BAB 12 - GAIRAH TUAN CEO

Lima belas menit telah berlalu, Aideen masih memeluk tubuh Jihan dari belakang, dia terlihat enggan melepaskan tangannya dari tubuh istrinya.

Jihan yang sedari tadi menahan kesemutan sudah terlihat tak tahan ingin mengubah posisinya. Dia membalikkan tubuhnya menghadap Aideen.

“Selamat pagi, sayang,” ucap Aideen hangat sambil mengecup lembut kening Jihan, tangannya meraih pinggul Jihan agar kedua tubuh mereka tetap berdempetan.

Jihan yang malu diperlakukan hangat seperti itu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Aideen tanpa menjawab apapun, terlintas dipikirannya, bukankah sebelumnya Aideen mengatakan bahwa hubungannya hanya sebatas surat nikah? Dia tak akan memintaku untuk melayaninya. Tapi apa yang terjadi sekarang?

“Tidak, tidak, ini karena aku terlalu banyak minum,” batin Jihan, “lalu, apakah hubunganku dengannya benar-benar sudah berubah menjadi suami istri sungguhan?”

“Apakah, aku juga ciuman pertamamu?” tanya Aideen sambil mengelus lembut punggung Jihan. Mata pria itu berbinar-binar, terpancar kebahagiaan dan kepuasan yang ia rasakan saat ini.

Jihan mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan suaminya. Jantungnya berdetak kencang seolah-olah akan meledak saat itu. Bagaimana tidak? Aideen menanyakan pertanyaan yang memalukan seperti itu sambil memeluknya, terlebih lagi saat ini mereka berdua tidak memakai sehelai benang pun di tubuh mereka. Selang beberapa detik, Aideen memegang bahu Jihan, mendorong pelan tubuh itudan menatap wajah polos gadis itu.

“Dengarkan aku," ucap Aideen lembut. Tangannya membelai pipi Jihan dengan sangat berhati-hati.

Jihan sedikit mendongak dan menatap ke arah wajah Aideen.

“Berjanjilah padaku, hanya aku seorang yang menjadi pria pertama dan terakhirmu. Tidak boleh seorangpun yang mengetahui semua isi dibalik pakaianmu, terlebih lagi menyentuhmu.”

Deg deg deg!

Jantung Jihan semakin berdetak kencang. Dia tak dapat mengontrol ritme jantungnya yang memompa dengan kecepatan yang tak biasa. Wajahnya memerah dan tubuhnya memanas. Apakah ini mirip dengan sebuah pernyataan cinta? Pikirnya.

“Ya, aku janji," ucap Jihan. Dia berjanji kepada pria yang ada di depan matanya itu. Tak hanya di mulut, bahkan dia berjanji di dalam hati bahwa hanya pria itu lah yang akan menjadi pria pertama dan terakhir di hidupnya.

“Good, that’s my girl!”

Cup!

Morning kiss yang sangat bergairah mendarat di bibir Jihan dan gadis itu sangat menikmati ciuman yang menghangatkan paginya. Tiba-tiba Aideen melepaskan ciumannya.

“Oh. Aku lupa, kedepannya kau tidak boleh minum seperti semalam selain denganku, mengerti?”

“Ya, aku mengerti.”

“I love you, sweetheart,” Aideen melanjutkan gerilyanya di bibir Jihan dan mereka melanjutkan pagi mereka yang panas sebagai pengantin baru.

Keduanya terlihat bahagia dan sangat menikmati pagi mereka sebagai pengantin baru. Sedangkan Jihan, perlahan mulai membiasakan diri menjadi istri sungguhan bagi Aideen. Dia membuang semua pikiran-pikiran buruk yang ada dikepalanya, dia hanya ingin menikmati waktu yang menurutnya tak akan pernah lagi terulang.

...****************...

Ceklek.

Aideen dan Jihan keluar dari kamar bersamaan, wajah mereka terlihat berseri-seri, bagaimana tidak, mereka masih saja melanjutkan kemesraan mereka saat mandi bersama tadi, terlihat Ezryl sedang berdiri di depan pintu kamar Aideen dengan wajah yang gelisah sambil mondar mandir.

Saat melihat keduanya keluar secara bersamaan, mata Ezryl terfokus pada tanda yang memerah di leher Jihan. Seketika ia langsung tau apa tanda apa itu. Itu adalah tanda kepemilikan yang dibuat oleh Aideen. Dan tanda itu juga cukup membuktikan bahwa mereka berdua telah melewati malam yang panas.

"Bajingan! Ini pasti ulahnya!" kutuk Ezyrl dalam hati.

Tanpa berfikir panjang, Ezryl meraih kerah baju Aideen dengan tatapan yang tajam menahan amarah yang memuncak.

“Kau bilang sebatas surat nikah? Tapi ini apa, brengsek?!”

“Hei, kau ini kenapa? Pagi-pagi sudah mencari ribut!” Tanya Aideen sambil memegang tangan Ezryl yang mencengkeram kerah bajunya.

“Tenanglah,” Jihan berusaha melerai kedua pria yang terlihat akan baku hantam itu. Jihan melihat ada kekecewaan yang terpancar dari raut wajah Ezryl. Pria itu tau bahwa dia telah melakukan hubungan yang tak seharusnya terjadi jika itu hanya lah sebatas istri di atas kertas.

“Kau baik-baik saja?” tanya Ezryl sambil melepaskan cengkramannya dari kerah Aideen dan memegang bahu Jihan. Meskipun ia tahu bahwa gadis itu telah melewati malam yang panas dengan pria yang ada di depan matanya, Ezryl tetap merasa khawatir kepada Jihan. Mungkin saja Jihan terpaksa, atau mungkin saja Jihan di ancam? Pikirnya.

“Tanganmu!” seru Aideen. Ia meraih tangan Ezryl dan melepaskan dengan paksa tangan itu dari bahu istrinya.

“Aku baru menyentuh bahu, sedangkan kau?!” bentak Ezryl geram.

“Ezryl, ku mohon, mengertilah. Aku berusaha menjadi istri seutuhnya untuk Aideen.” Ucap Jihan tiba-tiba.

Ezryl terbelalak dan terperangah. Pria itu tak menyangk bahwa Jihan akan mengatakan hal yang sangat tidak ingin ia dengarkan. Merasa ini tak masuk akal, Ezryl berusaha menasehati Jihan. "Kau baru mengenalinya. Bagaimana jika dia m-“

“Itu urusannya, aku hanya menjalani kewajibanku. Terlepas dari itu, aku ingin menikmati setiap detik yang ku jalani,” potong Jihan. Gadis itu mengatakannya dengan pede dan yakin tanpa sedikitpun keraguan.

“Baiklah,” Ezryl menjawab dengan nada yang serak. Tak dapat ia pungkiri, rasa kecewa dan sakit yang menghujam dadanya benar-benar membuatnya tak dapat berkata-kata lagi. Terlebih lagi Jihan sangat yakin dengan keputusannya. Dia tak dapat melarang dan dia tak memiliki hak sedikitpun atas diri gadis yang sedang ia cintai itu.

...****************...

Setelah menikmati sarapan bersama, mereka bertiga memutuskan menghirup udara segar sambil berjalan-jalan di taman yang ada di rumah Aideen. Mereka meninggalkan ruang makan yang besar itu, lalu berjalan menuju pintu samping yang berada tak jauh dari ruang makan. Saat melangkahkan kaki keluar dari pintu samping, mata mereka dimanjakan dengan sebuah pemandangan yang indah. Mereka disambut oleh air mancur setinggi 3 meter yang berada tepat ditengah-tengah kolam ikan. Terdapat banyak ikan koi di dalam kolam tersebut. Tak hanya kolam, taman yang diperkirakan seluas 20x30 meter itu juga menyuguhkan bunga-bunga yang indah sedang bermekaran.

Jihan terperangah dengan pemandangan yang ia lihat. Pemandangan tersebut sering ia lihat di komik yang ia baca, tapi melihat secara langsung memberikan kesan yang sangat berbeda dari membaca komik.

“Selamat pagi, Tuan,” ucap seorang pria yang tampak mendekati Aideen, Jihan dan Ezryl.

Pria berpakaian rapi tersebut terlihat seumuran dengan Jihan, dia mengenakan kacamata sambil memegang tablet. Dia adalah sekretaris di perusahaan milik Aideen.

“Ada apa, Chris?” tanya Aideen menatapnya.

“Model yang kita kontrak mengalami kecelakaan, sehingga dia tidak dapat melakukan pemotretan produk.”

“Bagaimana kondisinya? Menurutmu akan sembuh dalam waktu seminggu?”

“Cukup parah, sepertinya tidak bisa, Tuan. Kita membutuhkan penggantinya, mengingat produk ini akan diluncurkan dalam waktu dua minggu.”

Aideen memegang dagunya sambil berfikir. Jihan memperhatikan Aideen yang sedang berusaha mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan Ezryl terlihat tak acuh, dia sibuk memperhatikan sekitarnya.

“Modelnya, pria atau wanita?”

“Pria, Nyonya,” jawab Chris.

“Kau sudah mencoba hubungi model yang lain?”

“Sudah. Namun semuanya full schedule, karena kita membutuhkan mereka mendadak.”

Jihan melihat sekelilingnya sambil mencari ide, matanya tertuju pada Ezryl.

“Ezryl! Ya, dia bisa menjadi model pengganti!” seru Jihan girang.

Aideen dan Chris menatap ke arah Ezryl secara bersamaan sehingga membuat Ezryl tak nyaman.

“Hei, aku tidak bisa melakukannya.”

“Ezryl, bukankah dulu kau pernah bilang padaku, kau dapat menemukan pekerjaan hanya bermodalkan wajahmu?” goda Jihan sambil tertawa.

“Benar, tapi di situasi seperti ini, kurasa aku tidak bisa.”

“Hmm. Ku rasa Jihan benar, kau harus menggantikan Casper untuk pemotretan hari ini, dan perusahaan akan membayarmu, ini bukan hanya tugas biasa, kau akan menjadi citra perusahaan,” ucap Aideen menyetujui usul Jihan.

“Wajah dan postur tubuhmu juga mendukung. Aku tak pernah salah dalam menilai orang, kau cocok untuk menjadi modelnya,” timpal Aideen menatap Ezryl dari atas hingga bawah.

“Hei! Matamu seolah menelanjangi tubuhku!” omel Ezryl sambil memeluk tubuhnya sendiri karena bergidik ngeri dengan tatapan Aideen.

“Hei, aku tidak akan tertarik padamu sekalipun tidak ada wanita di dunia ini! Kau terlalu percaya diri!” Aideen memutarkan matanya karena kesal.

“Hahaha, sudah sudah. Persiapkan dirimu Ezryl, aku yakin, kau akan menikmatinya,” bujuk Jihan.

“Baiklah, aku akan mencobanya,” Ezryl menyetujui usul Jihan, “bagaimana dengan identitasku? Aku tidak memiliki tanda pengenal, pakaian untuk berpergian dan banyak hal lainnya.”

“Kau bisa nyetir?” tanya Aideen.

“Tidak, aku belum pernah sekalipun membawa mobil,” jawab Ezryl.

“Chris, tolong urus semua kebutuhannya dan daftarkan dia di kelas mengemudi.”

“Baik, Tuan.”

“Wowww!” Ezryl terperangah mendengar ucapan Aideen.

“Mulai besok, kau boleh ke kantor dulu untuk berkenalan dengan staf-staf lainnya, Chris akan membantumu.”

“Besok, kau jemput Ezryl pukul 9 pagi, aku akan ke kantor pukul 10,” lanjut Aideen sambil merangkul pinggul Jihan.

“Baik, Tuan,” Chris pun pergi meninggalkan mereka bertiga.

...****************...

Keesokan paginya, Jihan menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh Aideen untuk ke kantor. Dia terlihat sudah rapi karena Aideen memintanya untuk ikut menemaninya.

Saat Aideen keluar dari kamar mandi, dia memasuki ruangan pakaian dengan menggunakan handuk dan rambut yang masih basah. Terlihat Jihan yang sedang membelakanginya sedang fokus karena sedang memilih-milih warna dasi yang serasi untuk dipadukan dengan kemeja Aideen.

Aideen yang melihat istrinya pun, jalan berjinjit-jinjit agar Jihan tidak menyadari kedatangannya. Tangannya memegang pinggul Jihan, lalu dia mencium tengkuk Jihan yang wangi itu.

"Arghh! Kau mengejutkanku!" pekik Jihan karena terkejut akan kehadiran Aideen.

“Aromamu enak,” bisik Aideen sembari tangannya mulai agresif menggerayangi tubuh Jihan.

“Aideen. Aku sudah rapi, nanti kita terlambat.”

“Perusahaan itu milikku, jadi aku akan datang sesuka hatiku.”

“T-tapi, aku kan sudah rapi.”

“Tidak apa-apa, kau boleh merapikannya lagi nanti,” ucap Aideen sambil memutarkan tubuh Jihan menghadapnya, lalu Aideen ******* bibir Jihan seperti orang yang haus.

“Mhh. Haruskah kita pindah?”

“Tidak, sesekali aku ingin mencobanya di sini,” ucap Aideen sambil terus menyerang tubuh Jihan dengan kedua tangannya.

Pagi mereka menjadi sangat panas di ruang pakaian yang berukuran 4x4 meter itu. Jihan hanya menerima semua serangan Aideen dengan napas yang menderu, sesekali dia merintih, melenguh dan mendesis. Kurang lebih 45 menit, mereka menghabiskan pagi yang panas dengan nafas yang terengah-engah.

Aideen menggendong tubuh tak bertenaga Jihan ke atas kasur agar mereka dapat beristirahat dengan posisi yang nyaman. Namun, saat melihat tubuh Jihan yang seksi itu, Aideen tak dapat membendung nafsunya, semua kekuatan terkumpul lagi untuk segera menggagahi istrinya. Tanpa jeda, dia segera menaiki tubuh Jihan dan kembali mengambil kendali penuh atas tubuh Jihan sehingga gadis itu kembali terengah-engah karena serangan yang diberikan Aideen tanpa henti.

...****************...

BERSAMBUNG...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!