CEO 2D Atau MALAIKAT MAUT
...”Cinta itu tak berakal, itulah kenapa aku tak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tak nyata.” – Jihan...
...“Cinta itu sederhana. Sesederhana aku tak ingin kau disentuh orang lain.” – Aideen...
...“Aku tidak mengerti, cinta itu seperti apa. Tapi aku akan merelakan semuanya untukmu.” – Ezryl...
...✍🏻✍🏻✍🏻...
"Ambassador! Ambassador!" Suara lantang seorang pria kurus berkulit hitam memecah kesibukan penumpang kereta api di Stasiun Tebet pada sore hari.
TING! TING! TING! TING!
Ponsel Jihan bergetar, ada beberapa notifikasi yang masuk sekaligus sehingga menghasilkan bunyi beruntun. Bunyi itu cukup membuat penasaran akan notifikasi pesan apa yang dia terima.
Gadis yang berusia 23 tahun itu menghentikan langkah kakinya di pintu masuk Stasiun Tebet, dia segera merogoh saku celana jeans biru yang ia kenakan untuk mengeluarkan ponselnya.
"Rizka?" Gumam Jihan saat melihat notifikasi di ponselnya.
^^^“Kau harus lihat ini!”^^^
^^^“Bajingan itu selingkuh dengan Violet!🤬”^^^
^^^“Berulangkali ku katakan, Rey itu hanya memanfaatkanmu!"^^^
Dengan tubuh bergetar, Jihan beringsut ke bangku terdekat dan duduk sebelum terjatuh. Tangannya menutupi mulut yang spontan ternganga saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Rizka.
Melihat lelaki yang dicintai bercumbu mesra dengan wanita yang selalu menindasnya, sama saja bagaikan mengiris dada dengan pisau yang tumpul. Dia benar-benar syok dan terkejut saat menerima pesan itu.
...****************...
"Huftt!"
Jihan menggelengkan kepalanya mencoba mengusir jauh ingatan sore tadi yang telah menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping.
Saat ini, jam menunjukkan pukul 23:55, di mana kegiatan yang ada di Kota Bogor perlahan selesai dan jalanan mulai sepi.
“Ck. Roda itu berputar, tapi tidak untuk semua orang,” Jihan nyengir sambil menyeka airmata yang mengalir membasahi pipi.
Malam kian larut dan mencekam. Terlebih lagi, Jihan berada sendiri di atas sebuah gedung tua yang sudah lama tak berpenghuni. Tak ada sedikitpun rasa takut yang menyelimuti saat tadi dia menapaki satu per satu anak tangga bangunan tua yang kumuh tak terawat itu.
Tanpa berfikir panjang, Jihan memanjat tembok usang yang dipenuhi lumut dengan tinggi 1 meter. Dia mendongak menatapi langit yang nyaris tanpa bias bintang.
“Bahkan bintang pun enggan melihatku,” rutuknya sambil tertawa.
Dari lantai 11 bangunan tua itu, dia dapat merasakan bahwa jika dia terjun nanti, dia tak akan pernah bisa selamat. Namun, semangatnya untuk meneruskan hidup sudah tidak lagi ada.
Perlahan, Jihan memejamkan mata dan tersenyum seakan-akan ini adalah senyuman terakhirnya dikehidupan ini. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya ke bawah.
“HEI!!!”
Aideen dan Ezryl berteriak sembari meraih kedua lengan Jihan. Aideen memegang lengan kanan, sedangkan Ezryl memegang lengan kiri.
Jihan tersentak dan spontan membuka matanya. Matanya terbelalak. Bagaimana tidak? Saat ia membuka mata, dunia meluruh, warna-warna meluntur saat melihat wujud dua orang pria tampan yang semakin jelas di bawah gemilang cahaya rembulan.
Pria sebelah kanan terlihat sangat sempurna dalam balutan jas abu-abu, kemeja putih yang 2 kancing di atasnya dibiarkan terbuka dengan rambut hitam klimis yang rapi bak CEO tampan yang ada di komik-komik.
Pria sebelah kiri juga tak kalah sempurna. Wajahnya sangat mempesona dengan rambut cokelat comma hair yang menari-nari ditiup angin sepoi-sepoi, meskipun dengan pakaian hitam bak malaikat maut yang ada di drama Korea.
DEG DEG DEG.
“Hah? Malaikat maut?!” Jihan bergidik dengan mata yang kembali membulat. Akal sehatnya mulai kembali. Alih-alih terpesona dengan ketampanan kedua pria tersebut, dia lebih tertarik melihat sekelilingnya dan lebih terfokus melihat ke bawah. Kakinya mati rasa, jantungnya membeku seolah-olah sudah tak berfungsi saking ngerinya karena bergelantungan di udara.
“Lepaskan dia!” pinta Aideen dengan tegas.
“Kau yang lepaskan, karna aku yang meraihnya lebih dulu!” ucap Ezryl tak mau kalah.
“Ck. Kau pikir kau siapa berhak memerintahku?”
“Aku malaikat maut yang bisa kapan saja men-”
“STOP!!! TURUNKAN AKU SEKARANG!” teriak Jihan menyela pertengkaran antara dua pria tampan itu karena merinding berada di awang-awang.
Aideen dan Ezryl tersentak. Mereka melupakan tujuan utama mereka.
Ketiga orang tersebut menapak di atas bangunan usang tadi dan saling berhadapan.
"Siapa kalian?!!" Tanya Jihan. Gadis berambut panjang berwarna cokelat dengan kulit kuning langsat itu berdiri kaku saat melihat wujud kedua pria asing yang ada di depan matanya.
“A-aku tak mengerti dengan situasi ini,” Jihan terbata-bata, “a-apakah kalian ha-han-hantu?”
“Aku-“ Aideen dan Ezryl berbicara serentak.
“Kau-“ geram Aideen dan Ezryl yang masih berbicara secara bersamaan. Mereka saling menatap tajam satu sama lain.
“Ugh! Kalian ini!” keluh Jihan geram karena melihat kedua pria tersebut tak ada yang mau mengalah dan terus saja berselisih paham. Rasa kesalnya kini telah mengalahkan rasa takut yang sebelumnya menyelimuti.
Kedua pria itu berdiri tegap dan diam menatap ke arah Jihan.
“Kamu!" Jihan menunjuk ke arah Ezryl menggunakan telunjuknya.
“Aku?” tanya Ezryl sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
“Iya.” Wajah anggun Jihan yang tertutup poni itu mengangguk mengiyakan.
“Ezryl, panggilanku. Malaikat maut yang ditugaskan mencabut nyawamu,” Ezryl membungkuk memperkenalkan dirinya.
“Malaikat maut?" Jihan membulatkan matanya. "Kapan seharusnya aku mati? Kenapa aku masih hidup? Lalu, kenapa kau ada di sini?!” cecar Jihan sambil mendekati Ezryl dan menatap tajam ke dalam bola mata Ezryl.
GLUK!
Ezryl menelan ludah. Mukanya memucat, ya meskipun muka malaikat maut memang seharusnya pucat. Hanya saja, saat ini dia sedikit bergidik karena Jihan mencecarnya.
“Stop! Jangan terlalu dekat,” Aideen menaruh tangannya diantara Jihan dan Ezryl sebagai pembatas.
Ezryl mengerutkan keningnya sambil menatap ke arah Aideen seolah menanyakan apa maksud dari ucapan dan tindakannya itu.
“Dia akan menjadi istriku!" Ujar Aideen. Pria itu spontan mengungkapkan tujuannya sambil menatap tajam Ezryl.
Ezryl memutar matanya. Dia benar-benar kesal dengan tingkah tak jelas Aideen. “Ck. Istri?”
“Istri?” Jihan berusaha mencerna perkataan Aideen yang sama sekali tak dapat dia mengerti.
“Ya. Hanya kau satu-satunya yang dapat membantuku,” Aideen menatap ke arah Jihan. Pria itu menunjukkan wajah memelas.
“Istri? Membantu? Please, aku sungguh tak mengerti dengan situasi ini. Dan kalian, kalian bukan manusia sepertiku kan?” cecar Jihan sambil menunjuk dan melihat ke arah Aideen dan Ezryl silih berganti.
“Biar ku jelaskan,” sahut Ezryl, “seharusnya, kematianmu hari ini pukul 12:59, saat kau terjun dari lantai 11. Tapi-“ Ezryl terdiam dan tidak melanjutkan pembicaraannya.
“Tapi?” Tanya Jihan penasaran.
“Aku tidak tega mencabut nyawamu. Setidaknya, kau harus bahagia sebelum kau meninggalkan dunia ini,” Ezryl menjawab dengan nada berat, “a-aku juga mati karena bu-bunuh diri pada usia 20 tahun. Makanya sekarang aku dikutuk Dewa dan menjadi Malaikat Maut. Dan aku tak ingin kau merasakan hal yang sama sepertiku."
Jihan terbelalak. Dia terkejut mendengar ucapan Ezryl yang menurutnya tak masuk akal.
“Tapi, sekarang kutukannya berubah.”
“Berubah?” tanya Jihan sambil mengerutkan keningnya.
“Ya. Aku melanggar aturan penting sebagai malaikat maut, membiarkanmu tetap hidup, menampakkan diriku padamu dan menyentuhmu.”
Aideen dan Jihan terdiam. Tak ada sepatah katapun yang keluar, sayup-sayup terdengar bunyi daun gemerisik terkena hembusan angin memecah keheningan di malam yang dingin itu.
“Apa konsekuensinya?” tanya Aideen ingin tahu. Pria yang sejak tadi menyimak menjadi penasaran.
“Dalam waktu 1 tahun, aku harus menemukan seseorang yang tulus mencintaiku, jika tidak, aku akan menghilang untuk selamanya.” Ucap Ezryl.
Aideen menghela nafas panjang sambil menatap langit luas tanpa satu pun bintang.
“Bagaimana dengan kau?” tanya Ezryl kepada Aideen.
“Aku dari dunia komik Wanita Kesayangan CEO Tampan. Aideen, itu a-“
“Aideen?! Wanita Kesayangan CEO Tampan?! Itu kau?!” Jihan memotong pembicaraan Aideen dengan mata yang berbinar-binar.
“Cih! CEO tampan,” decih Ezryl diwaktu yang sama. Dia melipat kedua tangannya di dada dan mencoba mendengarkan cerita Aideen.
“Ya, itu aku.” Aideen tidak mempedulikan Ezryl dan tetap fokus ke arah Jihan. “Siang tadi, aku mendapatkan sebuah kotak misterius. Di dalamnya ada pesan bahwa, komikus yang membuat komik ini meninggal dan tidak dapat melanjutkan komiknya. Jika komik ini tidak lanjut, maka tubuhku akan menghilang. Bukan hanya tubuhku, tapi juga duniaku. B-”
“Lalu, apa kaitannya Jihan menjadi istrimu?” sela Ezryl.
“Untuk kelangsungan ceritanya, dikotak itu tertulis nama Jihan. Dia harus menjadi istriku dan melahirkan minimal seorang anak y-”
“Minimal seorang anak? Kau fikir dia pabrik pembuat anak?!" bantah Ezryl geram.
“Hei! Tak bisakah kau mendengarkan ceritaku dulu?” rutuk Aideen kesal.
Jihan terkekeh melihat kedua pria tampan itu. Sejak awal, mereka seperti anjing dan kucing yang tak pernah ada akurnya.
“Kalian benar-benar cocok jika disandingkan berdua,” kekeh Jihan.
“Hei!” teriak Aideen dan Ezryl bersamaan.
“Lihat!" Tawa Jihan semakin keras.
Gadis yang tertawa tanpa beban itu cukup membuat Aideen dan Ezryl terpesona saat melihatnya. Mata kedua pria itu berbinar-binar, tanpa sadar sudut bibir mereka melengkung dan menghasilkan senyuman manis yang dapat membius siapapun yang melihatnya.
Angin menyapu lembut rambut panjang Jihan yang bergelombang dan menghembus poni yang hampir menutupi mata gadis malang itu. Bibir mungil berwarna merah bagaikan stroberi dengan bola mata cokelat yang hampir menghilang karena tawa.
“Sangat indah,” desis Aideen.
“Mengalahkan rembulan,” batin Ezryl di waktu yang sama.
“Maafkan aku, kalian terlalu lucu,” Jihan memegang perutnya mencoba berhenti tertawa.
“Berikan aku waktu untuk berfikir. Aku akan memutuskan siapa yang akan ku pilih.” Tambahnya.
“Baiklah. Jika tidak keberatan, ikutlah aku ke dunia komik. Hanya untuk melihat-lihat,” ucap Aideen.
“Memangnya bisa?” tanya Jihan penasaran.
“Tentu, tapi harus denganku. Begitu aturan yang ku baca saat ke dunia nyata.”
“Bagaimana denganku, Han?” tanya Ezryl sendu seolah-olah dia tidak memiliki kesempatan untuk bersama Jihan.
“Tentu saja, aku akan mencoba hidup berdampingan denganmu. Kau boleh mengikutiku kemanapun-“
“Kecuali toilet dan kasur!” potong Aideen terdengar tak setuju dengan pernyataan Jihan.
“Kau punya masalah apa, sih?” tanya Ezryl kesal, “kau selalu saja memotong pembicaraan!”
Aideen memalingkan wajahnya dan bersiul karena tidak ingin mendengarkan Ezryl.
“Sudah. Sudah. Ini sudah larut, aku lelah dan butuh istirahat,” Jihan melerai perselisihan Ezryl dan Aideen.
“Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Ezryl.
“Biar ak-“ sanggah Aideen.
“Besok kau akan seharian penuh dengannya,” potong Ezryl.
Aideen menaikkan alisnya sebelah sebagai isyarat ‘ya’.
“Besok, aku akan menjemputmu pukul 8 pagi,” ucap Aideen kepada Jihan.
“Baiklah.” Jawab Jihan seraya tersenyum.
Aideen memetik jarinya.
Ctek!
Sebuah pintu teleportasi ke dunia lain muncul.
“Jika kau menyentuhnya bahkan sesenti-pun, ku bunuh kau!” ancam Aideen kepada Ezryl sambil memasuki pintu teleportasi.
“Mengakhiri nyawa seseorang? Hei, itu tugasku, kau lah yang seharusnya ku bunuh duluan,” Ezryl memberi seringai miring.
Aideen hanya menatapnya tajam dan membalikkan badannya.
Sett!
Pintu teleportasi tertutup,
Jihan tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat sesuatu yang biasanya hanya ada di dunia komik.
Kini tinggal Ezryl dan Jihan.
“Ayo,” Jihan mengajak Ezryl menuruni tangga.
“Jalan?” Tanya Ezryl.
“Iya, masa mau terbang?”
“Pejam matamu,” pinta Ezryl sambil tersenyum.
“Hah?” Jihan melongo, “Baiklah, aku akan memejamkan mataku.”
Syuhhh!
“Buka matamu,” ucap Ezryl lagi.
Perlahan Jihan membuka matanya dan melihat sekitar. Dia terkejut bukan kepalang. Kejadian yang sebelumnya dia lihat hanya ada di dunia fantasi, kini terjadi pada dirinya. Bagaimana tidak? Tadinya dia di atas bangunan tua yang berada 600 meter dari kontrakannya, kini dia sudah di kontrakan hanya dengan hitungan detik?
“Gila! Ini aku yang sedang bermimpi, atau aku yang sudah mati?” tanya Jihan tak percaya.
“Tidurlah jika kau ingin bermimpi, tapi kau harus tetap hidup,” Ezryl tersenyum manis, sangat manis.
Cih! Wanita mana yang tak akan jatuh hati melihat senyum manis malaikat maut itu!
“Andai aku bisa poliandri,” pikir Jihan sambil tersenyum sendiri.
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Shan Ge 🔱
Aku mampir, Kak 😀
2023-03-01
0
Nefertari Atika
🤨 Emang perselingkuhan itu menyebalkan.
2023-02-25
1
safira nur chasyatil ilmi
huaaa 😭 awalannya udah baper ka 🫂
2023-02-23
1