Bab 2 - Saksi

Athena terbangun. Ruangan di sekitarnya berwarna serba putih. Dan Athena langsung tahu, itu bukan kamarnya hanya dari warna tembok kamarnya.

Di manakah aku? batin Athena.

Athena berusaha duduk di tempat tidur. Kepala bagian belakangnya sakit. Pantatnya juga linu. Athena lalu menggosok kepala bagian belakangnya, sepertinya bengkak.

Dan berusaha duduk kembali...

Ah... Berat sekali mengangkat tubuhnya, kakinya juga tidak dapat bergerak. Ia berusaha menggoyangkan telapak kakinya ke kanan dan ke kiri. Tidak berhasil.

Athena mulai merasakan keanehan pada kakinya. Kenapa kakinya tidak mau mengikuti perintah otaknya.

Athena segera menyibakkan selimutnya. Kakinya baik-baik saja, memakai celana putih dengan bunga-bunga kecil warna pink. Lalu ia juga melihat jarum infus menusuk lengan tangan kanannya.

Sepertinya aku di rumah sakit. Aku harus bertemu dengan dokter atau perawat yang berjaga di rumah sakit ini, batin Athena.

Ia lalu mencari tombol panggil darurat dan menekan tombol itu setelah menemukannya.

Beberapa saat kemudian dokter dan perawat datang ke ruangannya, tapi tidak hanya dokter dan perawat yang datang. Mereka datang bersama dua pria lain. Pria paruh baya berkacamata dan memakai pakaian serba hitam dengan jas kulit warna hitam. Dan pria lainnya adalah pria muda, wajahnya lumayan tampan, cute, tinggi dan berkulit bersih, memakai pakaian dengan warna lebih terang.

Dokter segera memeriksa Athena dengan stetoskop dan menyinari mata Athena dengan lampu senter kecil untuk melihat pupil Athena.

“Nona, apakah kepalamu masih pusing? Apakah kamu mendengar suara mendesing atau bising?” tanya Dokter lagi.

Athena menggelengkan kepala.

“Baik. Nona, apakah kamu bisa menyebutkan nama, usiamu dan nama keluargamu?" tanya Dokter serius.

“Nama saya Athena, usia 20 tahun, orang tua saya adalah Mark Anthony dan Cleopatra,” jelas Athena.

Tapi… kenapa tidak ada suara keluar dari mulutnya?

Aneh sekali… Sejak tahu Kak Zeus telah tiada, suaraku langsung hilang dan kakiku juga lemas tak bertenaga, tidak dapat berdiri dan berjalan. Apakah itu adalah efek syok yang aku derita?

Athena menjerit kaget dan menutup mulutnya.

“Ya Tuhan, kenapa hal ini terjadi padaku?” jerit Athena keras tapi tetap tidak ada suara keluar dari mulutku. Athena langsung menangis tersedu-sedu, kaget dengan kondisi dirinya sendiri sekaligus mulai meratapi kepergian kakak kesayangannya.

Dokter menepuk punggung Athena perlahan.

“Sepertinya saya harus memanggil dokter bagian kejiwaan untuk menanganimu, Nona. Hasil test keseluruhan semua bagus, tidak ada luka apapun di pita suara dan kakimu. Hanya memar di kepala, tangan, pantat. Jadi Anda tidak dapat berbicara dan berjalan itu karena efek kejiwaan anda yang sangat tertekan, Anda baru saja mengalami kejadian buruk. Nona tidak perlu khawatir tentang hal ini. Perlahan-lahan dengan terapi, anda dapat kembali normal dapat berbicara dan berjalan,” jelas Dokter dengan sabar.

Dua pria di belakang dokter langsung mendesah kesal dan kecewa.

Dokter menoleh melihat mereka berdua.

“Sepertinya Nona tidak dapat berbicara kepada kalian berdua. Tapi jika kalian memaksa, mungkin Nona dapat menuliskan perkataan yang ingin diucapkannya dan kalian bisa membacanya,” ucap Dokter pada dua pria itu.

Pria berkacamata lalu menyodorkan sebuah laptop kepada perawat. Perawat lalu membuka bagian samping tempat tidur dan menariknya menjadi sebuah meja. Lalu meletakkan laptop di atas meja, membukanya dan menekan tombol power di laptop.

“Mereka berdua adalah polisi dari kepolisian Z. Mereka datang untuk meminta keterangan atas kejadian buruk di rumah Nona. Sebenarnya saya tidak ingin mereka mengganggu istirahat Nona, tapi karena masalah ini penting dan mendesak, maka saya mengijinkan mereka masuk kemari. Tapi semua kembali kepada Nona, jika Nona keberatan, dua bapak polisi ini akan menunggu Nona sampai Nona siap memberi keterangan,” jelas Dokter.

Athena mengangguk.

Baiklah, hal ini sudah tidak dapat ditunda lagi. Hanya akulah orang satu-satunya yang masih bernyawa di kamarku. Jadi hanya akulah satu-satunya saksi yang dapat memberi keterangan, batin Athena.

Dokter dan perawat kemudian berpamitan dan meninggalkan ruangan.

Polisi berkacamata menarik sebuah kursi yang ada di samping tempat tidur, duduk dengan tenang di sana. Sementara polisi muda itu tetap berdiri.

“Nona, apakah kamu dapat menuliskan, apa yang  terjadi malam itu?” tanya polisi berkacamata.

Laptop sudah menyala, Athena menggeser-geser jarinya di bagian bawah laptop agar tanda panah di layar laptop masuk ke dalam Microsoft word. Athena lalu mulai mengetik.

Malam itu aku sedang tidur di kamar. Lalu aku bangun karena pintu kamarku terbuka. Tapi gelap sekali, lampu tidurku tidak mau menyala. Seorang pria masuk dan mencekik leherku. Dan berkata “Mati kau”. Lalu terdengar tembakan dua kali.

“Sudah kutulis,” kata Athena pada dua polisi itu. Tapi sepertinya sia-sia saja, suaranya tetap tidak terdengar.

Polisi muda mendekati Athena dan membaca apa yang ia ketik agar polisi berkacamata dapat tetap duduk di kursinya.

“Bagaimana Nona tahu dia seorang pria jika ruangan itu gelap?” tanya polisi berkacamata lagi.

Athena segera mengetik jawabannya.

Dari suaranya dan dari tangannya yang besar dan kokoh.

Polisi berkacamata mengangguk setelah mendengar pembacaan dari polisi muda.

“Anda tidak melihat atau mengenali suara orang yang mencekik Anda?”

Athena menggelengkan kepala. Lalu mengetik lagi.

Suaranya serak dan kasar. Dia juga mabuk. Bau alkoholnya sangat pekat.

Polisi muda itu membacakan kembali tulisan Athena.

“Lalu apa yang terjadi setelah Anda mendengar suara tembakan?” tanya polisi berkacamata.

Athena mengetik lagi.

Kepalaku pusing karena suara mendesing. Saat aku terbangun, hari sudah pagi dan melihat Hefasius dan Kak Zeus sudah tewas.

Air mata Athena langsung mengalir deras begitu mengetik Kak Zeus sudah tewas.

Polisi muda lalu mengambil tissue di meja dan memberikannya pada Athena. Athena mengambilnya dan mengeringkan air matanya.

Terima kasih atas perhatian anda, gumam Athena pelan.

Polisi muda itu mengangguk dan bersimpati pada Athena.

“Bagaimana dengan pistol yang ada di tempat tidur, Nona? Apakah itu milik Anda?”

Athena menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Lalu segera mengetik cepat-cepat.

Aku tidak tahu bagaimana pistol itu dapat berada di tempat tidurku. Aku sangat kaget benda itu ada di sana, sampai aku pingsan lagi.

Polisi berkacamata berdehem ketika polisi muda selesai membaca tulisan Athena.

“Jadi bukan anda pembunuh mereka berdua?” tanya polisi berkacamata lagi.

Athena terbelalak kaget mendengar pertanyaan polisi berkacamata. Lalu polisi muda menunjuk-nunjuk laptop, meminta Athena menulis apa yang ingin diucapkannya. Athena segera mengetik lagi.

Apakah Anda bercanda? Aku sedang dicekik saat itu, bagaimana aku bisa menembak mereka? Aku tidak pernah punya pistol seumur hidup. Aku tidak pernah membunuh mereka. AKU BUKAN PEMBUNUH.

Lalu polisi muda itu membacakan tulisan Athena lagi dan tersenyum kecil seakan menertawai Athena yang kesal karena dituduh sebagai pembunuh.

“Baiklah… Cukup sampai di sini Nona. Jika nanti saya ada pertanyaan lagi, saya akan mengunjungi anda," kata Polisi berkacamata.

Athena menganggukkan kepalanya.

Mereka lalu mengambil laptop dan keluar ruangan.

Begitu dua polisi itu keluar, Athena langsung menekan tombol panggil darurat lagi, ingin memanggil perawat. Beberapa saat kemudian perawat datang, Athena meminta kertas dan pulpen kepada perawat dengan menggerakkan tangannya seperti orang sedang menulis. Perawat itu paham dan segera mengambil kertas dan pulpen yang ada di dalam laci meja yang ada di kamar Athena.

Athena menulis di kertas “Tolong telepon orang tuaku, minta mereka datang kemari. 081-2171-xxx dan 081-7121-xxx.”

Perawat membacanya tulisan di kertas.

“Nona, ibu anda sekarang sedang berada di ruang operasi. Terkena serangan jantung karena mendengar berita buruk yang telah terjadi di rumah anda. Ayah anda sedang menunggui ibu anda di ruang tunggu operasi. Sepertinya operasi masih berjalan dan masih belum tahu kapan selesainya," ucap Perawat.

Athena syok, sangat kaget mendengar berita buruk tentang Mama. Tentu saja Papa dan Mama sangat terpukul, sampai Mama kena serangan jantung. Papa pasti akan selalu di dekat Mama, menunggui belahan jiwanya sedang dioperasi.

"Apakah Nona mau menemui pengasuh Anda? Dia berada di luar, Nona,” kata perawat.

Athena menganggukkan kepala cepat-cepat.

Bi Marni masuk ke ruangan Athena beberapa saat kemudian.

“Nona… senang bertemu denganmu, Nona,” Bi Marni mendekap Athena dan menangis bersama Athena.

Semuanya menumpahkan kesedihan dan kemalangan yang terjadi semalam dalam kebisuan dan banyak air mata.

 

 

Terpopuler

Comments

Indri Astuti

Indri Astuti

author judul novel mu apa lagi. aku mau baca semua. bagus bagus

2020-12-08

0

Sept September

Sept September

likee

2020-10-02

0

Titus Adjust

Titus Adjust

baru coba bav.. semoga menarik.. 😄😄

2020-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!