Bab 17 - Cahaya Putih

Bi Marni mengambil sebuah buku novel dari genggaman tangan Athena dan meletakkannya di nakas yang ada di sebelah tempat tidur. Rupanya Athena ketiduran saat sedang membaca novel. Bi Marni menarik selimut yang ada di kaki Athena dan menyelimuti tubuh Nonanya yang meringkuk kedinginan. Mengelus lembut kepala Athena dan kemudian keluar dari kamar Nonanya. Perlahan-lahan menutup pintu kamar agar Nonanya tidak sampai terbangun.

Athena kadang masih bermimpi buruk dan terbangun di tengah malam, lantas tidak dapat kembali tidur dan membaca buku untuk membuat matanya letih dan kembali mengantuk. Jadi Bi Marni sudah menyiapkan teh Camomile hangat di dalam termos dan meletakkan buku yang sedang dibaca Athena tidak jauh darinya, supaya Athena dapat meminum teh Camomile hangat, teh yang aroma dan rasanya dapat menenangkan hati dan pikiran yang tertekan kemudian membaca novelnya sampai rasa kantuk datang dan kembali tidur.

Bi Marni sangat mengasihi dan menyayangi Athena, seperti anaknya sendiri. Jadi sedapat mungkin dia menjaga dan melindungi Nonanya dengan segenap jiwanya, apalagi setelah Tuan Zeus tewas terbunuh. Bi Marni selalu berada di sisi Athena setiap saat kecuali saat Athena sudah tertidur, Bi Marni dapat kembali ke kamarnya dan beristirahat dengan tenang.

Bi Marni lalu mematikan lampu yang ada di luar ruangan kamar Athena dan berjalan ke kamarnya. Sret... Tiba-tiba ada seberkas cahaya putih melintas di hadapan Bi Marni. Cahaya putih itu hanya muncul sedetik saja dan menghilang begitu saja. Tapi kemunculannya yang mendadak dan hilang begitu cepat, membuat Bi Marni sangat terkejut sampai menghentikan langkah kakinya. Dia memegang dadanya yang berdetak kencang. Mengelusnya perlahan supaya jantungnya kembali tenang. Setelah itu segera berjalan cepat menuju ke kamarnya. Bi Marni membuka pintu kamar dengan kasar sampai membuat Puput yang sedang duduk memilin rambut panjangnya, terkejut sampai melompat dari kursi.

"Aduh... Kaget banget Puput, Bi. Ada apa, Bi? Nona Athena pasti udah tidur, kok Bibi malah berisik sih?" tanya Puput sambil menepuk-nepuk dadanya.

Bi Marni segera masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar supaya nyamuk tidak masuk dan meneror mereka semalaman dengan bunyi nging... nging... nging sangat berisik.

"Put... Put... Ayo temani Bibi memeriksa ruang keluarga, tadi Bibi melihat ada sinar putih berkelebat di depan kamar Nona Athena. Bibi takut, Put. Ayo lekas kita periksa," ucap Bi Marni khawatir sekaligus masih sedikit takut.

"Cahaya putih? Hantu maksudnya, Bi?" tanya Puput yang tidak mempercayai ucapan Bi Marni.

Bi Marni segera menghampiri Puput, menarik tangan Puput yang masih saja duduk di hadapan meja rias.

"Udah gak usah banyak tanya, yang penting kita periksa dulu aja. Bi Marni khawatir ada sesuatu yang akan terjadi setelah cahaya putih itu datang," ucap Bi Marni sambil membuka pintu kamar dan terus menarik Puput keluar kamar, menuju ruang keluarga.

Lampu di ruangan keluarga kembali dinyalakan oleh Puput. Bi Marni dan Puput memeriksa ruangan dan mencari-cari sesuatu tapi tidak jelas dengan apa yang dicari.

"Tidak ada apa-apa itu, Bi. Semua barang di ruangan ini masih utuh seperti semula. Tidak ada jatuh, tidak berpindah, semuanya baik-baik aja, Bi. Bibi salah lihat mungkin. Mungkin waktu lampu ruangan dimatikan, mata Bibi terkena pantulan sinar bulan dari jendela, jadi kaget gitu," ucap Puput meyakinkan Bi Marni supaya tidak berpikir aneh-aneh, segera masuk kamar dan tidur. Bi Marni tampak kebingungan, dia yakin seratus persen, cahaya putih itu bukan pantulan sinar bulan. Tapi cahaya yang tiba-tiba muncul dan tiba-tiba menghilang.

'Udah, gak usah dipikirin lagi, Bi. Nona Athena juga masih tertidur pulas kok," ucap Puput setelah membuka kamar Nona Athena pelan-pelan untuk memeriksa keadaan, apakah terjadi sesuatu pada Nona kesayangannya.

Kemudian Puput melingkarkan tangannya ke bahu Bi Marni, mematikan lampu lagi, kemudian mengajak Bi Marni kembali ke kamar.

"Udah malam, Bi. Tidur yuk," ajak Puput sambil menguap lebar.

Bi Marni mengangguk.

Mungkin mata tuaku ini sudah lelah, jadi melihat hal-hal aneh, batin Bi Marni.

"Iya, capek mungkin makanya rada ngelantur. Yuk, tidur," ucap Bi Marni.

*

*

*

Flash Back On

Krek... krek...krek...

Suara itu... Suara itu datang lagi saat seorang pria sedang tertidur pulas.

Pria itu terjaga dari tidurnya, segera menarik selimutnya, menutup rapat tubuhnya. Dia memilih untuk bersembunyi di balik selimut daripada melihat hantu bermata merah dengan darah menetes-netes. Detak jantungnya berdetak makin kencang bersama dengan napasnya yang makin memburu. Udara di dalam selimut menjadi makin panas dan dia mengalami sesak nafas hebat.

Jika dia tidak segera membuka selimut dan mengambil nafas setelahnya, dapat dipastikan dia akan segera kehabisan nafas dan tewas mengenaskan. Akhirnya dia membuka sedikit selimutnya agar setidaknya udara panas di dalam selimut keluar dan udara baru masuk ke dalam selimutnya. Tapi saat dia melirik ke celah selimutnya yang terbuka, tiba-tiba sebuah mata merah mengintip masuk melihat isi selimut.

"Kyaaa..... Lari....," pekik Pria itu, melempar selimutnya ke atas dan segera berlari ke pintu. Dia kembali berusaha mendobrak pintu itu sampai bahunya kesakitan. Entah sudah berapa kali dia coba mendobrak pintu itu, tapi pintu itu sangat kokoh, tidak berguncang sedikitpun. Namun dia tidak memperdulikannya, dia terus mencoba keluar dari pintu itu.

"Tolong...keluarkan aku dari kamar ini. Jangan siksa aku... Aku takut sekali... Di kamar ini ada hantu," pekiknya keras dan menggedor-gedor pintu penuh emosi.

Tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu menetes di hidungnya. Suatu cairan lengket. Pria itu menyeka hidungnya dengan kasar, dan melihat punggung tangannya tiba-tiba berwarna kemerahan.

"Darah...darah... Apakah aku mimisan? Atau...," tanyanya kemudian menengadahkan kepalanya, memandang ke atas langit-langit kamar. Dan dia melihat sebuah wajah penuh darah tanpa mata dan hidung, hanya memiliki mulut saja, menyeringaikan sebuah senyuman mengerikan kepadanya.

Pandangan pria itu menggelap dan terdengar bunyi buk yang sangat keras. Pria itu pingsan dan jatuh ke lantai.

*

*

*

Pria berseragam hitam A yang melihat layar monitor cctv nomor tujuh, segera menelepon seseorang.

"Hallo, Tuan. Maaf mengganggu malam-malam begini. Pria itu pingsan lagi, Tuan. Apakah saya boleh masuk ke kamar untuk melihat keadaannya?"

"Tidak, tidak perlu. Biarkan saja dia pingsan," ucap seorang pria dengan suara berat dan dingin.

"Baik, Tuan."

Lalu telepon ditutup.

"Ya, sudahlah. Jika Tuan yang menggajinya tidak mengijinkannya masuk untuk memeriksa keadaan pria itu, akupun tidak berani melanggarnya. Kasihan anak istriku di rumah, jika sampai aku dipecat. Gaji bekerja sebagai Satpam di rumah ini sangat besar, berbeda dengan gaji Satpam yang bekerja di pabrik, bank atau rumah-rumah orang kaya lainnya," ucap Pria berseragam hitam A.

Dan seorang pria berseragam hitam yang lain berlari-lari masuk ke dalam pos, kembali dari toilet. Dia memperhatikan layar monitor ccrv nomer tujuh, kemudian melihat arloji jam tangannya pukul 23.30.

"Pria itu selalu saja ketakutan saat waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Pasti hantu itu datang dan menganggunya. Kenapa hantu itu selalu muncul pukul 23.30? Apakah dia tewas pada waktu itu?" tanya pria berseragam hitam B.

Pria berseragam hitam lainnya mengangkat bahu.

Flash Back Off

Terpopuler

Comments

Pangeran Es

Pangeran Es

Cahaya putih? Apaan tuh?

2020-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!