Jihan merengek karena ingin mengikuti Aideen pergi ke kantor, dia merasa bosan saat sendirian di rumah, sedangkan Aideen ingin istrinya tetap di rumah agar bisa beristirahat dengan baik.
"Aku ikut!"
"Sayang, aku tidak ingin kau kelelahan."
"Tapi aku bosan sendirian di rumah," Jihan memasang wajah memelas dan mata yang berbinar-binar. Dia mendekati suaminya lalu memeluk manja tubuh kekar pria itu, menghirup aroma khas dari tubuh pria yang dicintainya.
"Bagaimana jika nanti aku kenapa-kenapa karena sendirian di rumah?" timpalnya dengan bibir yang cemberut.
"Ada Dina dan Dini, ka-"
"Tapi ini kan lantai 3, bagaimana kalau mereka tidak mendengar saat aku kenapa-kenapa?"
"Hahaha. Baiklah, kau boleh mengikutiku ke kantor, tapi, kau tidak boleh banyak bergerak, ya?"
"Baik! Aku janji!"
Pasangan suami istri itu pun pergi ke kantor, terlukis jelas dari raut wajah keduanya bahwa mereka sedang bahagia menantikan kehadiran buah hati yang tak disangka-sangka akan hadir tanpa harus menunggu lama.
"Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Nyonya," sapa para staf saat melihat Aideen dan Jihan berjalan bergandengan dengan mesra.
Tak dapat dipungkiri, seluruh karyawan Needia membicarakan CEO dan istrinya yang makin hari tampak semakin intim meskipun banyak yang penasaran dari mana asal-usul Nyonya mereka, namun mereka memilih diam karena tidak ingin kehilangan pekerjaan.
Tok tok tok.
Chris memasuki ruangan tersebut.
"Carikan sofa empuk yang dapat dijadikan kasur untuk istriku, jangan lupa selimut dan bantal, cari yang paling mahal, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada seorang wanita hamil."
"Ha-hamil?!" Chris tak mampu menahan rasa terkejutnya, dia sangat tidak menyangka bahwa sebentar lagi dia akan melihat anak kecil berlarian memanggil tuannya dengan panggilan ayah.
"Selamat, Tuan. Selamat, Nyonya. Ini benar-benar kabar yang sangat membahagiakan! Aku akan mencarikan semua yang Tuan minta tadi," ucap Chris dengan wajah yang tampak bahagia.
Sejujurnya Chris merasa sangat bahagia akhir-akhir ini. CEO nya yang sebelum ini sangat tempramen dan tak berbelas kasih, kini menjadi seorang pria yang hangat dan lembut. Dia tak lagi menjadi tempat pelampiasan amarah, kini dia dapat menikmati waktu kosongnya untuk mencari pasangan hidup yang selama ini dia dambakan.
"Terima kasih, Nyonya. Tetaplah sehat!" batin Chris.
...****************...
"Jihan!" Ezryl membuka pintu ruangan Aideen secara tiba-tiba sambil terengah-engah, "Kau hamil?!"
Jihan terkejut saat Ezryl memanggil namanya. Dia yang sedang rebahan di sofa langsung mengambil posisi duduk.
Tampaknya seluruh karyawan Needia gempar kalau Nyonya mereka sedang hamil, sehingga Ezryl yang mendengarkan kabar tersebut langsung bergegas lari meninggalkan sesi pemotretannya yang kebetulan hari ini di kantor.
"Ke mana sopan santunmu?!" Aideen menatap tajam ke arah Ezryl yang langsung menghampiri Jihan.
"K-kau, kau hamil? Sejak kapan?" tanya Ezryl dengan perasaan terkejutnya tanpa menggubris pertanyaan Aideen, "kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
"Hei! Apa kau punya telinga?!" teriakan Aideen membuat semua staf yang ada di sana terdiam dan menguping karena pintu ruangan Aideen tidak di tutup saat Ezryl membukanya.
"Slow. Aku tak menyangka akan secepat ini," ucap Ezryl menahan sebak di dadanya. Rasa sakit yang selama ini hanya dapat dia pendam, kini benar-benar runtuh saat mendengar kabar bahwa Jihan hamil, bahkan dia mengetahui hal itu dari para staf yang ada di sana.
"Bukankah ini cinta segitiga?"
"Aku tak menyangka Ezryl memiliki perasaan pada Nyonya kita."
"Cinta bertepuk sebelah tangan bukan?"
"Ku rasa ini adalah persaingan hati karena harta, Nyonya memilih Tuan yang memiliki segalanya."
"Wah! Ini benar-benar berita gila!"
Sayup-sayup terdengar bisikan-bisikan tak mengenakkan di telinga. Para karyawan sibuk menggali lebih dalam hubungan antara Aideen, Ezryl dan Jihan.
"Kau lihat! Perbuatanmu sungguh membuatku tak dapat berkata-kata!"
"Aku salah, maafkan aku," Ezryl menutupi pintu, namun tiba-tiba seorang wanita menghadang pintu tersebut menggunakan tangannya.
"Sorry," ucapnya.
Suara yang tak asing bagi Aideen sehingga dia mengerutkan keningnya sambil mempertajam indra pendengarannya.
Wanita tersebut masuk ke dalam ruangan dengan langkah yang anggun, terlihat elegan dalam balutan dress hitam pas di badan dan heels hitam, sangat serasi dengan rambutnya yang berwarna burgundy.
Jihan yang merasa wajah wanita tersebut tak asing, dapat merasakan tubuhnya mulai bergetar, darahnya seolah-olah terhenti namun detak jantungnya begitu jelas terdengar sedang memompa dengan kencang.
Deg deg deg.
"Kyle?" ucap Aideen sambil bangun dari duduknya.
Ezryl dan Jihan mematung. Tak ada satu pun dari mereka yang dapat mengeluarkan sepatah kata selain terdiam membisu dengan seribu pertanyaan yang tak dapat diungkapkan.
Beberapa detik setelah itu, tiba-tiba masuk seorang wanita tua berambut putih yang sedang berjalan sambil memegang tongkat untuk menyangga tubuhnya dengan seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang memapah wanita tua itu.
Jihan yang melihat kedua wanita tersebut semakin terkejut, dia berdiri dari duduknya dengan wajahnya yang memucat.
Mereka adalah nenek Aideen dan ibu kandung Kyle, sedari dulu kedua orang ini sangat akrab karena pendekatan yang dilakukan oleh orangtua Kyle sehingga nenek Aideen merasa nyaman dengan keluarga Aideen.
"Nenek? Nyonya Reyna?" Aideen benar-benar terkejut dengan pemandangan yang ada di depan matanya dia benar-benar tak habis pikir, apalagi yang diharapkan Kyle setelah puas menyakitinya.
"Sepertinya Nona Kyle masih mencintai Tuan Aideen."
"Ku rasa juga begitu."
"Lalu bagaimana dengan Nyonya kita?"
"Benar, terlebih lagi dia sedang hamil, gadis yang malang."
"Tapi, bukankah Nona Kyle telah berselingkuh?"
"Iya! Mereka ditemukan sedang bercinta di hotel dengan Dwayne!"
"Kau benar! Mereka ditemukan dalam keadaan tanpa busana."
"Terlebih lagi, posisi Nona Kyle saat itu sedang berada di atas tubuh Dwyne!"
"Wah wah wah! Jika aku menjadi Tuan Aideen, aku tidak mau menerima wanita bekas itu sih!"
Pembicaraan para karyawan Needia semakin memanas setelah kedatangan Kyle, Nyonya Reyna dan Nyonya Margareta, nenek Aideen. Banyak yang tidak setuju dengan kehadiran Kyle yang mereka anggap sebagai perusak.
"Halo, Nyonya Aideen," sapa Kyle dengan nada mengejeknya, "ku dengar kau sedang hamil."
"Kau sungguh membuat malu keluarga besar kita!" umpat Nyonya Margareta, "kau menikah dengan gadis yang tak tahu asal usulnya dari mana, lalu kau tidak mengabariku sama sekali, dan sekarang dia hamil?! Uhuk... Uhuk..."
"Nenek, dengarkan penjelasanku dulu," Aideen berjalan mendekati Jihan yang sejak tadi tak bergeming.
Aideen merangkul bahu Jihan dan memegang erat tangan istrinya.
"Aku menikahinya setelah dikhianati Kyle!"
Kyle terlihat mencoba memulai sandiwara dengan berpura-pura mengeluarkan airmata buayanya. Dia mendekat ke arah Nyonya Margareta.
"Nek, saat itu aku dijebak. Nenek kan tahu, banyak yang iri padaku?" ucap Kyle sambil merangkul lengan Nyonya Margareta.
"Benar. Nyonya kan tahu, dari dulu Kyle ini merupakan wanita yang baik-baik, ada banyak sekali orang di luar sana yang ingin membatalkan pernikahan mereka."
"Ck. Mulut sampah!" gumam Ezryl yang sedari tadi memperhatikan situasi sengit yang ada di depan matanya.
"Anak muda kurang ajar!" umpat Nyonya Reyna, "ku dengar diam-diam kau mencintai wanita murahan itu?! Atau jangan-jangan anak yang sedang dihamilinya bukan anak Aideen, tapi anakmu?"
"Kau benar-benar menunjukkan bahwa dirimu tak jauh beda dari sampah!" umpat Ezryl sambil tertawa terbahak-bahak.
"Nek, aku sangat mencintai Aideen, aku tak bisa hidup tanpanya, Nek," rengek Kyle yang berharap simpati.
Merasa sandiwaranya tak cukup baik, Kyle mendekati Aideen yang sedang merangkul Jihan. Wanita itu bersujud di lantai untuk mendapatkan simpati Aideen.
"Sayang, maafkan aku. Semua yang terjadi tidak benar. Bertahun-tahun kita bersama, bukankah kau seharusnya mengenaliku?"
"Lalu, kenapa kau pergi bersama Dwyne?" tanya Aideen yang mulai terpancing penasaran. Jihan menatap suaminya, tak menyangka bahwa pria yang akan menjadi seorang ayah dari janin yang sedang dikandungnya semudah itu luluh dengan masa lalunya.
"Aku tidak pergi bersamanya. Aku mengurung diriku di rumah karena ketakutan, aku takut kau meninggalkanku karena fitnah ini, aku takut mendengarkan perkataan-perkataan tak bertanggungjawab orang di luar sana," ucap Kyle sambil nangis terisak-isak.
"Kyle benar, saat itu dia melarang kami menghubungimu karena depresi berat. Sebagai pria yang tumbuh bersama dengan Kyle sejak kecil, bukankah kau lebih mengenalinya?" timpal Nyonya Reyna berusaha membuat Aideen percaya.
Aideen terdiam. Apa yang ada dipikirannya saat ini sangat sulit di tebak. Jihan sangat cemas dengan situasi yang sedang dihadapinya saat ini, dia sangat berharap agar suaminya tidak termakan dengan tipu muslihat Kyle.
"Ku mohon, jangan percaya pada Kyle," batin Jihan.
Kyle memegang kaki Aideen, tangisannya semakin keras, dia benar-benar mengerahkan seluruh teanaga untuk mengelabui Aideen dengan cinta yang tak lagi suci.
"Apa kau tega melihat wanita yang dulunya akan menjadi istrimu menjatuhkan harga dirinya seperti ini di depan semua orang?" tanya Nyonya Margareta sengit.
"Aideen, ku mohon, jangan pernah merangkul bahunya untuk berdiri, jangan pernah! Ku mohon. Jika benar kau mencintaiku, kau tak akan peduli dengan wanita ini," batin Jihan benar-benar berteriak tak bersuara saat ini.
Rasa sakit yang tak dapat dijelaskan benar-benar membuat sekujur tubuhnya menggigil. Detak jantung yang kian lama kian cepat seiring dengan diamnya Aideen menatap ke arah Kyle yang sedang bersandiwara. Jika Aideen membuat Kyle berdiri dari sujudnya, maka itu adalah sebuah jawaban yang jelas dan nyata bagi Jihan.
Tak tak tak.
Aideen bergerak mundur dengan perlahan menjauhkan kakinya dari wanita yang telah menyakitinya sehingga Kyle tersungkur di lantai. Pria ini semakin menggenggam erat tangan Jihan yang merupakan istrinya.
Jihan menghela nafas lega, saat jantungnya ingin copot karena situasi yang menegangkan ini, ternyata takdir berpihak padanya kali ini.
"Kyle!" teriak Nyonya Reyna saat melihat anaknya tersungkur di lantai karena Aideen tidak peduli, dia ingin mendekati Kyle, namun Nyonya Margareta menahan Nyonya Reyna agar tetap diam di tempat.
Di saat yang sama, Ezryl terlihat menghela nafas lega karena Aideen memilih untuk tidak menerima permintaan maaf Kyle.
Tapi, semua tak selesai sampai di sana, melihat Kyle yang jatuh tersungkur dengan isak tangis yang semakin menjadi-jadi, perlahan genggaman Aideen mulai meregang. Jihan yang menyadari hal itu, seketika menatap wajah sosok pria yang ada di sebelahnya, sosok pria yang tadinya menggenggam erat tangannya, sosok pria yang akan dipanggil ayah oleh janin di dalam perutnya, ternyata memilih melepaskan genggamannya dan berlutut meraih tubuh Kyle yang jatuh tersungkur.
Tes!
Satu tetes air mata jatuh dari mata kiri Jihan, perlahan kedua bola mata itu memerah dan terlihat genangan yang seakan-akan berdesakan ingin menjatuhkan dirinya berseluncuran di pipi Jihan.
"AIDEEN! KAU BAJINGANNN!!!" teriak Ezryl penuh amarah.
Aideen menggertakkan giginya sambil menempelkan dahinya pada dahi Kyle dan mengusap lembut kepala Kyle. Amarah yang bercampur kerinduan dan rasa bersalah pada Jihan sangat membuatnya sesak dan semua sudah tak terkendali.
Nyonya Margareta dan Nyonya Reyna menghela nafas lega setelah melihat Aideen yang meraih tubuh Kyle, sedangkan Kyle, dia menempelkan kepalanya di dada Aideen dengan senyum yang penuh dengan kemenangan.
"Dunia nyata dan dunia komik, keduanya tak ada yang berpihak padaku," batin Jihan sambil mengepalkan kedua tangannya.
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments