BAB 8 - AKU AKAN MEMILIH (...)

“Sudah puas nangisnya?” Ezryl menatap nanar wajah wanita yang diam-diam mencuri hatinya itu.

Wajah sendu memerah dengan mata yang bengkak itu mengkerutkan alisnya dengan bibir yang cemberut.

“Kau membuatku kesal!” rengek Jihan dengan suara yang serak.

Senja yang kian hilang membuat wajah tampan Ezryl terlihat remang-remang. Rambut yang berantakan dan menari-nari akibat ulah angin, tetap tak dapat melunturkan wajah tampannya yang tersenyum.

“Kenapa kau berkata begitu?” Ezryl memegang lembut dagu Jihan dan sedikit menarik ke atas wajah cemberut gadis itu sehingga bola mata mereka bertatapan.

“Bukankah tadi kau menyuruhku menangis sepuas-puasnya, seolah-olah ini tangisan terakhirku? Lalu kenapa kau bertanya seolah-olah kau lelah menunggu.”

“Pfftt. Dasar wanita, selalu saja berfikiran negatif,” ledek Ezryl cekikikan, “aku bertanya seperti itu karena langit yang mulai gelap, atau- kau sedang ingin berduaan denganku. Lalu kita jatuh cinta, menikah dan punya anak yang lucu?”

“Hei, k-kau!” muka Jihan menjadi merah padam karena malu, “bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu dengan santai.”

“Karena perlahan-lahan, aku mulai mencintaimu,” Jihan membuang tatapannya dari Ezryl. Dia merasa belum siap menerima pernyataan cinta yang mendadak itu, walau sebenarnya ada rasa suka yang perlahan timbul di hatinya. Perasaan yang membuat dada sesak, tapi tidak menyakitkan, hanya saja detak jantungnya seolah-olah sedang berpacuan.

“K-kita, p-pulang!” pinta Jihan.

“Pejam-“

“Kenapa aku harus memejamkan mataku? Kau selalu menyuruhku memejamkan mata!"

“Karena kau belum terbiasa. Perpindahan ini akan membuat orang yang belum terbiasa menjadi pusing dan mual.”

“Huh? Aku sudah terbiasa, bahkan aku sudah masuk ke dunia komik dengan mata yang terbuka!” tutur Jihan dengan percaya diri.

“Baiklah, katakan padaku jika kau merasa tidak nyaman.”

Syuhhh.

Secepat kilat mereka berada di kontrakan Jihan.

Akibat keras kepala Jihan, kini tubuhnya mendadak panas dingin. Kepalanya berputar dan seperti ada sesuatu yang membuatnya ingin muntah.

Oekkk.

“Kau-“

“Jihan, apa yang terjadi?” Aideen tiba-tiba muncul di kontrakan Jihan memotong pembicaraan Ezryl.

Wajah CEO tampan itu benar-benar bak rembulan yang menyinari gelapnya malam. Tubuh yang memiliki tinggi 186 cm itu terlihat seksi dengan baju tidur namun rambut yang masih basah setelah mandi.

“I’m okay,” Jihan mengangkat tangannya dan memberi isyarat stop mengkhawatirkannya.

“Sure?” tanya Ezryl memastikan, dia merasa bersalah karena mengikuti kemauan gadis itu.

Jihan hanya mengangguk pelan.

“Can you leave us?” tanya Aideen kepada Ezryl.

“Me?”

Aideen mengangkat alisnya sebelah, dan Ezryl mengerti.

“Jaga dia baik-baik,” Ezryl menghilang.

Jihan menatap Aideen dengan mata yang nanar, rasa mual yang tadi ada, belum juga menghilang.

“A-aku minta maaf,” ucap Aideen memulai pembicaraan.

“Untuk?”

“Kyle, kau bukan penggantinya. Kau-“

"Sedikitpun kau tak menanyakan keadaanku? Dan kau datang tanpa basa basi membahas Kyle?" Potong Jihan yang terlihat kesal karen Aideen sedikitpun tidak memperhatikan keadaannya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Aideen berusaha mengikuti perkataan Jihan.

“Sudahlah. Lupakan. Aku baik-baik saja," jawab Jihan ketus.

Aideen hanya menunduk tanpa menjawab.

"Hei? Kau tak ingin menanyakan apa yang membuatku pusing dan mual? Dasar pria tak peka!" kutuk Jihan dalam hatinya dengan tatapan yang tak lepas dari wajah Aideen.

Jihan menghela nafasnya.

"Dengar, aku tidak ingin membuat semuanya menjadi rumit. Aku sudah pusing dengan kehadiranmu dan Ezryl. Cukup kalian berdua, aku tidak ingin mendengar apa-apa tentang Kyle.”

“Baiklah.”

“Bagaimana jika aku tidak memilihmu?”

“Seluruh duniaku akan hilang, termasuk aku.”

“Tapi, aku tidak secepat itu mencintaimu.”

“Apa yang kurang? Aku tampan, aku memiliki harta yang banyak dan kau akan hidup senang denganku,” Aideen mengatakannya dengan percaya diri.

“Hei, tampang dan harta tak selamanya memberikan kebahagiaan!” Jihan menatap wajah Aideen dengan tatapan sinis.

“Kau pikir, aku seperti gadis-gadis lain yang dengan mudah memberikan tubuhku hanya untuk kesenangan yang fana?” tambah Jihan membuat Aideen terdiam. Ini pertama kalinya wanita menolaknya secara terang-terangan. Di dunianya, para gadis berbondong-bondong mencoba mencuri hatinya dengan rayuan yang murahan dan tak

masuk akal.

Aideen memegang kedua bahu Jihan dan menatap wajah polos gadis itu.

“Perlahan, ayo kita coba perlahan. Saling mencintai dan saling menyayangi. Ku mohon, bantu aku. Aku dan duniaku membutuhkanmu.”

Tiba-tiba Ezryl muncul dibelakang Jihan, namun Aideen dan Ezryl saling bertatapan dengan posisi Jihan di tengah.

“Jangan memaksanya!”

“Aku takkan memaksamu, tapi aku benar-benar membutuhkanmu. Apapun, apapun yang kau minta, aku akan mengabulkannya,” ucap Aideen memohon tanpa menggubris Ezryl.

“Berikan aku waktu, aku akan memutuskannya,” ucap Jihan sambil menyingkir dari kedua orang pria tampan tersebut.

“Baiklah,” sahut Ezryl dan Aideen bersamaan, lalu mereka saling bertatapan, namun kali ini tak ada perseteruan.

Malam kian larut, Aideen kembali ke dunia komik dan Ezryl menghilang, hanya Jihan sendiri di kontrakan ditemani bunyi jangkrik dan burung hantu yang saling bersautan.

...****************...

Keesokan paginya, Jihan terbangun dari tidurnya.

Dia merasa lelah, tidur selama 8 jam, tapi masih kurang.

“Sepertinya, mentalku yang lelah, bukan tubuhku,” batinnya.

Jihan duduk di tepian kasur, berusaha mengumpulkan nyawanya.

Settt!

Aideen muncul mengenakan setelan jas dongker dengan rambut yang tertata dan sangat rapi.

“Selamat pagi,” sapa Aideen semringah.

“Arghh!” teriak Jihan terkejut, dia melemparkan bantalnya ke arah Aideen.

“Pftt. Maafkan aku jika mengejutkanmu, aku hanya ingin menyapa, jangan lupa sarapan” ucap Aideen terkekeh lalu pergi dan menutup pintu teleportasi.

Aroma parfum Aideen yang pekat masih tersisa di kontrakannya.

“Huh, pagiku,” gerutu Jihan sambil memejamkan matanya karena dikejutkan oleh Aideen.

Perlahan iya membuka matanya sambil menguap.

Tuing!

Ezryl yang tiba-tiba muncul mengenakan pakaian hitam membuat Jihan terbelalak dengan mulut yang menganga.

“Selamat pagi, Tuan Putri,” sapa Ezryl sambil membuka kupluk kepalanya.

Di saat yang bersamaan juga mengambil guling dan melempar ke arahnya.

“Hahaha, maafkan aku. Apakah kau ingin semangkok bubur ayam?”

“Tidak! Kalian berdua benar-benar menyebalkan!” umpat Jihan sambil mendengus kesal.

Ezryl yang sadar akan perkataan ‘kalian’ yang diucapkan Jihan, membuatnya mengerti bahwa Aideen sudah lebih dulu datang menyapanya.

“Jika kau ingin jalan-jalan, panggil saja aku, aku akan datang tanpa membuatmu menunggu lama,” Ezryl langsung menghilang.

...****************...

Hari demi hari berlalu, tujuh hari yang benar-benar menegangkan menghantui Jihan karena kehadiran Aideen dan Ezryl secara tiba-tiba cukup membuat kepalanya migrain.

Keesokan harinya, Jihan bangun sambil memicingkan matanya. Melihat sekeliling untuk memastikan bahwa dia takkan terkejut lagi dengan kehadiran dua makhluk tak nyata itu. Meskipun tampan, tetap saja dengan menampakkan diri secara tiba-tiba dapat membuatnya mati berdiri.

“Fyuhhh, akhirnya, pagiku aman,” celetuknya.

Jihan menguncir rambutnya dan bergegas ke kamar mandi. Dia bersenandung riang. Tak ada lagi ketakutan dan kegundahan seperti sebelumnya saat ingin ke kampus.

Dia mendengarkan kabar angin bahwa Violet sedang operasi plastik di Korea dan memutuskan untuk pindah kampus. Sedangkan Dea dan Freya tak lagi sanggup berhadapan dengan orang ramai. Bahkan saat teman-teman kampus mengunjungi rumah mereka, mereka hanya berkutat di dalam kamar tanpa menyapa.

Rey, pria yang merupakan cinta pertama Jihan sekaligus luka pertama Jihan, melakukan hal yang sama seperti Violet. Dia juga melakukan operasi plastik untuk mengatasi luka bakarnya di Thailand.

“Lembaran baru! I’m coming!” seru Jihan seraya membuka pintu kamar mandi.

Jihan yang saat itu hanya menggunakan handuk, dia melongo terkesima saat melihat Aideen yang muncul di depan kamar mandinya dengan menggunakan jubah mandi.

“K-kau!” Jihan menutup matanya menggunakan kedua tangan sambil berjalan ke arah kamar, “a-aku tidak melihat apa-apa.”

“Hahaha, kau cukup menggemaskan!” ucap Aideen sambil mengekori Jihan.

Bruk.

Jihan terpeleset karena setengah lari dalam keadaan kaki yang masih basah. Untungnya Aideen menangkap tubuh mungil Jihan dengan cepat.

Mata mereka saling bertatapan dengan irama detak jantung yang tak selaras.

Mata yang tajam, hidung yang mancung dan bibir yang sensual dengan beberapa tetesan air yang masih berjatuhan dari rambut basah Aideen cukup membuat Jihan menelan ludah.

“Kau mengambil kesempatan dalam kesempitan!” sergah Ezryl dengan tatapan yang melotot ke arah Aideen.

Pakaian malaikat mautnya kali ini sangat mengerikan, bukan karena berubah model, tapi karena dipadukan dengan garpu tala besar yang dipegang oleh Ezryl seakan-akan ingin mencabut nyawa Aideen saat itu juga.

Jihan langsung berdiri dari rangkulan Aideen dengan wajah yang memerah.

“Biarkan aku memakai bajuku dulu, silahkan pergi dulu selama 20 menit,” perintah Jihan tanpa melihat ke arah kedua pria itu karena malu.

Ezryl menghilang dan Aideen juga kembali ke dunia komik.

Dua puluh menit berlalu, Jihan tampak sedang duduk di pinggiran kasurnya menunggu kehadiran Aideen dan Ezryl.

Tak perlu menunggu lama, Aideen dan Ezryl muncul secara bersamaan.

“Duduk,” ucap Jihan.

Tampak dua kursi yang memang disediakan oleh Jihan untuk Aideen dan Ezryl.

Keduanya pun manut tanpa bantahan.

“Aku akan memilih Aideen.”

Ezryl berdiri dari duduknya sambil menatap Jihan dengan tatapan kaget bercampur sedih. Berbeda dengan Aideen, terpancar aura bahagia yang bersinar.

“Lalu, bagaimana dengan-”

“Tapi,” Jihan memotong pembicaraan Ezryl.

“Tapi?” serentak Aideen dan Ezryl bertanya.

“Kita bertiga harus bersama,” jawab Jihan datar, “tak adil rasanya jika aku memilih salah satu dari kalian.”

“Huh? Dia mengikuti kita?” Aideen menunjuk ke arah Ezryl dengan tatapan tak suka. “No no no. Aku tidak setuju!”

“Jika kau tidak setuju, maka carilah wanita lain,” jawab Jihan tegas.

Aideen terdiam. Dia melipatkan kedua tangannya di dada sambil berfikir. Kerutan di keningnya sesekali timbul saat kedua alisnya menyatu.

“Baiklah, tapi kau harus bersedia menikahiku! Besok kita membuat surat nikah.” Aideen memberikan pilihan agar dia juga tidak dirugikan dalam keputusan ini.

“Sebatas surat nikah, bukan?” tanya Ezryl was-was.

“Ya, aku takkan memaksanya untuk melayaniku,” jawab Aideen tegas.

“Hei, kenapa pembahasannya sampai ke arah sana,” Jihan menepuk jidatnya sambil menggelengkan kepala.

“Aku mengkhawatirkanmu,” ucap Ezryl dengan tatapan nanar.

Aideen memutarkan matanya mendengarkan kata-kata Ezryl yang membuatnya mual.

Tergambar tiga ekspresi yang berbeda pada ketiga-tiga wajah itu.

Jihan yang terlihat ragu-ragu akan keputusannya, Aideen yang terlihat bahagia karena mendapatkan keinginannya dan Ezryl yang terlihat sedih karena harus menerima keputusan Jihan.

...****************...

BERSAMBUNG...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!