Cripp cripp cripp.
Sayup-sayup terdengar kicauan burung yang sedang bernyayi riang menyambut mentari pagi. Nyayian itu terdengar bahagia, seolah-olah bersenandung karena mendapatkan kabar bahagia.
Sejak pingsan semalam, Jihan yang seharian penuh tidak sadarkan diri, kini perlahan membuka matanya.
Silau.
Bukan mentari pagi yang menyilaukan mata, tapi pemandangan di depan matanya yang membuat silau.
Aideen, Ezryl dan Edward tertidur begitu pulas dengan posisi yang berbeda-beda.
Aideen, ia duduk di sebuah kursi tepat di sebelah kanan Jihan, namun merebahkan kepalanya di kasur sambil memegang erat tangan Jihan.
Ezryl. Wajah pucat khas malaikat mautnya terlihat tenang dengan posisi tidur bersandar di tepian kasur tepatnya di atas lantai.
Sedangkan Edward, tertidur pulas dengan posisi selonjoran di sofa yang berada di dekat jendela, tepatnya di sebelah kiri Jihan.
“Pria itu, sepertinya tidak asing,” gumam Jihan lirih sambil melihat ke arah Edward. “Apakah ini di dunia komik?”
Saat matanya berkeliling, dia menatap Aideen yang menggenggam erat tangannya. Namun, perlahan matanya tersadar akan lengan baju yang dikenakannya.
Putih? Kemeja pria? Dia terkejut. Lalu menyingkap selimut dan melihat kakinya tidak mengenakan sehelai benangpun, yang terlihat hanya kemeja putih yang besar menutupi sepertiga pahanya.
Jihan meraba-raba dadanya.
“Ke mana pakaian dalamku?!” teriak Jihan yang sontak membuat tiga pria itu terbangun.
“Jihan?” panggil Aideen dan Ezryl sambil mengucek mata mereka dan menguap.
Edward mengambil posisi duduk sambil meregangkan tangannya ke atas. “Syukurlah, kau sudah sadar.”
“A-apa yang kalian bertiga lakukan?” tukas Jihan sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Edward yang sadar akan pertanyaan Jihan, mencoba menjahilinya.
“Tadi malam, kita bertiga bersenang-senang di kamar ini,” Edward menyeringai sambil mendekat ke arah Jihan, "enak enak yang mengenakkan."
“Ber-ti-ga,” sambung Edward seperti sedang mengeja perkataan.
Jihan bergidik ketakutan.
Aideen yang sadar akan hal itu mengambil bantal yang ada di sebelah Jihan dan melemparnya ke arah Edward.
“Bocah sialan! Kau benar-benar jahil!” umpat Aideen.
“Tenanglah, kami tidak melakukan apapun padamu,” Ezryl mencoba menenangkan Jihan sambil duduk di samping kaki Jihan.
“Benarkah?” tanya Jihan.
“Ya, aku takkan membiarkan mereka menyentuhmu,” ucap Aideen, “bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Yah, agak sedikit membaik. Maaf merepotkan kalian bertiga. Lalu, apakah kau Edward? Teman kecil sekaligus dokter kepercayaan keluarga Aideen” Jihan menatap Edward.
Edward terbelalak terkejut mendengarkan perkataan Jihan. “Sudah sejauh mana kalian? Tak biasanya Aideen menceritakan tentangku kepada orang baru di dalam hidupnya.”
“Lalu, apakah benar, kau akan menggantikan Kyle dan menjadi pengantin perempuan Aideen?” sambung Edward.
“Hei! Jaga ucapanmu, dia bukan seorang pengganti!” seru Ezryl menyanggah perkataan Edward.
Jihan terdiam. Dia kembali memikirkan posisinya sebenarnya di sini sebagai apa? Benarkah hanya sebagai pemeran pengganti? Lalu, saat Kyle hadir, akankah mereka bersatu lagi, lalu dia dicampakkan?
Jihan sudah mengikuti kisah Aideen dan Kyle sejak chapter 1, sehingga dia tahu bagaimana kisah cinta yang sudah dilalui Kyle dan Aideen hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.
Jihan juga sadar sepenuhnya bahwa Aideen bukanlah manusia nyata. Hanya seorang pria tampan yang digambar oleh komikus.
Dan Aideen, seperti apapun Kyle menyakitinya, dia tetap akan bersabar menunggu kedatangan Kyle kembali ke pelukannya.
“Jangan pernah menyebut nama wanita itu lagi di depanku,” tukas Aideen tak suka.
“A-aku ingin pulang,” ucap Jihan, “ayo, Ezryl.”
“Baiklah.”
“Tidak boleh, kau masih butuh perawatan dan memarmu belum hilang,” Aideen tidak mengizinkan Jihan pergi, lalu dia menatap ke arah Edward seolah memberi perintah agar menahan Jihan.
“Benar, tubuhmu belum sepenuhnya pulih, istirahatlah di sini terlebih dahulu. Kau juga harus sarapan untuk minum obat,” timpal Edward.
“Aku tidak lapar. Berikan aku pakaianku!”
Aideen hanya diam dan mendengarkan perkataan Jihan. Dia mengambil pakaian Jihan yang baru yang ada di atas meja.
“Pakaianmu yang semalam sudahku buang, karena sudah kotor dan bolong di bagian bahunya.” Aideen meletakkan pakaian baru ke atas kasur.
“Ayo, kita keluar. Jihan ingin mengganti pakaiannya,” ajak Aideen kepada Ezryl dan Edward.
Di luar, saat Jihan mengganti pakaiannya, Aideen terlihat kesal pada Edward.
“Hei, kau! Tak bisakah kau peka sedikit? Jangan pernah menyebut Kyle didepannya! Dan dia bukan pengganti. Jihan tetaplah Jihan!” omel Aideen pelan takut terdengar oleh Jihan. “Dan tanpa gadis ini, kita semua akan mati!”
“Tanpa gadis ini kau bilang?!” Ezryl menarik kerah baju Aideen dengan tatapan yang tajam. “Jadi, kau hanya memanfaatkannya saja? Tanpa sedikitpun rasa?”
“Hei, kau jangan terlalu bodoh!” Aideen menunjuk dahi Ezryl, “kau juga memanfaatkan kehadirannya, tanpa dia, kau akan menghilang selamanya!”
“A-apa maksud obrolan kalian sejak tadi? Aku sama sekali tak mengerti,” Edward mencoba melerai kedua pria itu.
Ceklek.
Jihan membuka pintu dan mengkerutkan keningnya saat melihat wajah tegang Aideen dan Ezryl.
“K-kalian-“
“Ayo,” Ezryl memotong pembicaraan Jihan dan menarik tangan Jihan.
Aideen hanya mematung di depan pintu lalu mendengus kesal sambil memegang dahinya.
“Hei, bukakan pintunya!” teriak Ezryl dari dalam kamar.
Aideen masuk ke kamar dan memetik jarinya.
Saat pintu teleportasi terbuka, Edward menganga dengan mata yang terbelalak.
“What the-“ Edward tidak melanjutkan perkataannya. “Apa-apaan ini?”
Ezryl menarik Jihan masuk ke dalam pintu itu tanpa mempedulikan pertanyaan Edward dan pintunya tertutup.
Saat di kontrakan Jihan, Ezryl masih memikirkan perkataan Aideen tadi.
Sejujurnya, dia juga membutuhkan Jihan demi kelangsungan hidupnya. Tapi dia tak ingin menjadi kejam. Dia tak ingin Jihan terpaksa mencintainya hanya karena satu alasan.
“Jihan, siapapun yang kau pilih di akhir nanti, aku tak akan menyesal. Kau berhak memutuskan perasaanmu sendiri,” ucap Ezryl memecah keheningan.
“Hahaha, kau-“ Jihan tertawa melihat raut wajah Ezryl yang serius itu.
Ezryl mengerutkan keningnya.
“Saat ini aku tidak dapat memutuskan apapun. Tapi satu hal yang pasti, aku akan mencoba mencintaimu,” ucap Jihan sambil menatap mata Ezryl.
“Ji-“
Kruyukkkk.
Bunyi perut Jihan memotong pembicaraan Ezryl.
“Maaf,” ucap Jihan sambil tersenyum malu.
“It’s okay,” Ezryl tertawa perlahan melihat ekspresi Jihan, “apakah kau ingin makan sesuatu? Biar ku belikan, tapi menggunakan uangmu dulu, nanti ku ganti saat aku sudah mendapatkan pekerjaan.”
“Wohoo, apakah seorang Malaikat Maut bisa bekerja?” ledek Jihan.
“Hmm. Untuk saat ini aku belum memikirkan pekerjaan apapun, tapi sepertinya modalku saat ini adalah wajah tampanku,” Ezryl tersenyum miring sambil melihat cermin dan mengusap lembut wajahnya dengan kepedean tingkat tinggi.
“Ya, ya, ya, kau memang tampan!” Jihan mengiyakan perkataan Ezryl, karena pada kenyataannya, wajah Ezryl memang tampan.
Ting ting ting.
“Bu-bur a-yam, bu-bur ayammmm,” terdengar suara tukang bubur dari luar kontrakan Jihan.
“Aku mau bubur ayam,” pinta Jihan.
“Siap, Tuan Putri!”
Ezryl membuka pintu dan keluar memanggil tukang bubur, “Pakkk! Bubur, Pakkk!!!”
Jihan tertawa melihat Ezryl yang polos itu.
“Berapa usianya sekarang,” gumamnya lirih.
“Tuan putri, berikan aku hamba uang,” Ezryl masuk lagi ke kontrakan dengan wajah memelas bak anak kecil dengan kedua tangan yang menjulur ke arah Jihan, bagaikan seorang adik bontot yang sedang meminta uang kepada kakaknya.
Jihan yang melihat kelakuan lucu Ezryl tak tahan menahan tawa, ia pun tertawa terbahak-bahak memberikan uang kepada Ezryl.
...****************...
BERSAMBUNG...
...****************...
SPOILER!!!
...Ezryl saat menemukan pekerjaan nanti ! 😍...
...Aideen mode fokus. Yang ganggu cari mati ! 😏...
...Edward, si dokter jahil\~ 🤪...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sagaras
Hai Sheninna Shen..
Semangat terus ya nulisnya..
Ganbatte Shen.. :)
2023-02-03
1