PROLOG II

Beberapa menit kemudian, kedua gadis kecil itu telah berhasil di tenangkan oleh ayah Ainsley Callista. Tangan Jacelyn pun telah di balit menggunakan kain dingin yang sejuk sehingga gadis kecil itu merasa cukup nyaman sekarang. Dengan lembut papa Ainsley Callista mengusap air mata di ujung mata Jacelyn menggunakan seujung kain jubah miliknya.

Saat ini, kedua gadis itu sedang meringkuk di kedua sisi pangkuan papa Ainsley Callista yang kini telah duduk di atas batu hukuman. Ainsley Callista meringkuk di sebelah kanan. Sedangkan, Jacelyn meringkuk di sebelah kiri.

Jacelyn merasa sangat terharu, saat ayah Ainsley Callista terlihat begitu mengkhawatirkan dirinya. Selama ini tidak pernah ada orang yang begitu mengkhawatirkan dirinya seperti yang di lakukan Papa temanya itu. Jacelyn terdiam sambil menahan malu karena semua perhatian yang di dapatkan olehnya dari Papa teman barunya itu. Namun, Jacelyn tidak menolak semua perhatian itu, justru Jacelyn merasa sangat nyaman dan ingin terus merasakan perhatian itu.

"Kalian berdua merupakan pasangan yang sangat buruk," ujar sang Ayah kepada kedua gadis yang berada di dalam dekapannya.

"Kalian berteriak lebih kencang dari terompet yang sedang di mainkan di sana." Sambil menunjuk terompet festival yang sedang di mainkan di tengah lapangan sana.

"Dan berlari berputar putar seperti sekor cacing yang sedang kepanasan."

Mendengar perkataan Ayah Ainsley Callista. Jacelyn mendongkrak kan wajah nya untuk melihat, apakah Ayah Ainsley Callista sedang marah atau tidak. Namun Jacelyn tidak menemukan jawaban apapun. Sebab, Suara lelaki itu terdengar kasar, namun di wajah nya tidak ada yang berkerut seperti orang yang sedang marah.

Sedangkan Ainsley Callista. Gadis itu malah terkikik saat mendengar apa yang di sampaikan oleh Ayah nya. Melihat hal itu, Jacelyn menyimpulkan jika Papa teman barunya itu pasti hanya bergurau saja.

"Lebah itu jelas membuat nya kesakitan, Papa." Kata Ainsley Callista.

"Aku juga berfikiran seperti itu," kata sang Ayah menyetujui perkataan Ainsley Callista. Sang Ayah berbalik menatap Jacelyn, yang ternyata sedang menatap dirinya. "Kau memang seorang gadis pemberani, karena telah menolong putri ku," pujinya. "Tapi, jika ada lain kali, cobalah untuk tidak menangkap lebah, oke."

Jacelyn mengangguk dengan patuh.

Lelaki itu menepuk lengan kecil Jacelyn. "Kau gadis kecil yang sangat cantik," Dia mengamati. "Siapa namamu, Nak?"

"Namanya Jacelyn, Papa, dan dia temanku. Bisakah aku membawanya pulang Papa?"

"Aku ingin menyimpannya di rumah." Kata Ainsley Callista.

"Oh Tuhan. Tentu saja tidak Ainsley Callista." Tolak sang Ayah dengan lembut.

"Dia bukan sebuah mainan sayang. Tetapi jika dia ingin, kita bisa mengajak nya pergi malam malam di rumah kita."

"Yey, Jacelyn kita akan pergi makan malam di rumah ku malam nanti." Sahut Ainsley Callista dengan bersemangat. Sedangkan Jacelyn hanya mengangguk setuju.

"Tepi. Hal itu tentu saja tergantung pada kedua orang tuanya," Timpal sang Ayah.

"Papanya sudah meninggal," ujar Ainsley Callista. "Bukankah itu menyediakan, Papa?"

"Ya, tentu saja," lelaki itu setuju. "Dia memiliki mata biru yang paling indah yang pernah ku lihat." Katanya sambil memperhatikan wajah Jacelyn.

Meski masih berusia kanak kanak. Tidak bisa di pungkiri jika Jacelyn memiliki wajah yang sangat cantik nan imut. Hanya saja wajah seperti Jacelyn tidak terlalu di sukai oleh Ayah Ainsley Callista. Sebab wajah itu merupakan wajah orang orang yang di benci oleh Kerajaan nya.

"Apa aku juga memiliki mata terindah yang pernah kau lihat, Papa?"

"Ya, kau juga, Ainsley Callista. Kau mempunyai mata coklat terindah yang pernah ku lihat. Kau benar benar memiliki nya."

Ainsley Callista merasa sangat senang dengan pujian yang di berikan oleh Ayah nya. Gadis itu mendekatkan wajah nya ke wajah sang Ayah untuk sebuah ciuman di pipi Ayahnya.

"Papanya meninggal sebelum dia dilahirkan," ujar Ainsley Callista kemudian. Ainsley Callista hanya mengingatkan informasi itu, yang dia dapat dari Jacelyn sebelum nya. Ainsley Callista merasa jika Papanya pasti ingin mendengar hal itu juga.

Lelaki itu mengangguk, kemudian berkata, "Sekarang, Putriku, aku ingin kau benar benar diam saat aku bicara dengan teman mu."

"Iya, Papa."

Lelaki itu kemudian mengalihkan perhatian nya kepada Jacelyn. Dia merasa sedikit resah saat melihat Jacelyn terpaku melihat kearah nya. Gadis kecil itu terlihat sangat serius, Bahkan terlalu serius jika di bandingkan dengan anak seusianya.

"Berapa umurmu, Jacelyn?"

Gadis itu mengangkat empat jari tangan nya yang mungil.

"Papa, tidak kah kau melihat? Umurnya sama dengan ku."

"Tidak, Ainsley Callista, umurnya tidak sama dengan mu. Jacelyn berumur empat tahun, sedangkan kau saat ini telah berumur lima tahun. Kau ingat?"

"Aku ingat, Papa."

Lelaki itu tersenyum pada putrinya, lalu kembali berbicara dengan Jacelyn. "Kau tidak takut padaku, bukan?"

"Dia tidak takut pada apapun. Setidaknya itu yang dia katakan padaku."

"Ssst, diam lah, putriku. Aku ingin mendengar temanmu berbicara sedikit saja. Jacelyn, apa Mqamamu berada di sini?"

Jacelyn menggelengkan kepalanya. Gadis itu mulai terlihat gelisah sambil melilit lilitkan rambut pirang terang miliknya. Namun, mata gadis itu tetap tertuju pada wajah Ayah Ainsley Callista.

Sedari tadi, Jacelyn sangat memperhatikan wajah lelaki itu. Wajah lelaki itu di penuhi dengan bulu kumis dan janggut. Dan saat lelaki itu berbicara bulu bulu kecil itu akan saling bergetar satu sama lain. Jacelyn berharap dirinya bisa menyentuh bulu bulu itu, supaya dirinya bisa mengetahui bagaimana rasanya.

"Jacelyn? Apa Mamamu ada di sini?" ulang Ayah Ainsley Callista.

"Tidak, Mama tinggal bersama Paman Oilbhries. Mereka tidak tahu jika aku berada di sini. Ini akan menjadi sebuah rahasia, dan jika aku menceritakannya, aku tidak akan pernah bisa kembali melihat perayaan festival ini. Bibi Olivia bilang begitu padaku."

Begitu gadis kecil itu mulai berbicara. Jacelyn ingin menceritakan semua yang dia ketahui. "Paman Oilbhries bilang dia sudah seperti Papaku, tapi dia hanya Kakak Mamaku dan aku tidak pernah duduk di pangkuannya. Aku juga tidak akan pernah mau jika aku bisa, tapi aku tidak bisa jadi itu tidak masalah, bukan?"

Ayah Ainsley Callista merasa kesulitan dalam memahami apa yang sedang Jacelyn jelaskan pada nya. Namun, lain halnya dengan Ainsley Callista yang langsung mengerti apa yang sedang Jacelyn katakan.

"Kenapa kau tidak bisa jika kau mau?" tanya Ainsley Callista.

"Kaki Paman ku patah."

Ainsley Callista langsung menutup mulutnya tak menyangka. "Papa, bukankah itu menyedihkan?"

Ayah Ainsley Callista hanya bisa menghembuskan nafas panjang, tanpa tahu harus berbicara apa. Percakapan kedua gadis itu di luar kendali miliknya.

"Ya, tentu saja," jawab lelaki itu setuju. "Sekarang, Jacelyn, jika Mamamu ada di rumah, bagaimana kau bisa berada di sini?"

"Dengan Adik Mamaku," jawab Jacelyn. "Aku biasanya tinggal bersama Bibi Olivia dan Paman Noriie, tapi Mama tidak mengizinkan ku lagi."

"Kenapa?" tanya Ainsley Callista.

"Karena Mama mendengar saat aku memanggil Paman Noriie dengan sebutan 'Papa.' Dia sangat marah dan langsung memukul kepalaku. Kemudian Paman Oilbhries bilang kalau aku harus tinggal bersama dia dan Mama selama setengah tahun sehingga aku bisa tahu siapa orangtuaku, dan Bibi Olivia dan Paman Noriie harus menerima ketiadaan ku. Begitulah yang di katakan Paman Oilbhries. Mama tidak mau melepaskan aku walau hanya setengah tahu, tapi Paman Oilbhries belum mulai acara minum-minum sehabis makan malamnya sehingga Mama tahu kalau lelaki itu pasti akan mengingat apa yang di katakan nya pada Mama. Lelaki itu selalu mengingatkan semuanya saat dia sedang tidak mabuk. Mama kembali mengamuk."

"Apa mamamu mengamuk karena dia akan sangat merindukan mu selama setengah tahun lain nya?" Tanya Ainsley Callista.

"Tidak," bisik Jacelyn. "Mama bilang, aku ini pengganggu."

"Lalu kenapa dia tidak ingin kau pergi?"

"Dia tidak suka Paman Norrie," jawab Jacelyn. "Itu sebabnya, dia melakukan hal yang berlawanan."

"Kenapa dia tidak menyukai Paman mu?" Ainsley Callista ingin tahu.

"Karena Paman Noriie memiliki hubungan dengan Stewart (kerajaan) sialan," jawab Jacelyn mengulang apa yang di dengarnya berulang ulang di rumahnya. "Mama bilang, aku bahkan tidak boleh berbicara dengan orang kerajaan Stewart sialan."

"Papa, apakah aku Stewart sialan?"

"Kemungkinan besar bukan."

"Bagaimana dengan ku?" tanya Jacelyn, kekhawatiran terdengar jelas dalam nada bicaranya.

"Kau orang kerajaan Northumbria, Jacelyn?" Papa Ainsley Callista menjelaskan dengan sabar.

"Apakah aku Northumbria sialan?"

Papa Ainsley Callista terlihat jelas tidak suka dengan apa yang Jacelyn katakan.

"Tidak ada satu orangpun yang sialan," jelas lelaki itu. ia hendak mengatakan sesuatu, namun kemudian dia tertawa sendiri kala mengingat apa yang hendak dia katakan.

"Aku sebaiknya mengingat untuk tidak mengatakan apa-apa di depan kalian, karena aku tak ingin kalian mengucapkan nya kembali di masa depan."

"Kenapa begitu, Papa?"

"Tak usah kau pikirkan," jawab lelaki itu.

Lelaki itu berdiri, sambil menggendong putri nya di satu lengan nya, dan Jacelyn di lengan yang lain. Kedua gadis kecil itu melonjak senang saat lelaki itu berpura pura mendak menjatuhkan kedua nya.

"Sebaiknya kita mencari Bibi mu sebelum mereka mulai khawatir, Jacelyn. Tunjukan aku jalan menuju tendamu, Gadis kecil."

Seketika, Jacelyn merasa sangat ketakutan. Gadis kecil itu tidak mengingat di mana letak tenda miliknya. Karena dia belum mengerti warna, Jacelyn bahkan tidak bisa memberikan sebuah gambaran pada Papa Ainsley Callista.

...🍁...

jangan lupa dukung terus karya aku yah🥰 terimakasih yang sudah mau membacanya ❤️ love you ❤️

Terpopuler

Comments

bersamamu kebahagiaan ku

bersamamu kebahagiaan ku

lanjut thor

2023-09-24

7

Masa Depan mu

Masa Depan mu

Lanjut thor😶‍🌫️ awas kalo ngga lanjut aku banting ini hp😵‍💫

2023-09-24

7

harapan bersamamu

harapan bersamamu

Asik thor lanjut/Drool//Drool//Drool/

2023-09-24

8

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 PROLOG II
3 PROLOG III
4 CHAPTER I
5 CHAPTER 2
6 CHAPTER 3
7 CHAPTER 4
8 CHAPTER 5
9 CHAPTER 6
10 CHAPTER 7
11 CHAPTER 8
12 CHAPTER 9
13 CHAPTER 10
14 CHAPTER 11
15 CHAPTER 12
16 CHAPTER 13
17 CHAPTER 14
18 CHAPTER 15
19 CHAPTER 16
20 CHAPTER 17
21 CHAPTER 18
22 CHAPTER 19
23 CHAPTER 20
24 CHAPTER 21
25 CHAPTER 22
26 CHAPTER 23
27 CHAPTER 24
28 CHAPTER 25
29 CHAPTER 26
30 CHAPTER 27
31 CHAPTER 28
32 CHAPTER 29
33 CHAPTER 30
34 CHAPTER 31
35 CHAPTER 32
36 CHAPTER 33
37 CHAPTER 34
38 CHAPTER 35
39 CHAPTER 36
40 CHAPTER 37
41 CHAPTER 38
42 CHAPTER 39
43 CHAPTER 40
44 CHAPTER 41
45 CHAPTER 42
46 CHAPTER 43
47 CHAPTER 44
48 CHAPTER 45
49 CHAPTER 46
50 CHAPTER 47
51 CHAPTER 48
52 CHAPTER 49
53 CHAPTER 50
54 CHAPTER 51
55 CHAPTER 52
56 CHAPTER 53
57 CHAPTER 54
58 CHAPTER 55
59 CHAPTER 56
60 CHAPTER 57
61 CHAPTER 58
62 CHAPTER 59
63 CHAPTER 60
64 CHAPTER 61
65 CHAPTER 62
66 CHAPTER 63
67 CHAPTER 64
68 CHAPTER 65
69 CHAPTER 66
70 CHAPTER 67
71 CHAPTER 68
72 CHAPTER 69
73 CHAPTER 70
74 CHAPTER 71
75 CHAPTER 72
76 CHAPTER 73
77 CHAPTER 74
78 CHAPTER 75
79 CHAPTER 76
80 CHAPTER 77
81 CHAPTER 78
82 CHAPTER 79
83 CHAPTER 80
84 CHAPTER 81
85 CHAPTER 82
86 CHAPTER 83
87 CHAPTER 84
Episodes

Updated 87 Episodes

1
PROLOG
2
PROLOG II
3
PROLOG III
4
CHAPTER I
5
CHAPTER 2
6
CHAPTER 3
7
CHAPTER 4
8
CHAPTER 5
9
CHAPTER 6
10
CHAPTER 7
11
CHAPTER 8
12
CHAPTER 9
13
CHAPTER 10
14
CHAPTER 11
15
CHAPTER 12
16
CHAPTER 13
17
CHAPTER 14
18
CHAPTER 15
19
CHAPTER 16
20
CHAPTER 17
21
CHAPTER 18
22
CHAPTER 19
23
CHAPTER 20
24
CHAPTER 21
25
CHAPTER 22
26
CHAPTER 23
27
CHAPTER 24
28
CHAPTER 25
29
CHAPTER 26
30
CHAPTER 27
31
CHAPTER 28
32
CHAPTER 29
33
CHAPTER 30
34
CHAPTER 31
35
CHAPTER 32
36
CHAPTER 33
37
CHAPTER 34
38
CHAPTER 35
39
CHAPTER 36
40
CHAPTER 37
41
CHAPTER 38
42
CHAPTER 39
43
CHAPTER 40
44
CHAPTER 41
45
CHAPTER 42
46
CHAPTER 43
47
CHAPTER 44
48
CHAPTER 45
49
CHAPTER 46
50
CHAPTER 47
51
CHAPTER 48
52
CHAPTER 49
53
CHAPTER 50
54
CHAPTER 51
55
CHAPTER 52
56
CHAPTER 53
57
CHAPTER 54
58
CHAPTER 55
59
CHAPTER 56
60
CHAPTER 57
61
CHAPTER 58
62
CHAPTER 59
63
CHAPTER 60
64
CHAPTER 61
65
CHAPTER 62
66
CHAPTER 63
67
CHAPTER 64
68
CHAPTER 65
69
CHAPTER 66
70
CHAPTER 67
71
CHAPTER 68
72
CHAPTER 69
73
CHAPTER 70
74
CHAPTER 71
75
CHAPTER 72
76
CHAPTER 73
77
CHAPTER 74
78
CHAPTER 75
79
CHAPTER 76
80
CHAPTER 77
81
CHAPTER 78
82
CHAPTER 79
83
CHAPTER 80
84
CHAPTER 81
85
CHAPTER 82
86
CHAPTER 83
87
CHAPTER 84

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!