BAB 3 - MALAIKAT MAUT

Waktu menunjukkan pukul 12:00 WIB. Matahari terlihat malu-malu dibalik awan dan udara yang lembab setelah awan menangis membuat Jihan bermalas-malasan di kontrakannya.

“Bosan!” celetuknya sambil menghempaskan tubuh di atas kasur. Dia menatap ke langit-langit kamar yang hampa itu.

“Ck. Nenek meninggal, dibully Violet dan teman-temannya, Rey selingkuh, lalu aku bunuh diri. Tiba-tiba Aideen dan Ezryl datang. Aideen memintaku menjadi istrinya,” keluh Jihan sambil merentangkan tangannya di kasur, “istri ya? Hmm.”

“Oh iya, bagaimana dengan Kyle? Apa yang terjadi di chapter 97?” sentak Jihan sambil meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi Mangatoon dan mencari komik Wanita Kesayangan CEO Tampan di halaman rak buku. Jihan terlihat serius membaca komik itu, jempolnya sesekali bergerak naik di layar ponsel untuk membaca kelanjutan kisah Aideen dan Kyle.

“What? Kyle selingkuh?!” Jihan langsung duduk sambil menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut. Jempolnya semakin tidak sabar menggulir layar ponsel dengan mata yang penasaran.

“Gila sih!” rutuk Jihan greget, “ternyata selama ini Kyle selingkuh dengan Brand Ambassador perusahaan Aideen? D-dan mereka ketangkap saat berhubungan badan di hotel? Wahhh. Bagaimana perasaan Aideen ya?”

“Apa yang sedang kau lakukan?” Ezryl tiba-tiba muncul dari sudut pintu kontrakan Jihan.

“Arghhh!” pekik Jihan terkejut dan ponselnya terlempar ke lantai namun dengan sigap diambil oleh Ezryl.

Ezryl terlihat cekikikan melihat Jihan yang terkejut.

“Tak bisakah kau mengetuk pintu atau memberi aba-aba sebelum menampakkan diri? Aku bisa mati kaget tanpa harus bunuh diri karena kau!” gerutu Jihan sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

“Ha-ha-ha. Maafkan aku, Nona Jihan,” Ezryl tertawa sambil membungkuk bak pangeran yang membungkuk memberikan salam ke tuan putri.

“Huft!" dengus Jihan kesal.

“Apa sih yang sedang kau baca?” tanya Ezryl sambil melihat ke layar ponsel milik Jihan.

Mata almond yang indah itu terlihat tegang karena terfokus ke layar ponsel, hidung yang mancung bak hidung Jungkook BTS itu terlihat mendengus karena kesal. Jihan terpana melihat keindahan Ezryl yang mirip seperti idol-idol K-Pop.

“Ini Aideen yang tadi malam?” tanya Ezryl memecahkan lamunan Jihan tanpa melihat ke arah Jihan.

“I-iya, aku fikir itu hanya sekedar komik, tapi itu benar-benar terjadi pada Aideen,” jawab Jihan perlahan.

Ezryl menghirup udara dalam-dalam.

“Dasar wanita, dikasih yang baik, milihnya yang f*ck boy!” umpat Ezryl.

“Tidak semua ya,” sanggah Jihan tak terima.

“Ha-ha-ha. Maksudku Kyle,” Ezryl cekikikan melihat ekspresi Jihan yang melotot ke arahnya.

“By the way, ada apa kau ke sini?” tanya Jihan memiringkan kepalanya.

“Feelingku mengatakan kau sedang di sini, jadi aku ke sini,” Ezryl tersenyum setengah sambil menaikkan alisnya.

“Yah, ada baiknya sih kau di sini, karna aku sedang bosan.”

“Oh, jadi kau mencariku saat bosan?” Ezryl melipat kedua tangannya di dada sambil menatap tajam ke arah Jihan.

“Ti-tidak, ma-.”

“Kau langsung takut!” Ezryl tertawa terbahak-bahak melihat Jihan yang mendadak takut.

Jihan mempelototi Ezryl dengan wajah kesalnya.

“Apakah kau ingin ke suatu tempat?” tanya Ezryl meredam tawanya.

“Aku ingin ke suatu tempat di mana aku bisa merasa tenang sambil menikmati pemandangan yang indah! Kau tak kan bisa membawa ku ke sana,” ledek Jihan sambil menyeringai.

“Baiklah, silahkan pegang tanganku, Tuan Putri,” Ezryl membungkuk dan memberikan tangannya kepada Jihan, “lalu, pejamkan matamu.”

“Ck. Mari kita lihat, apakah kau benar-benar bisa membawaku ke sana atau tidak,” Jihan nyengir sambil meraih tangan Ezryl.

Jihan memejamkan matanya sambil tersenyum simpul.

“Buka matamu, Tuan Putri.”

Perlahan, Jihan membuka matanya.

Hal pertama yang dilihat Jihan adalah mata almond Ezryl yang penuh kehampaan. Ia tertegun menatap pesona Ezryl. Namun, dia ingin tahu, luka apa yang membuat Ezryl bunuh diri. Alih-alih ingin mengetahui masa lalu Ezryl, dia tertegun menatap sekelilingnya.

Sebuah pegunungan dengan hamparan luas yang membentang, rerumputan hijau yang subur dan tak pernah diinjak manusia, dikelilingi ratusan bahkan ribuan flora yang subur tak terjamah polusi. Sayup-sayup terdengar kicaun burung dan jangkrik.

“Wahhh,” gumam Jihan terpesona.

“See? Aku bisa membawamu ke tempat yang kau inginkan,” ucap Ezryl sambil merebahkan diri di hamparan rumput tepatnya di bawah pohon yang rindang dengan daun yang lebat.

Jihan menepuk tangannya, “kau benar-benar luar biasa.”

Ezryl tersenyum puas karena mendapatkan pengakuan dari gadis yang mencuri hatinya itu.

Sambil menikmati sekitarnya, Jihan merebahkan tubuhnya disebelah Ezryl.

“Hei, ada sesuatu yang mengusikku,” ucap Jihan.

“Katakan.”

“Luka apa yang membuatmu bunuh diri?”

Ezryl terdiam. Wajah yang sebelumnya bersinar mengalahkan matahari yang malu-malu dibalik awan, kini menjadi suram. Jihan langsung mengerti, pertanyaannya bagaikan mengikis luka lama yang sudah lama sembuh.

“Kau tahu, alasan ku bunuh diri karena aku terlalu muak dengan dunia yang tak pernah berpihak padaku,” Jihan mengawali pembicaraannya.

“Ibuku seorang pembantu rumah tangga yang tak berdaya. Dia diperkosa suami dari majikannya sendiri. Saat ibu meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya pada ayahku, di waktu yang sama, istrinya juga sedang hamil dan mendengar pembicaraan itu. Ibuku di usir dan melahirkan aku sendiri. Ayah selalu mengirimkan uang kepada ibu sehingga ketahuan oleh istrinya.” Tambah Jihan dengan tatapan yang kosong ke langit.

Jihan mendesah seolah-olah melepaskan semua beban dan sesak di dada.

“Pada suatu hari, saat itu usiaku 6 tahun. Istri dan anaknya mendatangi rumah nenekku di mana aku dan ibu tinggal di sana. Istrinya melabrak ibu dan anaknya menatapku tajam, tatapannya begitu menakutkan. Sejak hari itu, ibu pergi meninggalkan aku dan nenek. Dia pergi bersama ayahku. Aku tidak tau bagaimana kabar mereka hingga saat ini. Hingga nenek meninggal sebulan yang lalu, aku benar-benar terpuruk.” Sambungnya.

“Bagaimana kabar anaknya saat ini?” tanya Ezryl sembari memalingkan wajahnya ke kanan untuk menatapku.

“Violet, namanya. Satu kampus dan satu jurusan denganku. Dia selalu menindas, mencela, menghina, mempermalukanku dan dia juga selingkuh dengan pacarku,” Jihan tersenyum pahit. Senyuman yang dipaksakan seolah-olah itulah caranya melepaskan beban di dada.

“Kau tidak sendiri. Aku akan menemanimu,” Ezryl menatap Jihan dengan sangat dalam.

Jihan hanya diam, membayangkan akan bagaimana hidupnya ke depan. Entahlah. Dia menghela nafas panjang.

“Saat itu, usiaku 20 tahun. Sejak SD, aku sudah menjadi korban bullying,” Ezryl memulai ceritanya.

Spontan Jihan memalingkan wajahnya ke kiri untuk menatap Ezryl dengan tatapan syok dan tak percaya.

“Ibuku meninggal saat usiaku 5 tahun. Dia terkena gerd kronis. Ayahku pemulung. Bahkan untuk makan saja kami harus mencari sisa makanan yang ada di warung-warung. Aku bisa bersekolah karena dibiayai oleh seseorang yang dermawan. Namun, penampilan miskinku tetap melekat. Baju yang kumal tidak di setrika, sepatu yang lusuh karna ikut mulung, badan yang bau rongsokan dan saat istirahat aku tidak pernah ikutan jajan.”

Dia terdiam, menelan pahitnya luka yang sudah lama dikubur.

“Saat aku kuliah, aku mendapat beasiswa di sebuah kampus negri yang terkenal. Saat itu, aku selalu dibawa ke belakang kampus. Aku ditendang, ditampar, dijambakin dan dipukul untuk melepaskan amarah mereka yang terkenal merupakan anak dari petinggi-petinggi kampus. Suatu hari, mereka melihatku sedang mulung bersama ayah. Mereka iseng ingin menabrakku dengan mobil yang sedang mereka kendarai, ayah yang menyadari itu menyelamatkanku dan pendarahan ditempat, sedangkan mereka kabur dan melarikan diri. Karena saat itu tidak ada saksi mata, aku dituduh memberikan pernyataan palsu pada polisi dan pencemaran nama baik. A-aku benar-benar putus asa hingga aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku,” jelas Ezryl panjang lebar dengan suara yang serak dan airmata yang membasahi pipi.

“Kau hebat, benar-benar hebat. Menanggung rasa sakit itu bertahun-tahun,” ucap Jihan yang merasa empati pada Ezryl.

Dia merasa malu karena berfikir bahwa dia lah yang paling tersakiti di dunia ini. Padahal, masih ada orang yang lebih kurang beruntung daripadanya.

“Saat aku menjadi malaikat maut, aku melihat ada banyak sekali yang mengakhiri hidupnya sendiri karena merasa bahwa merekalah yang paling tersakiti, padahal, andai mereka bisa bertahan sebentar saja lagi, mentari pasti hadir menyinari hidup mereka yang kelam,” tutur Ezryl sambil menyeka airmatanya.

“Pepatah mengatakan, roda itu berputar. Tapi, aku tidak mempercayainya, karena, posisiku selalu di bawah dan rodanya kempes,” Jihan tertawa paksa.

“Sebenarnya, rodamu akan berputar, hanya saja, belum waktunya. Kau butuh kesabaran sedikit saja lagi.”

Jihan menghela nafasnya. Entah dia harus percaya atau tidak pada perkataan Ezryl atau menganggapnya angin lalu. Karena pada dasarnya, hidup itu indah bagi mereka yang beruntung. Sedangkan orang yang malang, dia akan selalu di rundung kesialan.

...****************...

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Queen Bee✨️🪐👑

Queen Bee✨️🪐👑

lika liku bgt kehidupannya :")

2023-01-31

0

Arch Quoise

Arch Quoise

Kdg sih, hidup tuh emg gk adil :)

2023-01-30

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!