Paman Oilbhries menyipitkan matanya cukup lama untuk memandang Jacelyn sebelum dia mengambil minumannya. Jacelyn bisa melihat kalau tangan lelaki itu gemetaran.
"Tentu saja kau tahu tentang ayahmu. Aku sudah memberitahu semua tentang bangsawan hebat itu. Dia adalah..."
"Namanya Maitland dan dia tinggal di suatu tempat di Dataran Tinggi. Dia bukan seorang bangsawan Northumbria. Dia adalah tuan tanah Skotlandia." Potong Jacelyn
"Siapa yang memberitahu omong kosong ini padamu?"
"Bibi Olivia sudah lama memberitahu kan hal ini padaku."
"Itu bohong," teriak paman Oilbhries. "Kenapa kau mau mendengarkan Olivia. Adikku..."
"Jika itu tidak benar, kenapa kau keberatan jika aku pergi ke Dataran Tinggi?"
Paman Oilbhries terlalu mabuk untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk meyakinkan Jacelyn. "Kau tidak akan pergi dan itulah kesimpulannya. Apa kau dengar aku?"
"Bahkan setan sekalipun tidak akan bisa menghalangi ku untuk pergi mengunjungi Ainsley Callista," sanggah Jacelyn dengan suara tenang.
"Jika kau pergi, kau tidak akan di terima kembali di sini "
Jacelyn mengangguk. "Kalau begitu, aku tidak akan kembali kesini."
"Kau gadis ****** tidak tahu terimakasih," teriak Paman Oilbhries. "Aku sudah mengusahakan yang terbaik untukmu. Cerita yang ku buat tentang Ayahmu..."
Paman Oilbhries berhenti berbicara saat Jacelyn menggelengkan kepalanya. "Kenapa kau membuat semua cerita itu?" Tanya nya.
"Aku ingin kau memiliki pegangan, terutama karena ibumu tidak bisa menerima keberadaan mu. Kau sendiri tahu. Aku merasa kasihan padamu dan berusaha untuk membuat semua lebih baik bagimu."
Gejolak di perut Jacelyn tidak tertahan kan lagi, dirinya bahkan sudah hampir akan memuntahkan apa yang telah di makan olehnya sebelumnya. Ruangan itu terlihat tampak menghimpit serta mengurung dirinya. "Aku mendengar ibu berkata pada Paman Noriie, kalau Paman Noriie adalah orang rendahan karena berdarah campuran yang mengalir di nadinya. Dia juga merasakan hal itu padaku, bukan?"
"Aku tidak memiliki jawaban yang mudah," sahut Paman Oilbhries. Lelaki itu terdengar sangat lelah dan kalah. "Aku hanya bisa mencoba untuk memperhalus pengaruhnya padamu."
"Pedang yang tergantung di perapian milik siapa sebenarnya?" Tanya Jacelyn.
"Pedang itu milikku."
"Dan cincin batu rubi yang ku kenakan di rantai yang melikar di leherku?" Tanya Jacelyn lagi. Ia mengangkat cincin itu dari tempat menggantungnya. "Apa ini milikmu juga?"
Paman Oilbhries mendengus. "Cincin itu milik bajingan Maitland. Disain rumit di sekitar batunya mempunyai arti rumit bagi anggota keluarga mereka. Ibumu mengambilnya dan membawa cincin itu pergi bersamanya untuk membuat lelaki itu kesal."
"Lalu bagaimana dengan kuburan itu?"
"Kuburan itu kosong."
Jacelyn tidak memiliki pertanyaan lagi. Dia duduk di sana dua hingga tiga menit dengan tangan yang mengepal di pangkuan. Sesaat berikutnya, Jacelyn melihat kearah pamannya, nampak lelaki itu telah terlelap. Dan dalam beberapa detik, lelaki itu sudah mulai mendengkur.
Jacelyn mengambil gelas kosong dari tangan Pamannya, memindahkan nampan dari sisi tempat tidur, meniup lilin, kemudian pergi meninggalkan kamar itu.
Saat telah berada di bawah, tiba-tiba Jacelyn tahu apa yang ingin di lakukannya. Dia ingin membongkar sebuah kebohongan.
Matahari baru saja tenggelam saat Jacelyn berlari menyebrangi jembatan gantung dan mendaki bukit menuju perkuburan. Gadis itu tidak melambatkan langkah kakinya hingga dirinya sampai tepat di depan kuburan kosong yang selama ini selalu Jacelyn rawat dengan baik.
Jacelyn menatap bunga yang sudah layu di atas kuburan itu, kemudian menjulurkan tangan ke arah nisan yang ada di atas gundukan. butuh banyak waktu untuk melepaskan nisan itu dari tanah yang sudah mengeras, dan lebih banyak waktu lagi untuk menghancurkannya.
Pagi berikutnya, ia telah bersiap untuk pergi. Dia tidak ingin menunggu Pamannya atau bahkan kembali ke kamar sang paman untuk mengucapkan selamat tinggal.
Semua pelayan yang ada berkerumun di sampingnya untuk membantu. Sampai sekarang, Jacelyn tidak menyadari bahwa kesetiaan para pelayan lebih tertuju pada dirinya di bandingkan pada Pamannya. Jacelyn merasa sangat tersentuh oleh persatuan mereka saat sedang membantu dirinya.
Toid, sang mandor kuda, telah menyiapkan kuda betina yang sudah di lengkapi dengan barang bawaan yang akan di bawa Jacelyn. Lelaki itu sedang menyiapkan kuda Favorit Jacelyn, seekor kuda betina berkaki belang bernama Globi, ketika jecy bergegas keluar dengan satu kantong lagi yang di penuhi oleh makanan tambahan sampai setengah perjalanan. Dari berat kantong yang terlihat, Jacelyn menyimpulkan jika isi di dalamnya cukup untuk memberi makan satu pasukan.
Samsey, sang penjaga, meneriakkan kedatangan orang orang dari kerajaan Stewart. Segera jembatan gantung di turunkan. Jacelyn berdiri di atas tangga teratas rumah dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajah nya. Namun, tiba tiba senyuman itu sedikit memudar saat Jacelyn mulai terlihat gelisah.
Saat para kesatria itu sampai di lantai kayu jembatan gantung dan kuda mereka menyeberanginya, senyum Jacelyn benar-benar memudar.
Getaran khawatir menjalar ke tulang punggungnya. Di antara para kesatria itu, tidak ada satu wanita pun yang ada di dalam nya. Yang ada hanya para kesatria, empat orang, dan mereka terlihat seperti raksasa barbar untuknya. Rasa khawatirnya berpindah ke perut saat mereka berkuda mendekat dan ia bisa melihat mereka dengan sangat jelas.
Tidak ada satu orang pun dari para kesatria itu yang tersenyum. Demi Tuhan, mereka terlihat sangat bermusuhan dengannya.
Mereka semua mengenakan jubah berburu. Setiap klan, Jacelyn tahu, menggunakan dua jenis jubah yang berbeda. Warna-warna seperti emas, coklat dan hijau di gunakan untuk berburu... atau di gunakan oleh para lelaki, karena warna-warna itu lebih mudah membaur dengan hutan dan bisa menyembunyikan mereka dari mangsa. Jubah berwarna lebih cerah di gunakan pada kesempatan lain.
Kaki telanjang mereka tidak membuat Jacelyn terkejut. Dirinya sudah terbiasa dengan cara berpakaian mereka yang berbeda. Karena semua lelaki yang menghadiri pertandingan di perbatasan mengenakan jubah sepanjang lutut mereka. Dirinya bahkan bisa mengenali beberapa klan tertentu dengan warna jubah mereka. Di Northumbria, bendera seorang bangsawan membawa warnanya. Tepi, di Stewart, seperti yang di jelaskan oleh Ainsley Callista, Tuan tahan dan pengikutnya di kenali dari warna pakaian.
Yang membuat Jacelyn terkejut adalah ekspresi marah mereka. Dirinya tidak mengerti mengapa mereka terlihat begitu kesal. Kemudian, Jacelyn menyimpulkan kalau perjalanan itu pasti membuat para lelaki itu lelah. Itu adalah sebuah alasan yang tak masuk akal, tapi hanya itu alasan terbaik yang bisa dirinya pikirkan.
Tidak ada satu pun dari para lelaki itu yang turun dari kuda saat mereka mencapai Jacelyn. Tiga orang dari mereka membuat barisan di belakang lelaki yang di perkirakan Jacelyn sebagai pemimpin mereka. Selama sesaat, tidak ada satu pun yang bersuara. Mereka hanya menatap kearah Jacelyn dengan ekspresi datar. Jacelyn tidak bisa menahan dirinya untuk membalas tatapan kasar mereka, meskipun perhatiannya hanya bisa tertuju pada sang pemimpin.
Dirinya belum pernah melihat pemandangan yang begitu mengagumkan seperti ini di sepanjang hidupnya. Lelaki itu sukses membuat Jacelyn terpesona. Lelaki itu jelas yang memiliki tubuh paling besar di antara yang lain. Pundaknya yang lebar menghalangi cahaya matahari, dan hanya secercah cahaya Matahari yang mengelilingi lelaki itu, menambah efek magis dalam penampilannya.
Namun, hal itu bukan lah sesuatu hal yang magis. Dia hanya seorang lelaki, lelaki yang sangat tampan, dan jelas yang paling berotot dalam kelompoknya. Jubah yang di gunakan lelaki itu memilikinya belahan di sebelah kiri paha miliknya. Tonjolan otot yang kuat terlihat seperti sebuah batang besi yang sangat kuat. Karena sangat tidak pantas bagi Jacelyn untuk terus menatap bagian pribadi itu, ia segera mengarahkan pandanganya kembali kearah wajah lelaki itu. Ekspresi lelaki tidak menunjukan ia sadar bahwa Jacelyn telah mengintip sedikit kearah pahanya. Hal itu membuat Jacelyn bernafas lega.
Ya Tuhan, pikir nya, ia bisa puas menatap lelaki itu sepanjang hari ini. Rambut lelaki itu gelap, berwarna coklat pekat, dan sedikit ikal di sana sini. Tangannya yang telanjang berwarna perunggu, sama seperti wajahnya. Lelaki itu mempunyai sosok yang sangat menakjubkan. Oh, iya. Lelaki itu memang sangat menakjubkan. Tapi, sebenarnya, warna mata lelaki itu lah yang jauh membuat Jacelyn terpikat, Mata itu berwarna abu abu yang sangat indah.
Sorot mata kesatria itu tajam dan melelahkan. Ada semacam aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya. Hal itu membuat Jacelyn sulit untuk bernafas. Intensitas tatapan lelaki itu padanya membuat Jacelyn merona, tapi ia tidak tahu kenapa. Ya Tuhan, ia berharap semoga lelaki ini bukan suami Ainsley Callista. Lelaki ini tampak seperti lelaki yang kaku, dan juga terkendali. Menurut Jacelyn lelaki itu pasti jarang tertawa.
Tapi, jelas ada sesuatu tentang lelaki ini yang menarik hatinya, sesuatu yang membuatnya ingin mengulurkan tangan dan menyentuh lelaki itu. itu adalah sebuah reaksi yang aneh pada seorang lelaki Stewart, namun tidak lebih aneh dari fakta bahwa semakin lama Jacelyn melihat lelaki itu, semakin dirinya merasa tidak khawatir.
...🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Eldar Iben Malakian
Pasti sakit bangey jadi Jacelyn yah
2023-10-07
4
harapan masadepanmu
Ternyata kisah hidup Jacelyn cukup menyedihkan... untung ada bibi olivia sama paman nya...
2023-10-07
6
harapan bersamamu
Pertemuan Ailean dan Jacelyn bikin makin penasaran
2023-10-06
7