Hari bersama Linda, dua polisi muda kepolisian Z segera mengendarai mobil menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP), rumah kediaman Almarhum Zeus Anthony. Rumah megah bergaya Romawi dengan dua pilar tinggi besar di bagian depannya, tampak begitu sepi dan lengang. Hanya seorang Satpam B dan seorang Pelayan yang masih tinggal di rumah itu. Sementara Athena bersama Pengasuh dan Pelayannya sudah tidak tinggal di rumah itu lagi, namun pindah ke apartement Zeus.
Hari dan Linda segera turun dari mobil, menghampiri pagar rumah yang kokoh dan kuat dari logam kuat yang dicat hitam. Satpam yang mengetahui kedatangan tamu dari layar monitor, segera mendekati pagar untuk mencari tahu ada maksud kedatangan tamu kemari. Karena pemilik rumah ini sudah tidak tinggal di rumah ini lagi.
“Siang, Pak Bondan. Apakah kami bisa bicara sebentar dengan bapak?" tanya Linda sopan.
“Baik, Bu. Saya buka dulu pagarnya," jawab Satpam Bondan.
Pagar dibuka oleh Pak Bondan, lalu Hari dan Linda langsung masuk ke dalam dan berjalan ke Pos Satpam yang ada di sebelah pagar. Ruangan yang cukup luas, memiliki banyak jendela besar, sehingga semilir angin masuk sepoi-sepoi di tengah panasnya siang hari. Linda dan Hari kemudian duduk di kursi yang ada di luar pos satpam, sambil menunggu Pak Bondan yang masih menutup pagar.
“Ada perlu apa ya, sampai bapak dan ibu polisi datang kemari?" tanya Pak Bondan.
“Pak, kami ingin mengkonfirmasi lagi tentang adaptor yang mati sehari setelah terjadi kasus di rumah ini. Apakah benar adaptor mati atau ada kerusakan lain di cctv rumah ini? Mungkin kameranya rusak atau kabel cctv dimakan tikus misalnya?" tanya Hari serius.
“Sebentar, Pak. Saya ambilkan adaptor yang mati," ucap Pak Bondan sambil membuka lacinya, mengambil adaptor dan menyerahkannya pada Hari. Hari langsung memeriksa adaptor itu, membolak-balikkan adaptor mencari tahu di mana kerusakannya.
Tentu saja Hari tidak mengerti di mana kerusakan adaptornya, kan dia polisi, bukan tehnisi adaptor. Hehehe....
“Lalu sekarang Bapak sudah membeli adaptor baru?" tanya Linda.
“Iya, saya sudah membeli yang baru dan ini bukti kuitansi pembelian adaptor baru. Saya segera mengganti adaptor yang mati supaya cctv di rumah ini segera menyala kembali, Bu," ucap Pak Bondan dan memberikan selembar kertas putih kepada Linda. Linda mengambil kuitansi itu dan memfotonya dengan kamera handphone.
“Kapan Bapak mengetahui jika adaptornya mati?" tanya Hari.
“Mungkin setelah jam makan siang, Pak. Keadaan pagi itu sangat kacau, Pak. Ambulans datang, banyak polisi yang menanyai saya macam-macam dan saya juga harus menunggu petugas forensik menyelesaikan tugasnya," ujar Pak Bondan.
“Apakah Pak Agus tahu kalo adaptor rusak?" tanya Hari.
“Sepertinya Pak Agus juga tidak tahu, Pak. Karena dia tidak ngomong apa-apa ke saya saat bertemu di pagi hari. Pak Agus seharusnya tidak bertugas malam itu, Pak. Sayalah yang semestinya bertugas malam itu. Tapi karena saya berhalangan, Pak Agus terpaksa menggantikan saya. Mungkin karena kecapekan, Pak Agus tidak tahu kalau cctv di rumah rusak dan tidak memberitahu saya keesokkan harinya. Mungkin lho, Pak, Bu," jawab Pak Bondan.
“Lalu di mana Pak Agus sekarang? Apakah dia ada di rumah ini sekarang? Kami ingin bertanya apakah benar dia tidak tahu kalau cctv di rumah ini rusak?" tanya Linda.
Pak Bondan menggelengkan kepala.
“Pak Agus sudah mengundurkan diri, Bu. Sekarang hanya tinggal saya satu-satunya satpam di rumah ini. Lagipula rumah ini kosong, jadi Tuan Besar Mark belum mencari pengganti Pak Agus," jawab Pak Bondan.
“Bapak tahu di mana alamat Pak Agus?" tanya Linda.
Pak Bondan mengangguk, mengambil sebuah buku dan membacakan alamat Pak Agus. Linda segera mencatatnya.
“Pak Bondan, apakah listrik di rumah ini sering padam?" tanya Hari.
“Tidak, Pak. Listrik di rumah ini sangat stabil, dan seandainya listrik di rumah ini padam, genset akan otomatis menyala, Pak," ucap Pak Bondan.
“Boleh kami melihat genset yang ada di rumah ini?" tanya Hari lagi.
“Mari, Pak, Bu… saya antar ke ruangan genset," ucap Pak Bondan.
Hari dan Linda lalu mengikuti Pak Bondan untuk melihat genset yang ada di sebuah ruangan dekat pos satpam. Pak Bondan lalu membuka kunci ruangan itu. Sebuah ruangan kecil dengan banyak jendela.
“Ini Pak, gensetnya… Genset mahal yang hampir tidak pernah dipakai," tunjuk Pak Bondan.
Hari dan Linda lalu memeriksa genset itu.
“Apakah gensetnya masih berfungsi dengan baik? Tidak rusak?" tanya Hari.
“Bapak bisa mencobanya jika mau. Saya akan padamkan listriknya dan kemudian kita lihat apakah gensetnya masih berfungsi," ucap Pak Bondan.
Hari dan Linda mengangguk setuju, mereka harus mengecek apakah genset masih berfungsi dengan baik, agar mereka tahu siapakah yang berbohong tentang listrik padam di malam kejadian perkara? Athena atau Satpam Agus? Jika genset ini berfungsi baik, pasti Athena tidak mungkin mengatakan listrik padam saat seseorang masuk ke kamarnya dan ingin mencekiknya. Karena genset yang ada di rumah ini adalah genset otomatis yang langsung dapat menyalakan listrik dalam hitungan detik saja.
Pak Bondan segera menyalakan lampu yang ada di ruang genset, kemudian dia keluar untuk menekan tombol off daya listrik untuk mengkondisikan keadaan seperti listrik padam dan dalam hitungan 5 detik, genset langsung menyala dan lampu di ruang genset menyala.
Hari dan Linda saling berpandang-pandangan. Genset rumah ini tidak rusak dan lampu otomatis menyala dalam 5 detik setelah listrik padam.
Athena… apakah kamulah orang yang berbohong?
*
*
*
Hari dan Linda kemudian melanjutkan penyelidikannya. Mereka menuju tempat tinggal Pak Agus yang terletak di sebuah kawasan padat penduduk yang ada di pinggiran kota S. Daerah itu terkenal sebagai kawasan kos-kosan sederhana dan murah, sehingga banyak pendatang dari desa yang tidak memiliki rumah di kota S memilih ngekos di daerah itu. Mereka kemudian turun di sebuah rumah sederhana dengan banyak pintu berjajar, seperti kamar kos-kosan. Walaupun terkesan sederhana, tapi bersih dan asri dengan halaman yang dipenuhi beberapa pot bunga kamboja merah muda. Nampak seorang ibu setengah baya sedang menyapu halaman di siang hari, saat matahari sedang terik-teriknya.
“Rajin bener ini ibu," puji Linda sambil berjalan mendekati ibu itu.
“Siang, Bu. Apakah kami bisa bertemu Pak Agus yang ngekos di kos-kosan ini?" tanya Linda.
“Kalian siapa? Kok mencari Agus? Ada perlu apa ya?" tanya ibu itu penuh curiga.
“Aduh, Bu. Ditanya kok balas bertanya," gurau Hari lalu menunjukkan lencana polisinya, begitupula Linda.
“Waduh… Maaf Bapak dan Ibu Polisi. Saya kira siapa?" ucap ibu itu sambil tertawa.
“Pak Agus ada di rumah, Bu?" tanya Linda lagi, geregetan pingin cepat kembali ke kantor polisi, menikmati sejuknya AC ruangan.
“Wah terlambat, Bu. Pak Agus sudah pindah sejak tiga hari lalu. Padahal dia sudah membayar uang kos untuk tiga bulan, sepertinya dia tergesa-gesa, jadi waktu saya mau mengembalikan uang kosnya, dia udah pergi dengan motornya. Ya memang sudah rejeki Tuhan kali, Pak, Bu. Saya tidak usah mengembalikan uang kosnya Pak Agus 2 bulan," ucap ibu itu sambil tertawa lagi.
“Pindah ke mana, Bu? Mungkin Ibu atau teman kosnya tahu?" tanya Hari.
Ibu itu menggelengkan kepala.
“Pak Agus tidak akrab dengan teman kosnya, Pak. Jadi kami semua tidak tahu kemana Pak Agus pindah," ucap ibu itu.
“Baiklah, Bu. Terima kasih infonya. Kami permisi dahulu," ucap Linda.
Ibu itu mengangguk dan kedua polisi itu segera masuk ke mobil.
“Linda, tolong selidiki di mana kampung halaman Pak Agus, apakah dia pulang ke kampung halamannya? Dan ibu itu tadi bilang Pak Agus pergi naik motor, berapa nomer plat motornya, kita telusuri jejak motor itu," ucap Hari serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Metta Wullan Ndarie
sepertinya pak agus kunci jawabanya
2021-02-17
0
Kiraniwebbe
Authornya Detektif atau Penyidik yaa thorrr...😀
2020-08-19
0
Kukuh PujiBilavona
semakin penasaran siapa pembunuhnya
2020-08-13
0