"Apakah kamu akan mendengarkan, Jani? duduk tenang kala aku menceritakan masa silam, juga alasan mengapa aku ada di bisnis seperti ini," gumam Sheraz saat Mimo telah turun di depan kantor pusat dan mobil mewah yang dia kendarai kembali melesat membelah jalanan ibu kota jelang dini hari.
Sementara di dalam club.
Mimo melihat Nalini seperti biasanya, menggoda para lelaki. Rasa ingin merekrut menjadi aset tambahan pemasukan namun apa daya, Sheraz melarang sebab jika sampai Sajani tahu, dirinya takut diamuk sang Nyonya.
"Ck, Bos. Baru berapa bulan dan Sajani pun belum mau mengenal Anda lebih jauh. Sudah ketakutan begitu, roman pria takut istri bakalan bertambah. Lagipula, apa bagusnya Jani. Masih seksi Michelle kemana-mana," celoteh Mimo seraya duduk di kursi, melihat aktivitas gemerlap dalam club.
Berbagai latar belakang manusia ada disini. Dari yang hanya sekedar have fun hingga iseng bahkan hobi yang membuat mereka nyandu.
Meski Sheraz melarang penjualan minuman dengan kadar alkohol tinggi dan transaksi haram lainnya. Namun tetap saja, Mimo kerap negosiasi hal-hal yang pimpinannya larang di sini.
Sang Manager berpikir, bahwa Sheraz tak akan menjejakkan kaki ke dalam club. Menyentuh pintu masuk pun dirinya belum pernah. Selama kurun waktu sepuluh tahun kepemilikan usaha ini, Sheraz baru tadi masuk ke dalam tempat gemerlap. Itupun sebab suasana genting, menyelamatkan aset sang sahabat.
"Tuan muda hanya garang dari luar, yang dikenal oleh publik adalah Anda, Mimo. Kenapa tidak meminta pembagian hasil kelola saja padanya?" seseorang memanasi Mimo.
"Sudah. Uang hasil kelola ini semua milikku. Tuan muda hanya memiliki bangunan saja, aku bayar uang sewa padanya setiap tahun. Lagipula bisnis dia yang lain sudah lebih dari cukup jika untuk gaya hidup di indo, atau asia, " terang Mimo.
"Kenapa posisimu tidak setara? kau kan sama pemilik omset ratusan juta dalam sehari," dia memanasi sang manager lagi.
"Tidak semua club isinya begini. Banyak milik Tuan Muda yang sudah alih fungsi menjadi hiburan keluarga. Karaoke family, club yang tidak menjual minuman tak halal dan lainnya. Yang menjadi milikku paling hanya belasan dari total semua," ungkap Mimo, sang asisten kepercayaan.
Mimo menanggapi acuh ocehan seseorang yang tak ia kenal baik. Semua ini sudah dia pikirkan, mana mungkin melawan Sheraz tanpa kekuatan apapun, hanya mengandalkan uang tak seberapa bila dibanding kekayaan pria cacat itu rasanya mustahil meminta kesetaraan.
"Kau ingin memanasiku? tunjukkan dulu apa yang pimpinanmu punya," sinis Mimo kala lelaki asing itu menjauh.
...***...
Perjalanan Sheraz ke Mansion.
Gerbang tinggi menjulang itu terbuka kala mercedes-benz hitam mengkilap itu memasuki pelataran Mansion. Suasana malam di area depan rumah sudah jarang dia amati kini nampak terlihat berbeda.
"Keliatan beda, apa ya?"
"Itu Bos, cangkang telur, yang menempel pada Sanseveira atas permintaan Nyonya. Dia bilang, sayang apabila hanya dibuang, sebab kulit telur itu memiliki beraneka warna," jelas Rico pada Sheraz.
"Eh iya benar. Ck, ada saja ulahnya," lirih Sheraz seraya tersenyum simpul.
"Aku minta pekerja untuk membereskan dan merapikan kembali seperti sedia kala, Bos," ujar Rico, takut Sheraz keberatan.
"Eh, gak usah. Biarkan semaunya Sajani saja, aku ogah pusing. Kalau dia happy, itu bagus buat kesehatan istriku. Jangan banyak melarangnya, seperti yang kau sarankan tempo dulu itu," ucap Sheraz.
Uhuk. Rico merasa tersindir kembali. "Baik, Bos."
Asisten itu lalu turun dan hendak membuka pintu bagian belakang namun terlambat, Sheraz telah mendahuluinya.
Pria pemilik Mansion bergegas melangkah memasuki hunian meski jalannya tak sempurna namun dia mampu menjaga keseimbangan badan sehingga tetap terlihat tegap.
"Istimewa." Rico kerap takjub atas pembawaan sang pimpinan. "Emang udah bakat jadi orang kaya, mau kek apa rupa dan wujud ya tetap saja maskulin dan berwibawa, vibes nya gak main-main. Ckck, apalah dayaku yang hanya kremesan," gumam sang Asisten.
Sheraz menunggu Rico masuk. "Istirahat, besok kita review semua kontrak baru," ujar Sheraz saat akan mulai menaiki tangga.
"Baik, Bos." Rico membungkukkan badan.
Sheraz melanjutkan langkah menaiki anak tangga menuju kamar Sajani. Tini yang hendak menyiapkan pakaian sang tuan muda dicegah olehnya. "Gak usah Bu. Aku bisa sendiri, mau tidur dengan Jani malam ini," ucapnya pelan seraya berlalu memutar handle pintu.
Suasana temaram kamar membuat Sheraz merasa tenang. Terlebih melihat seseorang yang tengah terbaring diatas ranjang membelakangi nya. Tanpa buang waktu dia bergegas menuju bathroom untuk membersihkan diri, mengambil pakaian yang memang telah disiapkan dalam lemari sebelah Jani.
Setelah merasa lebih segar, Sheraz berjalan ke tepi ranjang satunya. Menaiki dan menarik selimut. "Lelah sekali. Jani, kau tak terbangun kah?" lirihnya menoleh ke arah samping kiri nya.
Perlahan tubuh lelaki keturunan klan Qadri beringsut mendekat, lengan kanannya dia kalungkan memeluk pinggang Sajani dan menarik diri agar melekat di punggung istrinya.
"Nyamannya." Sheraz mulai memejam.
Wangi sabun, hembusan nafas hangat menyeruak menusuk indera penciuman Sajani. Tubuhnya terasa lebih berat, ketika membuka kelopak mata, ia sadari bahwa seseorang tengah memeluknya.
"Mas?" gumam Sajani sangat lirih.
Ia tak berani berbalik badan, ada rasa segan bila mengusik tidur sang pria. "Mas?" panggilnya lagi.
Tiada sahutan, hanya pelukan yang kian rapat dan erat. Sajani menghela nafas, membiarkan Sheraz melakukan apa yang dia inginkan.
"Selamat tidur kalau begitu, jangan lupa baca doa," lirih Sajani tanpa bergerak sedikitpun.
Putri Surawijaya tak tahu, senyum manis tersungging di bibir Sheraz kala dia mengucapkan kalimat terakhir serta memanggil namanya. Kepala Sheraz pun kian menempel di rambut Sajani yang tak mengenakan hijab.
"Jani, dia suamimu. Jangan menolak, bukankah yang sedang dia lakukan ini adalah haknya?" batin Sajani.
Lambat laun, hangatnya tubuh Sheraz memberikan rasa nyaman tersendiri bagi sang Nyonya hingga tanpa sadar, Beberapa jam kemudian Sajani justru berbalik badan dan masuk dalam pelukan sang suami.
Sheraz yang terbangun sebab pelukannya terusik, merasa bahagia melihat istri kecilnya mendekat meski dalam keadaan tidak sadar sebab tertidur.
"Semoga seterusnya, gak cuma malam ini. Kamu dapat menerimaku dalam keadaan sadar," ucapnya melafalkan harap.
.
.
...__________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
@Ani Nur Meilan
Semoga Jani menerma keadaan mu karena Cinta dan rasa nyaman yg kamu berikan..
2023-02-17
2
🍊🍾⃝ᴄʜͩᴀᷞɪͧʀᷠᴀͣ ғᴀᴊɪʀᴀ🅠🅛
semoga kalian bhagia , lekaslah sembuh sheeraz dan berbahagialah bersama jani dlam mengarungi bahtera rumah tangga aku mendo'akan kalian, semangat momm dan lanjut lagi,gk puas cuma satu bab pengen terus🤭mlah nawar ni bocah ya mom's udah d kasih juga, 😁😁🤣
2023-02-17
1
Fia Maziyya
bukan tampan yang membuat cinta, tapi cintalah yang akan membuat seseorang tampan dimata kita,
2023-02-17
1