BAB 19 - MENCOBA PERGI

Saat makan malam, Kyle terus berusaha mencari perhatian Aideen. Dia mengambilkan piring Aideen, menyendokkan nasi, lauk pauk hingga minum dan dessert pun dia yang mengambilkan untuk Aideen.

Sesekali Aideen hanya mengatakan terima kasih. Tak ada kalimat lain selain terima kasih yang terucap. Meskipun diperlakukan seperti itu, Kyle tetap bersemangat mengambil hati Aideen.

Jihan dan Ezryl tidak mempedulikan keriwehan Kyle, mereka berdua menikmati makan malam sambil sesekali mengobrol tentang pekerjaan yang sedang Ezryl jalani sekarang, Ezryl terlihat sangat menikmati pekerjaannya.

"Kau tau, dulu aku sangat sulit berpose di depan kamera, tapi sekarang, kau pasti tau tanpa aku harus mengatakannya padamu!" seru Ezryl sambil menyuapkan nasi ke mulutnya, dia terlihat bahagia saat berbagi cerita dengan Jihan.

"Ya, kau benar. Kau ingat saat pemotretan kita berdua? Jujur, aku benar-benar seperti robot! Tapi untunglah ada kau, sehingga aku dapat merasa lebih tenang dan bisa beradaptasi dengan baik," ucap Jihan sambil tersenyum sumringah, dia sedang tak ingin memikirkan Aideen dan Kyle, baginya, bayi di dalam kandungan lebih penting dari segalanya. Jadi, untuk saat ini, dia ingin menikmati waktunya. Dia ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang dunia komik ini.

"Ih! Sayang, ada nasi di pipimu," ucap Kyle sambil mengambil tisu dan mengambil nasi yang ada di pipi Aideen menggunakan tisu.

"Terima kasih," ucap Aideen dingin, dia menyudahi makan malamnya dan bergegas meninggalkan meja makan itu.

Kyle yang merasa awkward, dia pun bergegas meninggalkan meja makan yang kini hanya ada Ezryl dan Jihan.

Tiba-tiba, Dina dan Dini dan menghampiri.

"Mm... Nyo-nyonya, maaf menggangu," ucap Dini ragu-ragu karena takut mengganggu Jihan.

"Ya, ada apa Dini?"

"Kalau Nyonya butuh sesuatu, Nyonya bisa mengandalkan kami berdua, kami setia sama Nyonya," ucap Dini sambil memainkan kain lap yang ada di tangannya.

"Hahaha... santai saja jika kita sedang berdua, bertiga, berempat seperti ini, tanpa orang lain. Anggap saja kita berteman, maaf selama ini jika aku menyusahkan kalian."

"Ee-eh! Tidak! Nyonya, tidak pernah menyusahkan kami. Kami senang dapat melayani Nyonya."

Lalu, Jihan dan Ezryl pun melanjutkan makannya sambil ngobrol bebas dengan Dina dan Dini. Setelah selesai makan, mereka berdua beranjak ke lantai 2.

"Kau sudah ngantuk?" tanya Ezryl.

"Belum, ada apa?"

"Ada yang ingin ku bicarakan."

"Masuklah ke kamarku."

Keduanya masuk ke kamar Jihan yang kini berada di lantai 2, tepatnya di sebelah kamar Kyle. Kyle yang melihat itu, tak tahan ingin melaporkan mereka berdua kepada Aideen.

Jihan dan Ezryl di sofa saling berhadapan.

"Aku tidak tau harus mengatakannya dari mana, tapi sejak aku memasuki dunia ini, aku tak dapat melihat satu pun malaikat maut yang ada di sini. Saat di dunia nyata, hampir setiap hari aku mimpi buruk."

"Mimpi apa?" tanya Jihan penasaran.

"Gelap, tapi ada suara. Katanya aku harus segera menemukan seseorang yang benar-benar tulus padaku. Tapi di sini? Aku tak pernah sekalipun memimpikan hal itu, ini aneh," ucap Ezryl sambil menghela nafas panjang.

"Mungkinkah di dunia ini kau juga dapat menentukan jalan hidupmu sendiri? Tanpa harus mengikuti jalan yang telah ditakdirkan oleh dewa?"

Ezryl terdiam sejenak, dia benar-benar memikirkan apa yang dikatakan oleh Jihan.

"Mungkin kau be-" ucapan Ezryl terhenti karena suara buka pintu dan sosok pria yang tiba-tiba muncul.

"Apa yang sedang kalian lakukan?! Kau lama sekali di kamar Jihan!" Aideen tiba-tiba membuka pintu kamar Jihan dengan wajah yang tegang, ternyata setelah Kyle memberitahunya bahwa Ezryl dan Jihan berduaan di kamar, dia langsung turun ke lantai 2 dan menunggu Ezryl keluar di sofa ruang tengah.

Ezryl dan Jihan terkejut, mereka saling berpandangan dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

"Tunggu tunggu tunggu!" Ezryl berusaha menahan tawanya, namun sayang, dia tetap tertawa terbahak-bahak dengan wajah yang kesal.

"Wanita kesayanganmu melapor?! Hei, kau tak usah ikut campur dengan urusanku dan Jihan, apapun yang kami lakukan, bercinta sekalipun, kau tak berhak atas dirinya!" timpal Ezryl dengan penuh amarah.

"Bagaimanapun, dia adalah istri sah ku!"

"Istri? Kau bilang istri?! Di mana tanggungjawabmu sebagai suami?!" bentak Ezryl tak tahan, emosinya yang mulai mereda, kini kembali meluap.

Aideen terdiam, bahkan hati dan pikirannya sendiri sedang berlawanan. Logika mengatakan bahwa dia telah menghabiskan waktu yang lama dan berjanji akan menikahi Kyle, sedangkan hati mengatakan bahwa kehangatan cinta yang sebenarnya, hanya dia dapatkan dari Jihan. Dia bahkan tak pernah merasakan sehangat dan sebahagia itu dalam mencintai seseorang.

"Sayang, sudah malam, kita istirahat saja ya?" bujuk Kyle sambil memeluk lengan Aideen.

Merasa tak ada hal aneh yang sedang dilakukan oleh Jihan dan Ezryl, Aideen pun memilih pergi dari kamar itu yang di susuli oleh Kyle.

"Ji, ayo kita pindah dari sini, kita cari tempat yang lebih tenang dan jauh dari tekanan, demi janin yang ada di perutmu," Ezryl meraih lengan Jihan.

"Aku mendapatkan uang muka saat tanda tangan kontrak menjadi BA Needia. Dan kontrak itu berlaku selama 1 tahun, setiap bulan aku akan mendapatkan gaji, insentif, bonus dan tunjangan yang lain-lain, jadi cukup untuk biaya hidup kita dan bayi ini. Kau tak usah khawatir, sambil itu, kita coba cari usaha yang lain-lain untuk ke depannya," timpal Ezryl mencoba membujuk Jihan.

"Tapi, aku tak ingin Needia memutuskan kontraknya denganmu saat tau aku mengikutimu, karena bagaimanapun, Aideen CEO Needia, keputusan dapat berubah sewaktu-waktu."

"Di kontrak tertulis, jika mereka memutuskan sepihak, maka mereka akan memberi kompensasi 2x lipat dari keuntungan yang seharysnya ku dapatkan."

Cukup lama Jihan terdiam tak berkata-kata hingga akhirnya dia mengambil sebuah keputusan.

"Baiklah, ayo kita pergi. Rumah ini bukanlah tempat di mana seharusnya aku berada," ucap Jihan sambil mengelus lembut perutnya.

Ezryl tertegun, dia tak menyangka bahwa Jihan akan setuju dengan usulnya. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah itu besok. Ezryl mulai mencari apartemen full furnished yang dapat langsung di tempati tanpa harus pusing berbenah-benah melengkapi furniture untuk kehidupan sehari-hari, sedangkan Jihan, dia mulai membawa barang seadanya, karena bagaimanapun, semua pakaian yang ada di ruang pakaian bukan dia yang beli, melainkan Aideen.

...****************...

Pagi telah tiba, semalaman Jihan tak dapat tidur nyenyak, ada rasa sedih mengerubunginya saat ingin meninggalkan rumah yang penuh kenangan manis ini, meskipun dia baru belasan hari di sana.

Pagi itu, Jihan telah menyiapkan sebuah koper kecil yang tinggal dia bawa, dia juga telah mandi dan berdandan seadanya sambil menunggu kabar lagi dari Ezryl.

Tok tok tok.

"Iya, sebentar." Jihan menghampiri pintu dan membukanya, lalu tampak sosok Ezryl dengan wajah yang berseri-seri.

"Aku telah mendapatkan apartemen yang bagus untuk kita!" ucap Ezryl dengan senyum yang lebar.

"Kita sarapan di luar, setelah itu kita pergi melihat apartemennya, jika kau merasa cocok, kita langsung pindah ke sana hari ini," sambungnya.

Aideen yang saat itu sedang menuruni anak tangga, tak sengaja mendengarkan perkataan Ezryl.

"Pindah?!" ucap Aideen dengan tatapan kaget sambil berjalan ke arah kamar Jihan.

"Maaf, ku rasa di sini bukanlah tempatku," Jihan menjawab pertanyaan Aideen dengan datar.

Aideen tak mampu menahan gejolak amarahnya saat mendengarkan istrinya akan meninggalkan rumah itu, dia memasuki kamar Jihan sambil mendorong paksa tubuh Jihan ke dalam.

"Hei! Apa yang ingin kau lakukan?!" Ezryl berusaha menahan Aideen, namun tubuhnya di dorong sekuat tenaga, lalu Aideen membanting pintu kamar Jihan dan menguncinya dari dalam.

BAMMM!!!

"Woiii brengsek!!! Buka pintunya!!!" Ezryl menggedor-gedor pintu kamar Jihan, "jika kau menyakitinya, akan ku kuliti kau hidup-hidup!!!"

"Sialll! Andai ini di dunia nyata! Kau sudah ku habisi!" kutuk Ezryl, dia membenci dirinya yang tak berguna di dunia komik ini, karena semua kekuatannya lenyap saat dia melangkahkan kaki memasuki dunia komik.

Dina dan Dini yang mendengar perkataan Ezryl, mereka saling bertatapan tak mengerti maksud dari perkataan Ezryl. Menurutnya, tempat yang mereka tinggali sekarang kan dunia nyata? Lalu kenapa Ezryl berkata seperti itu.

Di saat yang sama, Kyle tampak keluar dari kamarnya dengan muka bantal yang belum mandi karena baru bangun tidur. Dia terbangun karena mendengar kegaduhan dari kamar Jihan.

...****************...

BERSAMBUNG...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!