"Sepi," gumam Sajani kala telah yakin bahwa disekitar kini tiada pasang mata nan mengawasi.
Perlahan, gadis itu menarik handle pintu van, lalu menggesernya dan dia masuk menyelinap ke bagian ujung tumpukan peralatan komponen alat pendingin ruangan.
Beberapa menit berikutnya.
Dua orang lelaki paruh baya kembali ke dalam mobil Van, mereka meletakkan dua buah benda yang kerap mengeluarkan hawa dingin disana. Menambah tumpukan sehingga posisi Sajani kian tak terlihat.
"Alhamdulillah aman," gadis ayu itu cekikikan diujung van.
Tak lama, mobil box tertutup itu meluncur meninggalkan kediaman mewah Sheraz Qadri. Sajani tak peduli kemana kendaraan ini akan berhenti, arah marka jalan yang dia lewati tak terlihat akibat tumpukan barang disana.
Dia berdiam diri berjongkok dalam kurun waktu yang lama membuat kedua lutut pun kram. Akhirnya mobil van memasuki sebuah gedung mirip kantor resmi mereka. Sajani lega, upaya pelarian kali ini berhasil ia lakukan. Hatinya bersorak gembira.
Akan tetapi, dugaannya keliru. Saat dia menunggu situasi senyap, tuas pintu digeser perlahan olehnya. Tiba-tiba.
"Aaaaarrgghhhh, lepasss!" Tangan mungil Sajani ditarik paksa oleh bodyguard wanita dan membawanya masuk kedalam mobil rangers rover hitam.
"Gadis tidak tahu diuntung!" seru Mimo.
Plak.
"Lepaskan aku!" Sajani tak menghiraukan rasa perih dan panas di pipinya, dia terus berontak berusaha lepas dari cekalan sang pengawal.
"Untung aku melihatmu, jika tidak. Mungkin kepalaku akan melayang sore ini, bede-bah licik! ayo pulang!" Seret Mimo pada lengan kiri Jani.
"Gak mau, ayaaaaaaaaahhhh," teriak Sajani, dia baru kali ini merasa teraniaya tiada yang menolongnya.
Mimo melempar tubuh mungil itu hingga membentur lengan jok. Sajani meringis, namun hatinya teguh untuk terus melawan.
"Diam atau mati!"
Glek.
Punggungnya di tempeli semacam moncong kecil senjata api. Sajani terhenyak, tubuh pun seketika membeku. Dia beringsut, mulai menenangkan diri.
"Bagus. Kedatanganku ke Mansion sesungguhnya ingin mengabarkan bahwa Neera sudah pulih dan Nalini mulai bekerja. Kehidupan mereka memprihatinkan namun dalam pengawasan ustad disana," terang Mimo menjelaskan kondisi keluarga tiri Sajani.
Gadis ayu itu diam, tak menanggapi. Dalam hati terbersit rasa syukur keadaan mereka baik saja. Pasti pemuka agama itu dapat dipercaya dan akan membantu Neera untuk hidup lebih baik.
"Jangan harap kau lolos dengan mudah, kali ini. Tuan muda Sheraz bukan orang yang pemaaf sebab dia mengatakan dirinya tidak seperti Tuhan," kekeh Mimo mencoba menakuti Sajani.
"Kau boleh saja bangga dan merasa aman sebab istri beliau. Namun jangan salah kira, justru dia sangat membenci di khianati oleh orang-orang terdekat nan di percaya ... kau boleh keluar kamar, itu pertanda bahwa tuan muda telah percaya padamu, bersiaplah menerima hukuman nan pedih wahai anak kecil," Mimo mengintimidasi Sajani.
Hati putri Surawijaya ketar ketir menyadari kebodohan diri kali ini. Apa yang akan lelaki itu perbuat padanya nanti.
Puluhan menit terbuang dalam perjalanan. Rangers rover itu mulai memasuki pelataran megah. Sajani terpukau, inikah tempat tinggal dirinya selama ini? begitu luas nan asri serta indah.
Mimo lalu menyeret lengan kurus si gadis tepat saat mobil berhenti didepan pintu utama, terus menaiki undakan tangga satu persatu menuju lantai dua. Wanita gempal itu tak memperdulikan teriakan Sajani yang kesakitan akibat cekalan kuatnya. Dia tetap menarik paksa istri kecil Sheraz menuju kamar semula.
Plak.
Plak.
Asisten Sheraz, lelaki paruh baya yang baru Sajani ketahui kehadirannya tengah memukuli dua orang maid yang biasa berjaga di depan pintu kamar.
"Hentikan. Salahku, jangan sakiti mereka, tolong," teriak Sajani. Tubuh itu terhuyung ketika Mimo mendorongnya kasar. Sajani menghampiri lelaki tinggi disana.
"Bukankah sudah ku peringatkan melalui Tini? sekarang lihatlah mereka sengsara dan kesakitan akibat ulah bodohmu," ucap seseorang dari balik tubuh Sajani.
Putri tiri Neera berbalik badan, dia terkejut mendapati sosok menyeramkan itu ada disana, duduk di sofa single dengan Tini yang bersimpuh di kakinya.
"Jangan, Ibu gak salah. Aku mohon, hentikan ini. Tolong hentikan, aku janji gak akan mengulangi hal ini lagi," tangisnya pecah. Kepalanya menoleh ke arah dua maid yang masih dipukuli kemudian beralih melihat Tini nan tak berdaya.
"Non, kenapa bandel?" keluh Tini memancarkan kesedihan.
Sajani lunglai, dia perlahan menekuk lututnya, melepaskan harga diri demi keselamatan mereka. Tubuh ringkih itu pun kemudian membungkuk dengan wajah bersimbah air mata serta tangan yang menangkup di depan dada membentuk sebuah permohonan.
"Sudah, Mas. Aku mohon, sudahi ini." Sajani menundukkan kepala bersimpuh menghadap Sheraz.
Degh.
"Mas?" gumamnya tak percaya Sajani memanggilnya demikian. Lengkungan manis terlukis di sudut bibir sang tuan muda.
"Rico, hentikan," suara berat Sheraz mengudara.
Asisten yang bernama Rico menghentikan aksinya. Kedua maid wanita pun jatuh luruh menyentuh lantai dengan beberapa tetes darah mengucur dari sudut bibir mereka yang robek akibat tamparan berkali-kali. Sajani tak kuasa merasakan betapa sakit nan pedih luka ditubuh kedua gadis itu akibat ulahnya.
"Kalian semua, keluar!" seru Sheraz kemudian.
Tak lama, ruangan megah itu hanya menyisakan mereka berdua. Sheraz masih duduk dengan menopang kaki di sofa yang tak jauh dari sana.
"Kau, kemari!" teriaknya lagi pada Sajani agar mendekat.
Gadis ayu itu menyeka jejak bulir air mata dari wajah, lalu perlahan bangkit mengikuti perintah sang pria.
Sheraz menarik lengan Sajani hingga membuat tubuh mungil itu jatuh dalam pangkuan sang pria. Sajani bergidik ngeri namun sebisa mungkin dia tahan.
"Kau penyebab utama, sepatutnya mendapat hukuman berat agar jera," bisik Sheraz di telinga Jani.
Tubuh mungil itu menciut kala tangan kekar suami buruknya menarik wajah dan mencecap bibir pink merona yang baru saja basah oleh air mata.
Sajani berontak, namun tenaganya kalah telak. Dia mulai tersudut, mengerti apa yang akan terjadi setelah ini. Sheraz lalu menarik istrinya bangkit, mendesak perlahan tubuh yang bergetar halus, masih dengan pagutan kian menuntut menuju ranjang.
Putri Surawijaya mendorong dada atletis suaminya, namun usaha itu sia-sia. Justru akibat mengelak, hijab Sajani terbuka hingga menampilkan rambut hitam panjang terurai indah. Sheraz pun menarik paksa homy dress yang dikenakan hingga kain itu sobek tak mampu lagi menutup kulit mulusnya.
"Cantik sekali, istriku," Tuan muda terpana akan kemolekan tubuh Sajani, seketika gairah pun melonjak tajam.
"Enggak, jangan." Sajani terus berontak. Tubuh mungil setengah polos itu terpental diatas ranjang.
"Aku suami mu, suka atau tidak!" ujar Sheraz mengungkung tubuh di bawahnya. Sesuatu bagian dari kelelakian itu telah merangsek meminta dilepaskan. Sheraz mencu-mbu paksa Sajani.
Tendangan kedua kaki ke udara nyata tak berpengaruh banyak terhadap perlakuan yang dia terima. Tubuhnya mulai melemas kehabisan tenaga. Sheraz kemudian berangsur melembut, ingin membagi kenikmatan dengan istri kecilnya secara perlahan.
"Enak atau sakit?"
.
.
..._____________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ersa
eh apaan nih?🤔😂
2023-05-12
0
Rina_Ibnu_Hajar
keren kk
2023-04-05
0
Allya Azzara
jan galak2 maas nanti bucin loh
2023-02-09
1