Seperti biasa, Sajani masih menghindar dari Sheraz meskipun semalaman dia merasakan tidurnya sangat nyaman. Demikian lelaki itu, berpura acuh agar Sajani tak terlalu canggung kala menghadapinya.
Setelah kepergian Sheraz, Jani turun ke lantai dasar. Tini menarik lengannya langsung menuju dapur kala mengetahui sang Nyonya tiba di sana.
"Ada kejutan buat Nona," ujar Tini saat menggiring Jani ke sana.
Benar saja, di dapur terdengar sorak para maid sebab kedatangan seseorang. Jika di lihat dari uniform yang di kenakan, lelaki rupawan itu mungkin seorang yang berprofesi sebagai chef.
Lelaki itu menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat dari arah belakang tubuhnya. "Selamat pagi, Nyonya. Saya Erlangga executive chef dari Hotel Luxtim. Ini resume saya, silakan," kata Erlangga, menyodorkan map yang dia bawa pada Jani.
"Selamat pagi, Tuan Erlangga. Ini maksudnya gimana ya?" tanya Jani heran, dia menoleh pada Tini.
"Den Sheraz menyewa chef expert agar Anda dapat belajar tehnik lain dalam membuat pastry langsung dari ahlinya. Beliau chef yang sudah memiliki sertifikasi internasional dan semua recipe-nya digunakan oleh beberapa hotel bintang lima plus di Indo. Juga Tuan Erlangga ini pemilik sekolah boga yang telah terakreditasi," ungkap Tini perihal kredibilitas sang pengajar.
"Jadi ini dari dia?" bisik Jani, tak mengira bahwa Sheraz sangat memperhatikan segala kesukaannya.
"Benar. Dan Den Sheraz bilang kalau ini hadiah," balas Tini tak kalah berbisik.
"Dia dimana? aku boleh ke sana?"
"Dia siapa?" goda Tini lagi sejenak mengabaikan tamunya yang menunggu.
"Mas, siapa lagi," cebik sang Nyonya muda.
"Nah gitu donk, panggil mesra sama suami, kan enak didengarnya ... Den Sheraz sedang keluar, siang nanti kembali kok," pungkas Tini.
"Ayo, silakan dimulai." Tini mendorong tubuh Nyonya muda agar langsung melihat Erlangga mempraktekkan materi pertama.
Sheraz menyewa koki terkenal itu demi agar Sajani mendapat keluasan skill. Dia ingin, istrinya tidak menghabiskan waktu percuma.
Setelah pukul satu.
Sajani puas melihat hasil karyanya tak kalah cantik dengan sang guru. Dia memang telah memiliki tehnik dasar mumpuni, hanya butuh dipoles sedikit maka keahlian Jani akan lebih terasah sehingga kreasi tehniknya kian ciamik.
"Aku ke atas dulu, semuanya. Terima kasih chef untuk materi hari ini," ucap Jani seraya menangkupkan tangan di depan dada dan memberikan senyuman manis.
"Sama-sama, Nyonya. Senang mempunyai murid cerdas seperti Anda," balas sang koki.
"Untukku yang mana?" suara Sheraz, dia muncul dari belakang tubuh istrinya.
Sajani terkejut, sontak menoleh ke arah sumber suara. "Mas, syukron." Tanpa sadar, dia memeluk lelaki itu didepan para maid juga gurunya.
Sheraz tertegun mendapatkan perlakuan manis tiba-tiba. Dia bahkan belum sempat membalas pelukan tetapi Sajani sudah melepasnya.
"Hmm, sama-sama." Dia hanya bisa mengusap kepala Jani lembut.
"Saya permisi, sampai jumpa lusa, Nyonya," ujar Erlangga, undur diri keluar area dapur.
Setelah kepergian Erlangga, Jani baru menyadari apa yang telah dia lakukan. Dirinya merasa malu dan berniat naik ke kamarnya. Namun, langkah nyonya muda di cegah Sheraz.
"Mau kemana? baru sadar sudah berani peluk-peluk?" bisik sang tuan muda, mendesak Jani ke meja dapur. Mengungkung tubuh mungil itu dengan kedua lengan yang menempel di table.
"Mandi, lalu duhur," cicitnya pelan, tak berani menatap.
"Hm, aku tunggu di meja makan. Kita lunch sama-sama," kata Sheraz, kemudian berlalu dari dapur.
Beberapa menit berlalu.
Keduanya telah di meja yang sama, menikmati sajian makan siang. Baru saja Jani akan meneguk minum sebagai penutup, terdengar suara keributan di depan hunian.
"Jangan masuk! tunggu di sini," kata Mimo tengah melarang seseorang.
"Jani, Jani! ini Mama," teriak Neera memanggil Sajani.
Gadis itu mendengar dengan jelas seruan sang ibu tiri, akan tetapi Sheraz berpura seakan keributan itu tak terjadi. "Naiklah, Nares," pinta Sheraz pada Jani dengan wajah serius.
Wanita ayu itu mengikuti perintah suaminya, bangkit mendorong kursi lalu melangkah menuju tangga.
Tiba-tiba.
"Sajani!" Neera merangsek dia berhasil melepaskan diri dari cekalan Mimo dan penjaga.
Nareswari Sajani menoleh, dia ingin menghindar tetapi terlambat. Tangannya sudah ditarik sang ibu tiri.
"Jani, anak durhaka. Kamu lupa ibumu," kecam Neera menarik lengan Jani hingga gadis itu terhuyung.
"Lepaskan istriku!" kata Sheraz, meminta Mimo melerai Neera.
"Maa, aku gak lupa tapi...."
"Nares, naik," pinta Sheraz, mengulang perintahnya.
"I-iya, ini susah!" Jani berusaha melepaskan cekalan kuat Neera.
Huek. Jani mual, bau tak sedap tercium dari tubuh ibu tirinya.
"Lepaskan Nyonya!" Mimo menarik paksa tubuh Neera hingga wanita itu jatuh terduduk di lantai.
Huek. Aroma itu kian kuat menusuk indera Sajani hingga kemudian.
"Nares!" Sheraz menahan tubuh istrinya agar tak jatuh.
"Pusing, bau apa ini. Mama sakit, Mas. Mama sakit parah," bisik Jani lunglai dalam dekapan Sheraz.
"Kamu kecapean. Sakit apa si Neera? ... Mimo, urus dia," titah sang pemilik mansion, seraya berlalu menaiki tangga menuju kamar.
Brug.
"Jani!" teriak Neera, melihat putri tirinya pingsan.
"Sayang!" pekik Sheraz, Sajani roboh hingga membuat Tini tergopoh membantu tuan mudanya.
"Jani! Jani kenapa? hey, kamu menakuti anakku dengan wajah serammu itu!" Neera meneriakkan hal yang membuat Mimo kian murka.
"Kurang ajar!" lantang Mimo, menarik tubuh beraroma tak sedap itu keluar ruangan.
Sheraz tak memedulikan kicauan ibu mertuanya, fokus hanya pada Jani. Dia pun meminta Tini memanggil dokter keluarga segera.
Berpuluh menit berlalu.
Masih terdengar seruan, makian Neera untuk Sajani. Dia sengaja menahan wanita itu di sana, ingin agar ketika memberikan hukuman nanti, Jani dapat melihatnya.
Lelaki itu setia menemani Jani di sisi tempat tidur, menyeka keringat yang muncul. Kesadaran gadis ayu telah kembali, tetapi dia belum bersedia membuka mata sebab pandangan yang berkunang-kunang.
"Dokter, silakan," ucap Tini menyilakan sang dokter masuk.
Dokter segera melakukan tindakan medis. Senyum tampak menghias wajah wanita dalam balutan jas putih.
"Nares kenapa?" cemasnya melihat Jani kian pucat.
"Kapan Nyonya terakhir haid? aku sarankan ke dokter obgyn untuk pemeriksaaan lebih lanjut," ujar sang dokter pada Sheraz.
"Hm, maksudnya?" Sheraz berdebar menunggu pernyataan pasti.
"Nyonya diduga tengah mengandung, Tuan. Aku beri rujukan ke rekan sejawat di rumah sakit ya. Sekalian cek darah juga lainnya sebagai langkah preventif menjaga kehamilan trimester dini," jelas dokter lagi.
"Be-benarkah? istriku hamil?" ulang Sheraz lagi.
"Bisa Tuanku pastikan ke rumah sakit. Nah ini," balas Dokter menyerahkan selembar kertas juga amplop berisi surat rujukan bagi Jani.
Sorot mata hitam legam itu kian berbinar. Dia mengecup dahi Jani yang masih memejam.
"Terima kasih banyak, Dokter. Sore nanti kami ke rumah sakit," ucapnya lagi, dengan wajah sumringah menyalami tenaga medis saat akan undur diri.
"Den, selamat ya, Ibu ikut senang," ucap Tini seraya berlalu keluar kamar.
Sheraz hanya diam, menggenggam tangan Sajani erat sambil sesekali menciumnya.
"Kita akan punya baby, apa kau happy?"
.
.
...___________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ersa
mudah2an hadirnya janin dalam perut Jani, membuat Jani cepat jatuh cinta ke Raz
2023-05-13
1
🍊🍾⃝ᴄʜͩᴀᷞɪͧʀᷠᴀͣ ғᴀᴊɪʀᴀ🅠🅛
ini tohhh kejutannya,, selamatyaa momm ehhhh slamat ya nares km akn punya baby,,,
2023-02-24
1
Siti Chotijah
sheraz&naresh....selamat ya🤗🤗🤗
2023-02-23
1