BAB 13 - CARA CEO 2D MENCINTAIKU

Pagi yang dilalui oleh pengantin baru ini sangat bergairah. Bagaimana tidak? Aideen terus menerus menyerang Jihan tanpa henti sehingga mengakibatkan pinggang Jihan menjadi sakit. Entah dari mana dia memiliki kekuatan seperti itu, Jihan benar-benar tak habis pikir dibuatnya.

“Ugh,” lenguh Jihan meringis kesakitan saat bangun dari kursi karena dia sudah selesai menyantap makan siangnya.

“Sebaiknya kita tunda saja dulu ke kantor,” ucap Aideen. karena merasa bersalah.

“Tidak, tidak. Kita ke kantor, aku baik-baik saja, ini hanya nyeri biasa,” ucap Jihan karena takut dia akan di serang lagi oleh Aideen jika mereka tetap di rumah.

“Sure?”

“Iya,” Jihan melemparkan senyuman manisnya kepada Aideen.

Lalu mereka pun berangkat ke kantor, setibanya dikantor di lantai 57, pintu lift terbuka. Mereka berdua berjalan melewati meja beberapa staf dan sekretaris.

“Ini benar-benar nyata, ku pikir aku hanya bisa melihatnya di komik,” batin Jihan sambil berjalan tegang berdampingan Aideen. Ini pertama kalinya baginya berjalan sebagai orang penting dan dihormati, selama ini dia hanya dipandang sebelah mata.

Saat mereka berdua berjalan, semua staf di sana memberikan sapa.

“Selamat siang, Tuan Aideen, Nyonya Aideen.”

“Nyo-nyonya Aideen?” pikir Jihan dengan wajah yang memerah. Sayangnya, dia terkesima hanya sebentar saja, karena ada bisik-bisik para karyawan wanita yang membicarakannya dari belakang.

“Sangat jarang Tuan membawa seorang wanita ke kantornya.”

“Kau benar, bahkan Nona Kyle saja tak pernah datang berdampingan dengan Tuan Aideen.”

“Bukankah itu istri Tuan Aideen? Katanya dia sebagai pengganti Nona Kyle.”

“Ku dengar begitu.”

“Banyak yang bilang, Nyonya itu dari kalangan bawah.”

“Dia diterima tidak ya di keluarga Tuan Aideen?”

“Iya ya, ku rasa Nyonya muda kita akan menjadi bulan-bulanan keluarga Tuan Aideen.”

“Benar, bagaimanapun, Nona Kyle yang lebih pantas darinya.”

Jihan yang mendengarkan itu, langsung menjadi sedih. Mimik wajahnya berubah, tak ada lagi keceriaan yang terpampang di wajahnya. Dia mengharapkan pembelaan dari Aideen, tapi Aideen hanya diam dan tak bergeming.

“Aideen hanya diam, sepertinya dia tidak peduli,” pikir Jihan sambil menunduk.

Kini mereka telah tiba di dalam ruangan Aideen. Ruangan yang tak asing bagi Jihan, ruangan yang selalu dia lihat di komik, megah, besar, tertata rapi dan pemandangan kota yang indah terlihat dari lantai 57.

“Kau duduklah dulu di sofa ini,” ucap Aideen sambil mengecup dahi Jihan lalu beranjak ke meja nya.

Selang beberapa detik, terdengar suara ketukan pintu.

Tok tok tok.

Terlihat Chris membuka pintu, lalu dia masuk ke dalam ruangan dan berjalan mendekati meja Aideen.

“Chris, pecat semua karyawan wanita yang membicarakan Nyonya,” dengan nada dingin, tanpa melihat sekali pun ke arah Chris, Aideen mengatakannya sambil mengecek beberapa berkas yang ada di mejanya.

“Baik, Tuan.”

“Jangan biarkan mereka mendapatkan pekerjaan di industri yang sama seperti kita. Jika ada perusahaan yang menerima mereka sebagai pegawai, kita akan menolak kerjasama.”

“Baik, Tuan.”

“Sayang, apakah kau membutuhkan sesuatu? Katakan saja, aku takut kau bosan di sini.”

Jihan terperangah karena dia masih terkejut dengan perkataan Aideen yang langsung memecat karyawan wanita tadi hanya karena membicarakannya. Padahal Aideen terlihat tak peduli dan tidak mengatakan apapun padanya.

“Ti-tidak. Saat ini aku tidak membutuhkan apa-apa, akan ku katakan jika nanti aku membutuhkan sesuatu.”

“Oh iya, aku melupakan hal penting,” Aideen berhenti dari pengecekan berkasnya, dia mengambil sebuah kertas dan menuliskan sesuatu, lalu memberikan kertas tersebut kepada Chris.

“Satu jam. Setelah satu jam, kau sudah harus berada di sini,” timpal Aideen.

“Baik, Tuan. Saya pergi dulu,” Chris beranjak meninggalkan ruangan itu.

Aideen bangkit dari duduknya, dia mendekat ke arah Jihan dan duduk di sebelah istrinya.

“Maafkan aku,” ucap Aideen sambil melihat ke arah Jihan.

“Untuk?”

“Perkataan karyawanku melukai hatimu.”

“Oh. Itu sudah biasa bagiku. Tapi, menurutku kau sangat keterlaluan karena memecatnya. Bagaimana jika hanya memberi mereka peringatan dan katakan pada mereka untuk tidak mengatakan hal seperti itu lagi?”

“Orang seperti itu tak akan pernah jera. Setelah kita memberikan mereka peringatan, mereka  akan membicarakan kita dari belakang, lalu, mereka tak akan melakukan hal yang kita perintahkan dengan ikhlas.”

“Perkataanmu benar, tapi-“

Cup!

Aideen ******* bibir Jihan yang masih berbicara sehingga mata gadis itu terbelalak.

“A-Aideen!” pekik Jihan terkejut sambil menghentikan ciuman mereka, “ini di kantor, bagaimana jika ada yang datang?”

“Aku sudah mengatakan pada Chris agar tidak ada yang memasuki ruang ini selama 1 jam kedepan,” Aideen menyeringai dengan mata yang nakal.

"Kau menulis itu dikertas?"

"Yah, aku juga meminta dia melakukan hal lain selain tidak memasuki ruangan selama satu jam," tangan Aideen perlahan menjalar ke dalam baju Jihan dan bergerak-gerak menuju 'gunung' yang dituju.

“Ahh. Bukankah kau sibuk? Mhh. Ba-banyak pekerjaan yang tertunda karena tidak ke kantor selama 2 hari.”

“Sekarang juga aku bekerja,” Aideen mengelus punggung tangan Jihan sambil menjilati telinga istrinya.

“A-Aideen. Nghh."

Jihan berusaha menahan sentuhan demi sentuhan nakal yang dilakukan Aideen, namun tetap kalah dengan hasratnya yang bergejolak, perlahan ia menikmati perlakuan yang diberikan Aideen. Aideen tak mampu menahan gairahnya meskipun saat itu mereka berada di kantor, dalam satu dorongan yang keras, Aideen menerobos kelembutan yang hangat dan menjanjikan berjuta kenikmatan itu. Mereka berpacu dalam gairah, sehingga Jihan memekik berkali-kali sambil menutup mulutnya karena khawatir akan ada yang mendengarkan pergumulan mereka. Setelah beberapa menit Aideen menghujam kelembutan itu, kini keduanya mengerang nikmat bersama, baju mereka yang berantakan dan nafas yang terengah-engah cukup membuat mereka terlihat sangat bekerja keras dalam meraih kenikmatan.

Setelah beberapa menit mengatur nafas, Aideen mengecup dahi Jihan yang tertidur pulas di sofa, dia merapikan pakaiannya dan istrinya, lalu menyelimuti sebagian tubuh istrinya menggunakan jas yang dia kenakan.

...****************...

Waktu menunjukkan pukul 17:30 WIB. Jihan terbangun dari tidurnya, terlihat Aideen yang masih fokus menatapi layar laptonya dengan dasi yang sudah berantakan.

Aideen yang menyadari istrinya telah sadar, berhenti mengerjakan pekerjaannya, lalu berjalan menghampiri Jihan.

“Lagi?” tanya Jihan bergidik ngeri, karena sejak pertama kali mereka bercinta, Aideen bagaikan monster nafsu yang selalu bergairah tanpa lelah.

“Hahaha. Tidak, sayang,” Aideen mengecup lembut dahi Jihan, dia mengambil sebuah paper bag hitam yang bertuliskan Aibok, lalu memberikan kepada istrinya.

“Ambillah, semoga kau bisa menggunakannya mengisi kekosongan, aku takut kau merasa bosan selama menungguku bekerja,” timpal Aideen.

Jihan mengambil paper bag tersebut, lalu melihat isinya dan mengeluarkannya satu-satu.

“A-Aideen! Inikan Aipun 14 pro, Aiped Pro Gen 6, Mekbuk Pro M2! Inikan mahal!” seru Jihan tak menyangka, karena seumur hidupnya, dia sama sekali tak menduga akan memiliki benda mahal keluaran baru ini.

“Kedepannya, kau akan selalu mengikutiku ke kantor. Jadi kau boleh menggunakan ini, dan ini milikmu.”

“Mengikutinya ke kantor? Habislah tubuhku, akan selalu menjadi alat pemerah keringatnya,” batin Jihan.

“Sayang? Apa yang kau pikirkan?” tanya Aideen sambil menatap wajah Jihan yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Oh, aku sedang memikirkan a-anu,” Jihan mencoba mencari sesuatu yang dapat menjadi alasannya, “oh iya, di dunia sebelumnya, aku penulis novel freelance, mungkin alat ini dapat ku gunakan untuk melanjutkan menulis novel.”

“Tentu, kau dapat memanfaatkannya sesuai keinginanmu,” ucap Aideen sambil mengelus-elus pipi Jihan.

Aideen mengeluarkan dompetnya, lalu membuka dan mengambil sebuah kartu hitam yang ada dan memberikannya kepada Jihan.

“I-ini untuk apa?”

“Ambillah, aku tidak tahu kau membutuhkan apa saja. Dengan kartu ini, kau dapat membeli semua kebutuhan dan keinginanmu, kartu ini unlimited.”

“Ah. Tapi, kurasa ini berlebihan.”

“Kau adalah istriku, semua milikku adalah milikmu, tugasku sekarang adalah bertanggungjawab penuh atas semua kebutuhan dan keinginanmu,” Aideen mendekatkan bibirnya ke telinga Jihan, “dan tugasmu adalah melayani permainan suamimu. Belilah lingerie, aku ingin melihatmu memakainya.”

"Oh. Ternyata seperti ini cara CEO 2 dimensi memperlakukan orang yang dicintainya," pikir Jihan terperangah.

Deg deg deg.

Seketika jantung Jihan berdetak kencang, wajahnya memerah dan tubuhnya menjadi kaku. Entah dia harus bersikap seperti apa, tapi menurutnya ini adalah hak dan kewajiban yang harus mereka lakukan sebagai pasangan suami dan istri.

...****************...

BERSAMBUNG...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!