Bab 10 - Oma

Ares masuk ke lobby Rumah Sakit saat hari sudah larut malam, mungkin sudah sekitar pukul 23 lebih. Suasana lobby sangat sepi, bahkan beberapa lampu yang ada di lobby sudah dimatikan sebagian, membuat lobby terlihat lebih gelap daripada biasanya.

Hanya nampak seorang Satpam berjaga di pintu masuk dan dua orang Petugas Administrasi yang masih ada di front desk, sibuk membereskan beberapa dokumen yang belum mereka file dengan baik sebelumnya.

Ares berjalan menuju lift yang ada di sebelah kanan lobby. Menekan tombol naik, dan pintu lift terbuka. Ares masuk dan menekan tombol angka lima. Lift segera bergerak naik ke lantai 5, lift berhenti dan pintunya terbuka.

Ares bergegas menuju ruang ICU untuk menjenguk Oma Cleo. Setelah sampai di depan pintu ICU, Ares melihat Oma Cleo yang masih terbaring belum sadarkan diri di dalam kamar ICU melalui kaca yang menempel di pintu.

Ares menghembuskan nafas sedih. Oma Cleo yang selalu menyayanginya, selalu membuatkan cake dan aneka biscuit yang sangat disukai saat ia masih kecil, sekarang tampak begitu lemah dan rapuh. Ares menitikkan air matanya. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Mama sejak bayi, jadi ia menganggap kasih sayang seorang Mama itu seperti kasih sayang Oma Cleo, selalu sabar mendengarkan curahan hatinya, selalu menghiburnya saat dia sedih jika belum maximal meraih prestasi dan khawatir Papa Zeus kecewa karena dia tidak mendapatkan nilai yang sempurna. Oma Cleo juga sering memberikan nasehat-nasehat bijaksana untuk terus mensupport Ares agar tidak berhenti berusaha dan selalu memberikan yang terbaik untuk membahagiakan diri sendiri maupun orang lain.

Bukan mengesampingkan kebahagiaannya, semata-mata demi mengejar kasih sayang dan ingin membuat Papa terkesan dan bangga atas dirinya. Oma Cleo selalu meyakinkannya, walaupun Mama tidak berada di sisinya, Papa, Oma dan Opa akan memberikan banyak kasih sayang untuk Ares.

Oma Cleo cepatlah sadar dan sehat kembali, batin Ares.

Tiba-tiba...

Ares mengerjab-kerjabkan matanya. Apakah dia tidak salah lihat? Baru saja Oma Cleo menggerakkan jari tangannya.

Ares lalu memperhatikan Dokter Muda yang ada di ruangan Oma Cleo sibuk menguap dan menggosok_gosok matanya, sepertinya dia mengantuk dan tidak melihat jari tangan Oma Cleo bergerak.

Aku harus memberitahu Dokter.

Ares segera mengetuk pintu ruangan ICU. Dokter menoleh ke pintu dan kemudian bangkit berdiri menggeser pintu.

“Dok, saya melihat tangan Oma saya baru saja bergerak. Apakah Oma saya sudah mulai sadar?" tanya Ares pada Dokter. Ares kemudian berjinjit untuk meninggikan posisi matanya, dan melihat OMa Cleo sudah membuka matanya.

“Dok, Oma saya sudah sadar. Lihat, Dok. Oma sudah membuka matanya. Cepat periksa Oma, Dok”, ucap Ares senang dan antusias sekali.

Dokter memutar tubuhnya dan segera menekan tombol panggil darurat untuk memanggil ketua tim dokter yang berjaga malam ini. Dokter lalu mengeluarkan stetoskop untuk memeriksa nafas dan detak jantung Oma, lalu mengambil senter kecil dan menyinari mata Oma.

Beberapa saat kemudian Tim Dokter yang sudah mengenakan baju medis, masker dan tudung kepala datang bersama perawat. Perawat menghalau Ares untuk menunggu di depan pintu ICU. Sementara Tim Dokter memeriksa Oma lebih lanjut.

“Terima kasih, Tuhan. Kau telah mendengarkan doa kami semua. Oma Cleo sudah sadar," kata Ares mengucap syukur.

Ares lalu berjalan cepat ke kamar pasien yang ada di sebelah ruang ICU, membuka pintunya perlahan dan menengok ke dalam. Tampak Opa Mark sedang tertidur pulas di tempat tidur khusus penjaga pasien. Ares mendekati Opa Mark dan membangunkannya pelan-pelan.

“Opa… Opa…," ucap Ares lembut.

Opa Mark menggeliat dan membuka matanya perlahan.

“Ada apa, Ares?  Kenapa datang malam-malam?" tanya Opa Mark yang masih mengantuk.

“Opa… Oma sudah sadar dan sekarang sedang diperiksa Tim Dokter di ruang sebelah. Ayo kita tengok, Opa," kata Ares senang.

“Benarkah? Ayo cepat, Ares," kata Opa yang sudah berbinar bahagia.

Lalu mereka berdua segera menuju ke ruang ICU dan melihat kinerja Tim Dokter dari balik kaca.

*

*

*

Krek...krek...krek...

Seorang wanita menjerit histeris menutup kedua telinganya. Tubuhnya bergetar hebat, sangat ketakutan. Dia juga mulai menangis ketakutan. Wajahnya pucat pasi seperti akan melihat hantu.

"Pergi... pergi... jangan dekati aku," jeritnya lalu meringkuk ketakutan memeluk lututnya. Berusaha bersembunyi di sudut ruangan kamarnya yang luas dan mewah.

"Jangan ganggu aku... please...pergilah... Maafkan aku, jangan mendendam padaku," ucapnya lirih penuh penyesalan dan kemudian wanita itu pingsan taksadarkan diri.

Beberapa pelayan langsung masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa.

"Ya ampun, kasihan sekali wanita ini. Dia selalu ketakutan seakan-akan ada hantu yang ingin membunuhnya," ucap pelayan A yang langsung mendekap wanita pingsan itu dan mengangkat kepalanya. Rambut panjang lebat warna merah kecoklatan wanita itu sudah basah oleh air mata dan keringat dingin, menempel menutupi wajahnya yang cantik.

Lalu pelayan B membantu pelayan A untuk memapah wanita itu dan menidurkannya di kasur yang empuk.

"Kasihan sekali wanita ini, cantik tapi kurang waras pikirannya," kata pelayan B.

"Hush..., jaga ucapanmu, jika Tuan kita tahu, bisa celaka kau. Mendekam di penjara karena sudah menjelek-jelekan nama baik seseorang," ucap Pelayan A memperingatkan pelayan B agar menjaga mulutnya.

"Ruangan ini dilengkapi cctv jadi jangan sembarang bertindak dan berbicara. Kita ini sedang diawasi," ucap pelayan A lagi.

Pelayan A lalu menarik selimut tebal yang masih terlipat rapi di kaki tempat tidur dan menyelimuti wanita itu. Mengambil haduk kecil di laci meja dan mengelap keringat wanita itu dengan lembut.

"Istirahatlah. Sebentar lagi Dokter datang dan meriksa Anda. Kami permisi dulu. Tuan tidak mengijinkan kami lama-lama di dekat Anda," ucap pelayan A.

Lalu pelayan A dan pelayan B keluar dari ruangan, taklupa mereka mengunci ruangan itu. Kemudian turun menunggu kedatangan Dokter.

*

*

*

Ares, Mark Anthony dan beberapa kerabat mengantar kepergian Zeus Antony dan Hefasius Anthony dalam doa yang dipimpin oleh seorang Pastor. Semuanya berpakaian serba hitam dan khusyuk dalam doa, namun ada beberapa wanita yang hadir di sana sibuk membesut air matanya dan berusaha menahan tangis supaya tidak pecah dan mengganggu acara pemakaman.

Ares tidak mengenal semua orang yang hadir di sana, karena Ares masih terlalu kecil saat Papa membawanya dalam acara kumpul-kumpul atau reuni keluarga. Opa Mark dengan sabar mengenalkan mereka satu persatu. Mereka semua baik dan menawarkan banyak bantuan dan dukungan untuk Opa dan Ares. Suasana kekeluargaan yang hangat seperti ini takpernah dirasakan Ares sebelumnya.

Setelah acara doa selesai dan Pastor pamit pulang, kamipun meninggalkan pusara makam Papa dan Adik yang kami sayangi.

Tempat peristirahatan abadi terletak di perbukitan dengan view pemandangan laut yang sangat indah di kejauhan.

Beristirahatlah, Pa. Terimakasih untuk segala kasih sayangmu padaku.

 

Terpopuler

Comments

Chynt Ad Diniya

Chynt Ad Diniya

wooo lha pntes kristen
pntesan nganggo jneng sing angel" di wocone

2021-04-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!