Bab 4 - Sedih

Athena keluar dari ruangan Dokter Roy. Perasaan hatinya masih sedih, tapi sudah lebih baik dari sebelumnya.

Dokter Roy adalah dokter yang baik, ramah dan humoris. Dia sangat sabar dalam memberikan konseling pada Athena. Menunggu Athena menuliskan semua isi hatinya di sebuah gadget milik rumah sakit dan membacanya dengan teliti seakan sanggup mendengarkan semua keluhan dan masalah yang ada di hati Athena.

Dokter Roy kemudian memilah-milah jiwa Athena menjadi banyak jiwa, jiwa gadis belia 20 tahun yang sedang kuliah di jurusan kedokteran, jiwa seorang putri dari orang tuanya, jiwa sebagai seorang adik bagi Kak Zeus, jiwa sebagai seorang teman untuk sahabatnya, dan banyak lagi.

Lalu mulai menelaah satu persatu, jiwa Athena mana yang sedang terluka dan butuh pertolongan. Kemudian segera mengulurkan tangannya untuk membantu jiwa tersebut.

Athena menyambut uluran tangan itu karena mulai nyaman dengan perhatian dan kata-kata bijak yang dilontarkan Dokter Roy, kata-kata yang disusun sangat indah, memiliki sejuta makna yang dalam, mengalun dengan irama yang tepat, kadang lembut kadang tegas, membelai bagian-bagian hati Athena yang terluka dan mengobatinya secara perlahan.

Hati Athena menjadi lebih tenang setelah keluar dari ruangan Dokter Roy. Dan Athena memutuskan untuk pergi ke suatu tempat sebelum kembali ke kamarnya.

Athena menoleh ke belakang dan memegang tangan perawat, bibirnya bergerak mengucap kata “Papa Mama”. Perawat membaca gerak bibir Athena dan mengamati wajah Athena dengan baik.

“Baik, Nona. Saya akan mengantar anda menemui ayah anda. Anda sudah tampak lebih baik daripada sebelumnya,” kata perawat kemudian mendorong kursi roda Athena menuju tempat yang diinginkan Athena.

Melewati koridor rumah sakit yang lebih ramai daripada sebelumnya dan masuk ke dalam lift. Perawat menekan tombol lift di angka 2 dan kemudian lift meluncur turun ke lantai 2. Pintu lift terbuka dan Perawat mendorong kursi roda ke bagian kanan lift dan Athena membaca kata “Ruang Tunggu Operasi” yang tertempel di sebuah ruangan kaca berbentuk persegi, ruangan yang cukup luas dan nyaman dengan beberapa sofa panjang dan meja.

Athena mulai mencari Papa. Tapi takmenemukannya. Di dalam ruangan hanya tampak seorang wanita kurus berkacamata yang sedang berdiri dan menangis di pojok ruangan.

Wanita itu menoleh dan melihat Athena bersama Perawat  di depan pintu. Raut wajah wanita itu tampak kaget dan segera membersihkan air matanya dengan sapu tangan yang ada di tangannya. Entah dia malu karena Athena dan perawat memergokinya sedang menangis hebat atau entah karena apa.

“Nona Athena? Apakah anda Nona Athena?" tanya wanita itu.

Athena bingung, bagaimana wanita itu dapat mengenalnya? Athena bahkan tidak mengenal wanita itu sama sekali.

“Selamat siang, Nona. Saya Sekertaris Mia, sekertaris almarhum tuan Zeus di Yunani Kingdom Group. Saya turut berduka cita, Nona. Dan saya sangat prihatin dengan kondisi Nona,” kata wanita itu sambil mengamati Athena yang duduk di kursi roda.

Oh, dia sekertaris Kakak rupanya, batin Athena.

Ingatan Athena kemudian kembali ke 10 tahun yang silam, saat Kak Zeus mengajaknya ke kantor sebelum pergi ke acara sekolahnya. Dan benar, wanita ini adalah Sekertaris Kak Zeus. Sudah 10 tahun, banyak perubahan yang terjadi pada wanita itu. Dulu Sekertaris Mia terlihat segar dan gemukan, namun sekarang dia membingkai matanya dengan kacamata dan lebih kurusan. Wajahnya juga sudah tampak tidak muda lagi. Pantas saja Athena tidak mengenalinya.

“Terima kasih atas perhatiannya, Bu. Nona Athena ingin bertemu dengan ayahnya. Apakah Ibu tahu kemana perginya Papa Nona Athena?" tanya perawat mewakili Athena yang tidak dapat bicara.

“Tuan Mark sudah kembali ke kamar Nyonya Cleo, dan sekarang sedang berbincang dengan Pak Jefri, pengacara Tuan Zeus,” ucap Mia.

“Terimakasih atas infonya, Bu. Nona, apakah sekarang Anda mau pergi ke kamar Ibu Nona?” ucap perawat.

Athena menolehkan kepalanya ke belakang dan mengangguk. Perawat tersenyum.

“Kalau begitu, kami permisi dulu, Bu. Saya akan mengantar nona Athena menemui ayahnya," ucap perawat.

Sekertaris Mia mengangguk dan mengantar kami berdua keluar ruangan, kemudian kembali masuk ke ruangan, sepertinya dia mendapat tugas dari papa untuk menunggu di ruang tunggu operasi sampai mama selesai dioperasi.

Athena dan perawat kembali ke dalam lift dan sekarang menuju ke lantai 5, lantai di mana kamar Athena berada. Karena kamar mama juga berada di lantai 5, tepat berada di samping kamar Athena.

Athena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan papa. Dia ingin memeluk papanya. Itu saja… walaupun sebenarnya banyak cerita yang ingin disampaikan pada papa. Tapi apa daya, suaranya masih saja tidak keluar dari mulutnya.

“Nona, ini kamar ibu anda," kata perawat yang menyadarkan Athena dari lamunannya sepanjang perjalanan  di koridor ruamh sakit. Ternyata mereka sudah sampai di depan kamar mama. Perawat mengetuk pintu kamar sebelum masuk dan mendorong kursi roda Athena memasuki kamar mama.

Athena melihat papa dan seorang pria berjas rapi sedang duduk di sofa. Pria itu pasti Pak Jefri, seperti yang dikatakan Bu Mia. Banyak kertas dan beberapa file terbuka di meja yang ada di depan sofa. Sepertinya papa sedang membicarakan masalah penting dengan Pak Jefri. Papa langsung bangkit dari sofa dan berjalan cepat ke arah Athena.

“Athena … ," ucap papa menghambur memeluk dirinya yang sudah mulai basah lagi dengan air mata. Entah sudah berapa kali Athena menangis hari ini, matanya sampai terasa agak sedikit bengkak karena terlalu banyak menangis.

Papa memeluknya erat, membelai rambutnya dengan lembut dan terus mengucapkan kata, “Semua baik-baik saja, Nak. Tidak usah khawatir.” Berusaha menenangkan dan menyemangati Athena.

Papa, terima kasih sudah ada untuk Athena, batin Athena yang sangat merindukan pelukan hangat.

“Saya permisi dulu, jika nanti ada perlu memanggil saya, tekan tombol panggil saja, dan saya akan datang,” ucap perawat undur diri. Papa dan Pak Jefri mengangguk.

“Athena, kamu jangan terlalu bersedih, Nak. Lihatlah matamu yang bulat besar sekarang sudah menyipit seperti ini, terlalu banyak menangis. Kamu adalah gadis yang ceria, jadi kembalilah ceria seperti dulu lagi, nak. Biar Papa dan pak Jefri yang mengurus semuanya. Sekarang kembalilah ke kamarmu, Nak. Istirahatlah supaya kamu cepat sembuh, dapat berbicara dan berjalan lagi,“ ucap papa menenangkannya.

Pak Jefripun mengangguk.

“Jefri, apakah kamu bisa memanggil pengasuh Athena di kamar sebelah. Minta dia segera kemari dan membawa Athena ke kamarnya. Dia butuh banyak istirahat,” perintah papa ke Pak Jefri.

Iya… sebaiknya aku kembali ke kamarku dan beristirahat, daripada mengganggu Papa dengan tangisanku yang tidak berguna. Toh aku juga tidak dapat membantu urusan papa yang banyak itu. Apalagi urusan Yunani Kingdom Group, batin Athena.

Karena Athena takpernah terlibat sedikitpun dengan pekerjaan Kak Zeus dan lebih menyukai bidang lain, yaitu bidang pengobatan, bukan bisnis furniture dan desain interior seperti papa dan Kak Zeus.

Bi Marni datang bersama Pak Jefri.

“Tuan Besar … Saya akan membawa nona ke kamar sekarang. Permisi, Tuan," kata Bi Marni cepat-cepat dan segera mendorong kursi roda Athena keluar ruangan.

Athenapun segera masuk ke kamarnya dan berbaring di tempat tidurnya setelah dibantu Bi Marni. Athena memejamkan matanya dan kemudian tertidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!