Bab 14 - Berjalan

Athena POV On

Aku membuka mataku perlahan. Menggosok-gosok mataku sambil berusaha memahami di mana aku berada sekarang. Kutarik lenganku untuk menumpu tubuhku, berusaha duduk di sebuah tanah yang berbatu. Kubuka mataku lebih lebar dan melihat apa yang ada di sekelilingku. Terhampar sebuah padang rumput dengan bunga-bunga kecil berwarna pink yang sangat indah di hadapanku. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan meniup ujung-ujung rambutku panjangku. Sejuk…  

Perasaan relax menyelimutiku, hatiku terasa ringan tanpa beban sedikitpun. Lalu aku melihat seseorang tiba-tiba muncul dari balik rumput-rumput, seseorang yang sangat tampan dan gagah, dan aku mengenali wajah itu. Wajah orang yang sangat kusayangi dan kurindukan. Kakakku, Zeus Anthony.

“Kakak… kakak…,” teriakku keras memanggil namanya.

Tapi Kakak sepertinya tidak melihatku, dia hanya diam saja di sana. Apakah suaraku tidak terdengar olehnya atau aku berada terlalu jauh darinya sehingga Kakak tidak melihatku? Aku kembali berteriak memanggil namanya. Tapi kakak malah merunduk ke rumput, memetik setangkai bunga warna pink dan menciumnya, tersenyum seolah menyukai aroma harum bunga itu.

Aku mencoba berdiri dan aku berhasil berdiri. Kupandangi kakiku, terasa ringan dan tidak berat sama sekali. Kugerak-gerakkan kakiku ke kanan dan ke kiri, lalu menendang ke depan dan ke belakang. Sebuah perasaan senang dan bahagia langsung menyelimutiku. Hari ini aku bertemu kakak dan aku sudah dapat berjalan kembali.

“Terima kasih, Tuhan. Sekarang aku dapat berlari dan menemui kakakku. Kakak, tunggu aku, aku akan menghampirimu," ucapku sudah tidak sabar ingin memeluk Kakak.

Namun tiba-tiba sebuah tangan berdarah-darah mencengkeram mata kaki kananku, menarikku ke belakang dengan kasar. Aku terjatuh, lututku menghantam tanah berbatu yang sangat keras.

“Sakit…," pekikku keras. Kubalikkan tubuhku dengan cepat dan terus menendang-nendangkan kaki kananku untuk melepaskan cengkeraman tangan seorang pria berambut coklat basah dan lengket. Wajahnya menelungkup ke bawah. Aku tidak dapat mengenali siapa pria itu.

“Lepaskan… lepaskan kakiku," pekikku makin histeris. Semakin aku ketakutan, pria itu malah makin mencengkram mata kakiku. Aku mengambil sebuah batu yang ada di dekat tanganku. Kulemparkan batu itu kepala pria itu.

“Pergi… pergi…," ucapku makin frustasi sambil terus melempari batu. Batu besar yang kulempar mengenai kepala pria itu. Pria itu menengadahkan wajahnya. Wajah penuh darah, tanpa mata, hidung dan mulut.

“Aaahhhh…," aku berteriak keras dan bangun dari mimpi burukku.

Pintu kamarku langsung terbuka. Bi Marni dan Mbak Puput tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar. Bi Marni duduk di tempat tidurku, segera memelukku dan mengusap-usap kepalaku.

“Tenang, Non… tenang… tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan perlahan-lahan," nasehat Bi Marni sabar. Hatiku sedikit lebih tenang karena itu hanya mimpi buruk, bukan sebuah kenyataan. Aku mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan seperti yang diucapkan Bi Marni.

Bi Marni melepaskan pelukannya dan mengusap pipiku dengan lembut. Aku tersenyum kepadanya sebagai ucapan terima kasih telah berhasil menenangkanku. Lalu aku menoleh, melihat Mbak Puput yang pucat sangat khawatir. Dia memilin-milin jemari tangannya, memperhatikanku dengan tajam.

“Nona, anda bermimpi buruk lagi?” tanya Mbak Puput cemas.

Aku mengedipkan mataku, tanda mengiyakan pertanyaannya.

“Apakah Nona mau ke dokter?" tanya Mbak Puput lagi.

Sepertinya aku harus menelepon rumah sakit dan membuat appointment untuk konsultasi dengan Dokter Roy. Karena sejak pindah ke apartment ini beberapa hari lalu, aku sering bermimpi buruk, batinku.

“Setelah sarapan, aku akan menelepon rumah sakit," ucapku menyetujui usul Mbak Puput.

Bi Marni melepaskan pelukannya, berdiri dari tempat tidurku lalu berjalan ke sebelah Mbak Puput.

“Baiklah, sekarang kita sarapan dulu, Nona," ucap Mbak Puput dan segera mengambil kursi rodaku yang ada di dekat tempat tidurku, mengaturnya agar memudahkanku duduk di kursi roda. Bi Marni bergerak maju mendekatiku lagi untuk membantuku, tapi aku mengangkat tanganku, menolak bantuan yang ditawarkan Bi Marni.

Kutarik selimutku dan menggeser kaki kananku perlahan turun dari tempat tidur. Kaki kananku langsung bergerak turun dari tempat tidur diikuti kaki kiriku. Sangat ringan. Aku sedikit kaget lalu menggoyangkan telapak kakiku ke kanan dan ke kiri dan kemudian mengangkat lututku, untuk mengetes kakiku apakah benar sudah dapat bergerak. Aku terkesiap melihatnya. Kakiku benar-benar sudah dapat bergerak seperti biasanya. Pikiranku memerintahkan apa, kaki ini langsung bergerak mengikutinya.

“Nona… kaki anda sudah dapat digerakkan,” pekik Bi Marni dan Mbak Puput senang.

Aku memandang mereka dan tersenyum bahagia, sangat bahagia. Akhirnya kaki ini dapat bergerak. Air mataku menetes haru. Bi Marni dan Mbak Puput langsung memelukku erat, mereka juga menangis menumpahkan semua kebahagiaan yang menyeruak di hatinya.

“Syukurlah, Nona. Kaki Anda sekarang sudah dapat digerakkan. Ayo sekarang dicoba untuk berdiri dan berjalan, Nona. Tapi hati-hati ya, pelan-pelan dahulu, Nona," ucap Mbak Puput sambil menghapus air matanya, melepaskan pelukannya dan mundur beberapa langkah ke belakang untuk memberiku ruang saat aku ingin berjalan.

Aku mengangguk perlahan. Bi Marni juga melepaskan pelukannya tapi tetap berada di sampingku, menjagaku supaya aku tidak sampai terjatuh.

“Baik, ayo sekarang berdiri dan berjalan kakiku," ucapku yang masih duduk di tempat tidur, memberikan semangat pada kedua kakiku.

Aku menjejakkan kedua kakiku ke lantai dan kemudian mengangkat tubuhku perlahan.

“Berhasil," pekikku keras.

Mbak Puput bertepuk tangan dan tersenyum lebar. Bi Marni juga tersenyum bahagia.

“Sekarang cobalah melangkah, Nona. Tidak usah tergesa-gesa," ucap Bi Marni.

Aku menggerakkan kaki kananku ke depan untuk memulai langkah pertamaku, dan setelah itu aku berhasil melangkah semeter jauh dari Bi Marni.

“Yiha… yes… yes…yes…," pekik Mbak Puput senang sambil memukul-mukulkan kepalan tangannya ke udara.

Aku dan Bi Marni tertawa keras.

“Terima kasih, Tuhan. Akhirnya aku dapat berjalan kembali, seperti saat aku bermimpi tadi," ucapku bahagia, walaupun mimpi indah tadi berakhir dengan sangat buruk.

“Ayo, kita segera sarapan, Nona," ucap Bi Marni segera menggandeng tangan kananku. Lalu Mbak Puput berjalan cepat ke arahku dan menggandeng tangan kiriku.

Terima kasih, pengasuh-pengasuhku. I love you all.

Athena POV end

*

*

*

Athena sudah selesai sarapan. Bi Marni dan Mbak Puput sedang membereskan piring-piring kotor yang ada di meja makan.

“Aku balik ke kamar dulu ya… mau telepon rumah sakit," ijinku meninggalkan ruang makan.

“Iya, hati-hati, Nona. Jangan berlari, jalan pelan-pelan saja," nasehat Bi Marni pada Athena.

Mbak Puput mengedipkan sebelah matanya kepadaku seperti berkata “Turuti nasehat Bi Marni, Nona.”

Athena segera bangkit dari kursi, merapikan kursinya dan menuju ke kamarnya, mengambil handphonenya yang ada di atas nakas. Menghubungi nomer telepon rumah sakit yang sudah ada di phone book handphonenya.

“Selamat pagi, di sini Rumah Sakit Kasih Harapan, ada yang bisa saya bantu?" salam penerima telepon.

“Pagi. Apakah hari ini saya dapat membuat janji konsultasi dengan Dokter Roy?" tanya Athena.

“Maaf sekali, Nona. Dokter Roy masih cuti sekarang, dan mungkin kembali hari Senin minggu depan. Apakah Nona mau membuat janji untuk hari Selasa? Karena jadwal Dokter untuk hari Senin sudah penuh," tanya penerima telepon.

“Baik. Hari Selasa pukul 10 pagi?" tanya Athena.

“Ok. Tolong sebutkan nama, usia pasien, dan nomer handphone yang dapat dihubungi, Nona.”

“Athena Anthony, usia 20 tahun, 081-aaa-aaa.”

“Baik, sudah saya catat, Nona. Saya akan menelpon Anda kembali di hari Senin untuk memastikan kehadiran Anda hari Selasa. Sampai bertemu hari Selasa depan pukul 10, Nona," ucap penerima telepon mengakhiri panggilan.

Terpopuler

Comments

Cahaya Tapis

Cahaya Tapis

ceritanya bagus
sangat bagus
kok sepi ya
ayo temen ramaikan

2022-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!