CHAPTER 8

Kamar itu di selimuti kegelapan. Aroma lembab yang berjamur tercium di seluruh isi ruangan. Jacelyn selalu merasa dirinya terdesak kapan pun dia memasuki kamar itu. Sekarang, dia sedang merasakan hal itu. Segera Jacelyn langsung mengambil nafas dalam untuk menenangkan dirinya.

Sebuah lilin menyala di atas meja dekat dengan tempat tidur paman Oilbhries. Jacelyn hampir tidak bisa melihat wajah pamannya dari balik bayangan. Dirinya selalu merasa khawatir akan terjadi sebuah kebakaran sebab lilin yang lupa di matikan. karena kebiasaan pamannya yang akan langsung jatuh terlelap setelah mabuk tanpa sempat mematikan lilin terlebih dahulu.

Jacelyn mencoba memanggil pamannya. Namun, lelaki itu tidak menjawab penggilan darinya. Dengan terpaksa Jacelyn berjalan mendekati ranjang tempat di mana lelaki itu berada, sampai dirinya menyadari akan keberadaan Jacelyn di sana.

Suara lelaki itu terdengar serak. Dia memberi isyarat pada Jacelyn untuk mendekat dengan melambaikan tangannya. Dan setelah Jacelyn duduk di kursi samping tempat tidur, Paman Oilbhries mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Jacelyn.

Lelaki itu tersenyum lemah pada Jacelyn. Jacelyn menghembuskan nafas lega. Paman Oilbhries sedang menjadi lelaki melankolis malam ini. Jacelyn berharap hal itu bertahan cukup lama agar dirinya bisa menjelaskan secepat mungkin, lalu pergi dari kamar itu sesegera mungkin.

"Duduklah di samping ku sementara aku akan menceritakan padamu kisah yang baru saja ku ingat saat aku pergi berperang dengan ayahmu. Apa aku pernah menceritakan padamu kalau dia selalu menyanyikan lagu yang sama tiap kali terompet perang ditiup? Dia juga selalu bernyanyi sepanjang peperangan berlangsung."

"Paman, sebelum kau memulai cerita, aku ingin mengatakan sesuatu hal yang penting terlebih dahulu dengan mu."

"Apakah mendengar kisah tentang Ayah mu itu tidak penting?" katanya.

Jacelyn tidak menanggapi pertanyaan itu. "Ada sesuatu yang harus ku beritahu padamu," ujarnya.

"Apa itu?"

"Apa kau bisa berjanji, kau akan mencoba untuk tidak marah setelah mendengar perkataan ku?"

"Kapan aku pernah marah pada mu?" tanya paman Oilbhries, dirinya tidak sadar akan ratusan malam di mana dia selalu melampiaskan kemarahannya pada Jacelyn. "Sekarang, ceritakan padaku apa yang mengganggu mu, Jacelyn. Aku akan tersenyum selama kau membuat pengakuan."

Jacelyn mengangguk dengan melipat kedua tangannya di atas pangkuan. "Setiap musim panas, adikmu Bibi Olivia dan suaminya selalu membawaku ke sebuah acara festival diperbatasan. Paman Noriie mempunyai kerabat di sana."

"Aku tahu itu," sanggah paman Oilbhries. "Berikan gelasku padaku dan teruskan penjelasan mu. Aku ingin tahu kenapa kau tidak menceritakan tentang festival ini padaku sebelumnya."

Jacelyn mengamati di setiap tegukan anggur yang mengalir di tenggorokan pamannya. Tanpa terasa perut Jacelyn telah mulai bergejolak, bahkan sudah semakin parah. "Bibi Olivia berfikir kalau akan lebih baik jika tidak memberitahukan itu pada mu atau ibu... dia pikir itu akan membuatmu merasa kesal karena tahu aku bergaul dengan orang Stewart."

"Yang kau katakan itu benar," Paman Oilbhries menyetujuinya. Dia kembali meneguk minuman yang ada di dalam gelas nya. "Aku biasanya tidak memiliki kebencian sebesar itu, tapi akan ku beritahu kalau ibumu memiliki alasan mengapa dia membenci mereka. Aku juga bisa mengerti mengapa kau tidak menceritakannya. Aku tahu kau pasti sudah melewati banyak kesenangan. Aku belum begitu tua hingga aku bisa melupakannya. Namun, aku tetap saja harus menghentikan semua ini. Kau tidak akan pergi ke perbatasan lagi."

Jacelyn mencoba menahan amarahnya. "Pada festival pertama yang ku kunjungi, aku bertemu dengan seorang gadis bernama Ainsley Callista Chloe. Dia dan aku segera menjadi teman baik. Sampai Ainsley Callista menikah dan pindah dari daerah perbatasan, kami selalu menjalin pertemanan kami setiap musim panas di festival itu. Dan aku sudah berjanji padanya, dan sekarang sudah tiba waktunya bagiku untuk memenuhinya. Aku harus berpergian untuk sementara waktu," Jacelyn mengakhiri penjelasan nya dengan bisikan lembut.

Penjelasan Jacelyn, membuat paman Oilbhries menatap Jacelyn dengan mata merah melotot. Jelas terlihat kalau lelaki itu kesulitan untuk mengikuti arah penjelasan Jacelyn. "Apa maksud dari penjelasan mu itu?" Tuntut paman Oilbhries. "Kemana memangnya kau akan pergi?"

"Pertama-tama aku akan memberitahu mu tentang janji yang telah aku buat saat aku umur belasan tahun."

Jacelyn menunggu pamannya mengangguk sebelum mulai menjelaskan. "Ibu Ainsley Callista meninggal saat melahirkan dan neneknya juga meninggal dengan cara yang sama."

"Itu bukan hal yang aneh," gumam paman Oilbhries. "Banyak wanita yang meninggal saat sedang melakukan tugasnya."

Jacelyn berusaha agar dirinya tidak terpengaruh dengan apa yang di katakan oleh pamannya, yang terdengar tidak memiliki belas kasihan sedikitpun itu. "Beberapa tahun lalu, aku mengetahui dari Ainsley Callista kalau sebenarnya neneknya meninggal beberapa waktu setelah seminggu melahirkan. Dan itu tentu saja adalah kabar yang memberikan sebuah harapan."

"Kenapa itu memberi harapan?"

"Karena itu berarti kematian neneknya bukan di sebabkan oleh pinggang yang sempit."

Jacelyn menyadari jika dirinya terlalu banyak menjelaskan, tapi kerutan di wajah paman Oilbhries mengganggu konsentrasinya.

Paman Oilbhries mengangkat kedua bahunya acuh. "Tetap saja dia meninggal karena melahirkan," ujarnya. "Dan kau seharusnya tidak melibatkan dirimu untuk memikirkan masalah yang sangat intim seperti ini."

"Ainsley Callista percaya kau dia akan meninggal," kata Jacelyn. "Hal itu membuat aku ikut memikirkan mengenai masalah ini." Lanjutnya.

"Ceritakan lebih jauh tentang janji yang kau buat," perintah paman Oilbhries. "Tapi, tuangkan sedikit anggur manis itu untukku sementara kau menjelaskan."

Jacelyn mengosongkan anggur terakhir dari kendi kedua. "Ainsley Callista memintaku berjanji untuk mengunjunginya saat dia hendak melahirkan. Dia ingin aku berada di sisinya saat dia meninggal. Itu bukanlah suatu hal yang besar untuk di minta, dan aku segera menyetujuinya. Aku sudah membuat janji itu bertahun-tahun yang lalu, tapi setiap musim panas, aku akan selalu memberitahunya kalau aku belum berubah pikiran. Aku tidak ingin temanku meninggal," kata Jacelyn. "Dan karena alasan itulah, aku mempelajari sebanyak mungkin yang aku bisa mengenai metode melahirkan terbaru. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari masalah ini. Bibi Olivia benar-benar membantu. Selama dua tahun ini, dia sudah mencarikan banyak bidan berpengalaman untuk ku wawancarai."

Paman Oilbhries sangat terkejut dengan pengakuan Jacelyn. "Apa kau menganggap dirimu ini sebagai seorang penyelamat wanita ini? Jika Tuhan menghendaki temanmu, maka keterlibatan mu itu bisa menodai jiwamu dengan dosa. Kau bukanlah siapa-siapa, dan sekarang kau berani menganggap dirimu cukup penting untuk membuat sebuah perbedaan?" kata Paman Oilbhries dengan nada mencemooh.

Jacelyn menolak untuk bertengkar dengan pamannya. Dirinya sudah terbiasa dengan kata hinaan sang paman sehingga penghinaan itu tidak terasa menyakitkan. justru Jacelyn merasa bangga dengan pencapaian itu, tapi tetap saja dirinya sedari tadi, sedang mencoba mencari cara agar bisa menghilang rasa sakit di perutnya. Jacelyn menutup kedua matanya, menarik nafas panjang lalu melanjutkan ceritanya. "Waktu Ainsley Callista semakin sempit dan keluarganya sedang dalam perjalanan untuk menjemput ku. Aku akan merasa sangat aman. Aku yakin, setidaknya akan ada dua wanita yang menemaniku dan sejumlah lelaki untuk menjaga keselamatanku."

Kepala Paman Oilbhries bersandar di bantal. "Demi Tuhan, kau meminta izin pada ku agar kau bisa pergi ke perbatasan? Dan apa yang harus ku katakan pada ibu mu saat dia kembali dan tidak menemukan mu?"

Jacelyn tidak sedang meminta izin, tapi dirinya tidak mengemukakan hal itu pada pamannya. Pamannya itu memejamkan mata. Dia terlihat seperti hendak tidur. Jacelyn tahu dirinya harus segera bergegas supaya bisa mengatakan semuanya sebelum pamannya itu terlelap karena mabuk.

"Aku bukan akan pergi ke daerah perbatasan," Jacelyn memulai. "Aku akan pergi kesebuah tempat yang di namakan Dataran Tinggi, jauh di Utara, di sebuah daerah terpencil dekat Morey Firth."

Kelopak mata pamannya membuka "Aku tidak ingin mendengar ini semua," raungnya.

"Paman..."

Paman Oilbhries mengulurkan tangan untuk menampar Jacelyn, tapi Jacelyn sudah lebih dulu memindahkan kursi tempat dia duduk jauh dari jangkauan pukulan lelaki itu.

"Aku sudah cukup membicarakan hal ini," lelaki itu terlihat sangat kesal hingga urat di samping lehernya terlihat menonjol.

Jacelyn terlihat memberanikan diri untuk menghadapi kemarahan pamannya. "Tapi, aku belum selesai bicara," desak nya.

Paman Oilbhries terhenyak. Jacelyn selalu menjadi anak pendiam dan pemalu. Gadis itu belum pernah mementangnya sebelumnya. Apa yang sedang merasukinya? "Apakah Olivia yang telah menanamkan ide buruk ini kedalam otak mu?" tuntut paman Oilbhries.

"Aku sudah tahu tentang ayah ku."

...🍁...

Episodes
1 PROLOG
2 PROLOG II
3 PROLOG III
4 CHAPTER I
5 CHAPTER 2
6 CHAPTER 3
7 CHAPTER 4
8 CHAPTER 5
9 CHAPTER 6
10 CHAPTER 7
11 CHAPTER 8
12 CHAPTER 9
13 CHAPTER 10
14 CHAPTER 11
15 CHAPTER 12
16 CHAPTER 13
17 CHAPTER 14
18 CHAPTER 15
19 CHAPTER 16
20 CHAPTER 17
21 CHAPTER 18
22 CHAPTER 19
23 CHAPTER 20
24 CHAPTER 21
25 CHAPTER 22
26 CHAPTER 23
27 CHAPTER 24
28 CHAPTER 25
29 CHAPTER 26
30 CHAPTER 27
31 CHAPTER 28
32 CHAPTER 29
33 CHAPTER 30
34 CHAPTER 31
35 CHAPTER 32
36 CHAPTER 33
37 CHAPTER 34
38 CHAPTER 35
39 CHAPTER 36
40 CHAPTER 37
41 CHAPTER 38
42 CHAPTER 39
43 CHAPTER 40
44 CHAPTER 41
45 CHAPTER 42
46 CHAPTER 43
47 CHAPTER 44
48 CHAPTER 45
49 CHAPTER 46
50 CHAPTER 47
51 CHAPTER 48
52 CHAPTER 49
53 CHAPTER 50
54 CHAPTER 51
55 CHAPTER 52
56 CHAPTER 53
57 CHAPTER 54
58 CHAPTER 55
59 CHAPTER 56
60 CHAPTER 57
61 CHAPTER 58
62 CHAPTER 59
63 CHAPTER 60
64 CHAPTER 61
65 CHAPTER 62
66 CHAPTER 63
67 CHAPTER 64
68 CHAPTER 65
69 CHAPTER 66
70 CHAPTER 67
71 CHAPTER 68
72 CHAPTER 69
73 CHAPTER 70
74 CHAPTER 71
75 CHAPTER 72
76 CHAPTER 73
77 CHAPTER 74
78 CHAPTER 75
79 CHAPTER 76
80 CHAPTER 77
81 CHAPTER 78
82 CHAPTER 79
83 CHAPTER 80
84 CHAPTER 81
85 CHAPTER 82
86 CHAPTER 83
87 CHAPTER 84
Episodes

Updated 87 Episodes

1
PROLOG
2
PROLOG II
3
PROLOG III
4
CHAPTER I
5
CHAPTER 2
6
CHAPTER 3
7
CHAPTER 4
8
CHAPTER 5
9
CHAPTER 6
10
CHAPTER 7
11
CHAPTER 8
12
CHAPTER 9
13
CHAPTER 10
14
CHAPTER 11
15
CHAPTER 12
16
CHAPTER 13
17
CHAPTER 14
18
CHAPTER 15
19
CHAPTER 16
20
CHAPTER 17
21
CHAPTER 18
22
CHAPTER 19
23
CHAPTER 20
24
CHAPTER 21
25
CHAPTER 22
26
CHAPTER 23
27
CHAPTER 24
28
CHAPTER 25
29
CHAPTER 26
30
CHAPTER 27
31
CHAPTER 28
32
CHAPTER 29
33
CHAPTER 30
34
CHAPTER 31
35
CHAPTER 32
36
CHAPTER 33
37
CHAPTER 34
38
CHAPTER 35
39
CHAPTER 36
40
CHAPTER 37
41
CHAPTER 38
42
CHAPTER 39
43
CHAPTER 40
44
CHAPTER 41
45
CHAPTER 42
46
CHAPTER 43
47
CHAPTER 44
48
CHAPTER 45
49
CHAPTER 46
50
CHAPTER 47
51
CHAPTER 48
52
CHAPTER 49
53
CHAPTER 50
54
CHAPTER 51
55
CHAPTER 52
56
CHAPTER 53
57
CHAPTER 54
58
CHAPTER 55
59
CHAPTER 56
60
CHAPTER 57
61
CHAPTER 58
62
CHAPTER 59
63
CHAPTER 60
64
CHAPTER 61
65
CHAPTER 62
66
CHAPTER 63
67
CHAPTER 64
68
CHAPTER 65
69
CHAPTER 66
70
CHAPTER 67
71
CHAPTER 68
72
CHAPTER 69
73
CHAPTER 70
74
CHAPTER 71
75
CHAPTER 72
76
CHAPTER 73
77
CHAPTER 74
78
CHAPTER 75
79
CHAPTER 76
80
CHAPTER 77
81
CHAPTER 78
82
CHAPTER 79
83
CHAPTER 80
84
CHAPTER 81
85
CHAPTER 82
86
CHAPTER 83
87
CHAPTER 84

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!