahutnya.
"Aku tidak habis pikir, aku kamu tidak bisa memperhatikannya dengan baik? Leyra yang tampak begitu kelelahan membutuhkan waktu dan istirahat, apa kamu sama sekali tidak bisa melihatnya?" ucapku.
****
Gemuruh suara dari langit membangunkan ku dari tidur malam yang begitu nyaman untuk di nikmati. Setelah semua kekacauan yang terjadi hari ini, aku benar benar merasa begitu lelah dan aku sangat ingin beristirahat malam ini. Namun, cuacanya tampak begitu mengagetkan untuk di dengar dengan telinga.
"Apakah akan turun hujan?" lirih ku yang sudah beranjak dari kasur dan menatap kearah luar balkon.
Aku berjalan keluar balkon dengan angin malam yang terus menerus menghantam lembut kearah tubuh ku. Tidak ada rintik hujan yang berjatuhan, tidak ada kabut dan daun yang berterbangan tapi angin ini cukup kuat untuk bisa di rasakan.
Aku mencoba menatap bentangan langit malam yang tampak begitu sendu pilu tak terbayangkan. Seakan menyiratkan kegelisahan dan keputusasaan yang enggan untuk di rasakan.
Entah kenapa tiba tiba saja aku mulai merasa merindukan kedua orang tua ku, wajar bukan jika seorang anak merindukan kedua orang tuanya.
Apakah mereka mencemaskan ku, apakah mereka mengkhawatirkan diriku, apakah mereka sedang mencari ku atau mungkin membiarkan ku hilang begitu saja.
Pertanyaan demi pertanyaan yang tidak aku ketahui jawabannya ini mulai menguliti pikiran ku yang membuat ku berkecamuk dan senantiasa memikirkan mereka semua. Baik itu keluarga ku dan semua teman teman ku.
"Bisakah aku menjalani ini semua sembari memikirkan mereka semua? Apakah aku bisa pulang?".
Rasa rindu yang tidak bisa aku jelaskan dan perasaan sedih yang tidak bisa aku ungkapkan ini, mulai menggerogoti diri ku perlahan demi perlahan.
Pemandangan langit di malam ini ternyata tidak begitu buruk, dengan suara gemuruhnya yang kian terdengar di telinga ku, semakin membuat ku merasakan rasa rindu yang kian kuat dalam diri ku.
...🖇️🖇️🖇️🖇️...
Cuaca di pagi hari yang begitu hangat, terasa menenangkan hati dan pikiran ku setiap kali aku membuka mata ku. Aku bergegas berjalan untuk mandi dan membersihkan diri ku dengan cukup baik di sana.
Bersyukurnya aku karena pemandian di istana ini tampak begitu nyaman dan yang paling penting untuk ku adalah tidak ada siapapun di sana.
Seperti pemandian pemandian pada umumnya, awalnya aku pikir di istana juga memiliki kamar mandi seperti di kehidupan ku sebelumnya, sebelum aku datang kesini, yakni memiliki kamar mandi sendiri.
Namun di sini tidak ada kamar mandi yang seperti itu, mereka memiliki sebuah pemandian yang terlihat seperti kolam namun dengan bentuk yang tidak beraturan, jika di lihat dengan seksama penampakan nya seperti danau kecil dan yang hebatnya lagi menurut ku adalah bahwa ruangan ini tampak begitu elegan dengan sentuhan warna putih gemerlap di setiap dindingnya dan lampu sorot yang langsung mengarah dan membuat seisi ruangan menjadi tampak begitu bercahaya.
Sungguh ini merupakan hal baru untuk ku saat bisa berada dan merasakan semua ini disini, sendiri.
Ada begitu banyak pakaian di dalam lemari ini yang bisa aku kenakan namun siapakah pemilik dari semua pakaian ini.
Selesai mandi dan menyiapkan diri, aku berjalan keluar kamar dengan perasaan yang jauh lebih baik, aku menatap sekeliling, ada beberapa pelayan dan penjaga yang sedang berdiri di sana.
Hari ini aku berniat untuk menemui Noah di depan istana untuk berlatih berpedang dengannya.
"Leyra?" lirihku saat melihat Leyra dan Noah yang tampak saling bersenda gurau di sana.
Sepertinya perasaan Leyra sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku mulai mencoba untuk menghampiri mereka berdua.
"Leyra" panggil ku yang di sambut hangat dengan senyuman manis yang tampak terukir di wajahnya.
"Selamat pagi Zuka."
"Pagi" jawabku.
"Aku dan Noah sudah menunggu mu."
"Begitu" lirih ku pelan.
"Pakaian yang bagus."
"Oh terima kasih" sahut ku yang sedikit terkejut saat mendengar Noah yang bicara pada ku seperti itu.
"Ayo aku akan melatih mu" ucapnya sembari mempererat pegangan tangannya pada sebuah pedang yang sekarang sedang berada di tangan kanannya.
Leyra berjalan menjauh dan memperhatikan kami dari kejauhan, hingga beberapa menit kemudian Leyra sudah tidak terlihat berdiri di sana.
Aku berpikir mungkin saja sekarang ia sedang berjalan jalan ke suatu tempat karena tidak mungkin ia akan selamanya menunggu dan menonton latihan ini dan berdiri di sana.
"sekarang kamu sudah mulai berkembang" ucapnya di sela sela latihan.
Aku akui kemampuan pedang Noah memang begitu baik dan bisa di katakan kemampuannya hampir mendekati sempurna. Mungkin karena itulah ia bisa menempati posisi pemimpin kesatria di kerajaan Victoria ini. Benar benar hal yang patut untuk di syukuri.
Beberapa menit telah berlalu, "Latihan kita sampai di sini."
"Baik" jawabku.
"Perkembangan mu sangat bagus Zuka, pertahan kan itu dengan baik untuk ke depannya maka kamu akan bisa menguasai beberapa tehnik berpedang yang sudah ku ajarkan pada mu" ucapnya sembari menepuk bahu kiri ku.
"Aku akan melakukan yang terbaik" sahut ku.
"Aku percaya itu" sahutnya.
Noah mulai berjalan menjauh entah kemana dia akan pergi, sedangkan aku masih berdiri di sini sembari melihat sekeliling. Melihat kesana dan kemari, berharap wajah yang ku kenali bisa aku temui.
"ZUKA!!".
"Eh Cletik, kamu di sini, di mana Leyra?" aku menatap seekor Naga yang sekarang sedang berdiri tepat di depan ku.
"Zuka sepertinya Leyra melakukan sesuatu, aku khawatir tentang apa yang dia lakukan, bisakah kau membantu ku?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments