Ezryl tak mampu menahan amarahnya melihat wanita yang dia cintai di sakiti tepat di depan matanya, wanita yang dia harap mendapatkan kebahagiaan, malah mendapatkan hal sebaliknya. Dia berlari ke arah Aideen, menarik kerah baju pria itu agar dia berdiri paksa, sehingga mengakibatkan Kyle yang berada di dada Aideen tersungkur untuk kedua kalinya.
"Sial!" maki Kyle dengan nada yang hampir tak terdengar, namun kali ini Kyle tersungkur tepat di kaki Jihan, dia mendengus sebal.
"KAU BENAR-BENAR PRIA YANG TAK MEMILIKI HARGA DIRI!" umpat Ezryl sambil melayangkan sebuah tonjokan tepat di wajah Aideen. Darah segar keluar dari sudut bibir pria itu. Bukannya membalas pukulan Ezryl, mengelakkan pun tak ia lakukan, pria itu hanya diam pasrah menerima pukulan yang ditujukan padanya, seolah-olah dia layak menerima pukulan ini, dia layaknya tubuh tak bernyawa. Ezryl yang merasa tak puas, kembali melayangkan sebuah tonjokan tepat di pelipis Aideen.
Melihat kejadian itu, Jihan berusaha meleraikan mereka berdua, Kyle yang tak ingin kehilangan kesempatan berharga tersebut, bangkit dari jatuhnya dan memeluk erat tubuh Aideen untuk membentengi pria itu dari pukulan maut Ezryl.
"Pukul saja aku, pukul! Jangan sakiti Aideen!" pekik Kyle dengan tangis yang dibuat-buat.
Jihan mendadak mundur dan tersandar pada tubuh Ezryl karena tak dapat menerima pria yang dicintainya dipeluk oleh wanita lain. Ezryl yang sadar akan tubuh Jihan yang mulai tak seimbang itu pun memegang kedua lengan Jihan.
Para karyawan yang ada di sana berbondong-bondong menghampiri pintu karena penasaran dengan apa yang terjadi. Banyak dari mereka yang merasa iba pada Jihan, mereka malah menganggap Aideen sosok yang tak dapat mengambil keputusan yang tepat.
Menyadari hal itu, Nyonya Margareta meminta Kyle, Aideen, Jihan, Ezryl dan Nyonya Reyna berkumpul di rumah Aideen untuk membicarakan permasalahan ini.
...****************...
Tepat di ruang tamu rumah Aideen di lantai 1, terlihat ketegangan yang menguasai suasana kali ini. Dina dan Dini terlihat berbisik-bisik di sudut ruang menuju dapur.
"Aku kasihan melihat, Nyonya," ucap Dina memegang lengan kakaknya.
"Iya! Nyonya sebenarnya korban dari hubungan Tuan dan Nona Kyle yang hancur!" sahut Dini menanggapi perkataan adiknya dengan mata yang masih terfokus pada ruang tamu.
"Andai Nona Kyle tidak selingkuh, pasti Nyonya tak akan dipertemukan dengan Tuan, dan dia takkan kecewa."
"Kau benar, Din! Aku berharap semoga mereka segera menemukan jalan keluar dari masalah ini."
"Aku berharap Nyonya tidak terluka!"
Sambil berbisik-bisik, mata mereka menatap serius ke arah ruang tamu, di mana posisi duduknya Kyle berada di sebelah Aideen, Jihan sebelah Ezryl dan Nyonya Margareta bersebelahan dengan Nyonya Reyna, mereka saling berhadap-hadapan.
"Ceraikan wanita tak jelas asal usulnya ini!" ucap Nyonya Margareta tegas.
Jihan tertunduk sambil menitikkan airmata, perlahan Ezryl menggenggam tangan Jihan untuk memberikannya kekuatan dan seolah berkata, 'ada aku di sini, kau tak sendiri.'
Aideen mengepalkan tangan melihat Ezryl menggenggam tangan Jihan, tak ada yang dapat menyentuh istrinya selain dia, pikirnya saat itu.
"Tidak! Aku tidak akan pernah menceraikannya! Bagaimanapun juga, aku mencintainya!" sanggah Aideen tak terima.
"Cinta?" tanya Nyonya Reyna dengan nada sinis, "aku sangat yakin, kalian belum sebulan bertemu, dan kau sudah berani mengatakan cinta?"
"Tapi saat ini dia mengandung anakku! Bagaimanapun juga, dia adalah ibu dari anakku!"
"Sayang, aku tak apa jika kau ingin poligami, aku rela, asal kau bahagia," Kyle merebahkan kepalanya di bahu Aideen sambil memeluk lengan Aideen dan menempelkannya tepat di belahan dadanya.
Aideen tersentak.
"Sejak kapan Kyle berubah menjadi liar?" pikirnya.
"Tidak! Mama tidak mengizinkan kan anak mama menjadi istri kedua! Di mana letak harga diri keluarga kita?!" bantah Nyonya Reyna dengan tangan yang menunjuk-nunjuk ke dirinya sendiri.
"Baiklah, karena di rumah ini tak hanya Aideen, tapi ada mereka berdua-"Nyonya Margareta menunjuk Ezryl dan Jihan,"-maka Kyle juga harus tinggal di rumah ini!"
"Kyle harus tinggal di rumah ini, biarkan Aideen mengambil keputusannya sendiri dengan jernih sambil menunggu bayi yang tak jelas bapaknya itu lahir! Jika benar bayi tu adalah anak Aideen, maka Aideen dan Kyle akan memeliharanya-"Nyonya Margareta kembali menunjuk Jihan,-"dan kau, tolong angkat kaki dari rumah ini bersama pria yang ada di sampingmu!"
Ezryl tersulut amarah saat mendengarkan penuturan Nyonya Margareta, namun Jihan menahan Ezryl dengan membalas menggenggam tangan Ezryl dengan lebih erat.
Mata Ezryl berapi-api menatap Aideen yang sedari tak berkutik saat istrinya direndahkan.
"Akan kucabut nyawamu hidup-hidup bajingan!" rutuk Ezryl dalam tatapan matanya sambil mengepalkan tangan kanan yang tak digenggam Jihan.
"Lantai 3 kamar Aideen dan pria ini, lantai 2 kamar Kyle dan kamar Jihan, siapkan kamar mereka dengan rapi!" perintah Nyonya Reyna pada Dina dan Dini.
"Ba-baik, Nyonya."
...****************...
Suasana rumah itu mulai hening dan perlahan mulai tenang setelah Nyonya Margareta dan Nyonya Reyna pulang.
Kyle yang sedari tadi mengikuti Aideen kemanapun ia pergi, kini ikut masuk ke kamar Aideen.
"Dinaaa!!! Diniiii!!!" panggil Kyle.
"Iya, Nona."
"Pindahkan semua baju Jihan dari kamar Aideen!"
"Ba-baik, Nona Kyle."
Jihan yang saat itu sedang duduk dengan Ezryl di sofa ruang tengah lantai 2, kembali menitikkan airmatanya.
Kamar di mana dulunya di tempati opeh dia dan Aideen, kamar di mana tempat jadinya buah hati mereka, kamar di mana dulu bisa ia masuki sesuka hati, kini menjadi ruangan yang sulit untuk ia masuki dengan santai.
Dulunya, dia adalah Nyonya di rumah ini, namun dengan sekejap mata, Nyonya sebenarnya telah datang untuk mengambil kembali posisi yang telah di tempati oleh wanita lain.
"Temani aku sebentar," pinta Ezryl sambil menarik tangan Jihan.
Jihan hanya diam mengikuti Ezryl, lalu mereka akhirnya tiba di depan air mancur, mereka duduk di kursi yang menghadap air mancur dan bunga-bunga yang indah.
"Haruskah kita meninggalkan dunia ini dan kembali ke dunia nyata?" tanya Ezrl dengan pandangan lurus ke depan.
Jihan menghela nafasnya dan berusaha tersenyum.
"Awalnya ku pikir begitu, namun ada dia," ucap Jihan sambil mengelus perutnya.
"Aku akan menjadi ayahnya!"
Jihan terperangah dan menatap ke arah Ezryl. Airmatanya mengalir membasahi pipi.
"Sesakit apa rasanya di sini?" tanya Jihan sambil menekan dada Ezryl dengan telunjuknya, "sesakit apa sampai kau bahkan meminta untung menjadi ayah sambung dari bayi ini?"
"Hei, dengarkan aku," ucap Ezryl sambil menggenggam tangan Jihan yang tadinya menunjuk dadanya.
"Aku tak dapat mendefinisikannya dengan kata-kata saking sakitnya, tapi kau tau? Rasa sakit itu terobati dengan aku melihat wajahmu, senyum yang kau ukir walaupun terpaksa, itu cukup membuat rasa sakit ini sirna bagai diterpa angin," timpal Ezryl dengan tatapannya yang nanar.
Jihan menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa ada seorang pria yang benar-benar tulus mencintainya walaupun dia telah meninggalkannya dan memilih pria lain.
Ezryl meraih kepala Jihan dan membenamkan wajah gadis itu di dadanya, isak tangis yang begitu pilu, seakan tumpah tak tertahankan di dada malaikat maut yang menyelamatkan nyawanya dan berkorban demi dirinya.
"Menangislah, aku selalu ada saat kau mebutuhkanku. Aku takkan pergi. Setelah ini, kau harus kuat demi janin yang ada di perutmu," Ezryl membelai lembut kepala Jihan.
Di waktu yang sama di lantai 3, dari sudut jendela kamar Aideen, Kyle memanggil Aideen dan menunjukkan pemandangan yang cukup membuat Aideen cemburu.
"Sayanggg! Bukankah itu Jihan dan pria yang tadi? Benarkan kataku? Mereka itu selingkuh! Aku juga meragukan anak yang ada di dalam perut gadis itu!"
Aideen tak bergeming, dia hanya diam menatap gerak gerik Jihan dan Ezryl.
"Sayang, maafkan aku. Bertahanlah sedikit lebih lama," batin Aideen.
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
HNF G
kl aq mending balik aja ke dunia nyata, dan berharap kehamilannya hilang
2023-10-27
0