Aku tidak bisa bersabar lagi.

"Bagaimana keadaan papa, Dek?" tanya Vino dengan panik.

Saat dikabari jika Heru masuk rumah sakit, Vino yang kala itu sedang berada di luar kota, langsung kembali dan bergegas untuk melihat keadaan Heru. Dia sangat panik dan juga khawatir dengan keadaan ayahnya. Padahal kesehatan Heru baik-baik sja di hari sebelumnya. Mungkin Heru terlalu lelah menghadapi masalah perusahaan, makanya sampai terjadi hal tidak terduga seperti ini, pikir Vino.

Viona mendekat dan memeluk kakaknya dengan erat. "Kita tunggu dokter dulu, Kak," ucapnya sudah harap-harap cemas.

Vino mengangguk dengan tidak tenang. Mencium pelipis adiknya yang terlihat sangat pucat. Viona pasti khawatir dengan keadaan Heru. Sama halnya dengan dia yang juga panik serta cemas dan terus berpikiran positif jika ayahnya akan baik-baik saja.

Vino melerai pelukannya dan beralih menguatkan Lina yang terlihat kacau. Ibunya itu memang paling lemah daripada kedua anaknya. Lina sangat mudah menangis jika sudah dihadapkan dengan keadaan mencemaskan seperti ini.

"Tuan Heru sudah sadar dan kondisinya sudah lebih baik. Kalian bisa melihatnya," ucap dokter yang baru saja keluar pada Viona.

Vino membantu Lina berdiri dan ikut masuk ke dalam bersama Viona dengan tidak sabaran setelah diizinkan oleh dokter.

Saat masuk ruangan VVIP itu, Viona tertegun melihat keadaan Heru yang terbaring lemah dengan tangan yang dibebat selang infusan dan alat bantu pernapasan.

Sakit rasanya melihat sang pahlawan yang sedari kecil menjaganya kini dalam keadaan lemah. Viona tidak bisa berkata lagi. Dia segera mendekat ke ranjang tempat Heru terbaring.

"Papa …!" Viona berhambur memeluk Heru yang masih terbaring. Heru yang memang sudah sadar, dengan tangan lemahnya mencoba membalas pelukan sang putri tercinta dan tersenyum dengan samar.

Sebenarnya Heru tidak mau dilihat oleh anak dan istrinya dalam keadaan seperti ini. Dia malu jika terlihat sangat lemah. Malu karena tidak bisa kuat sedikit saja demi melihat anak istrinya tersenyum. Namun, sekarang dia malah membuat orang tercintanya khawatir dihadapannya yang bahkan tidak berdaya walaupun hanya untuk merangkul keluarga.

Memorinya kembali mengingatkan hal pilu itu. Kejadian sebelum dia tidak sadarkan diri di ruangan kerja. Heru meneteskan air matanya karena ternyata rasa pilu itu masih terasa. Rasa sedih itu masih kentara. Dia memang tidak berguna sebagai seorang pemimpin. Dia tidak bisa diandalkan.

"Papa, kenapa nangis?" tanya Viona dengan cemas saat dia melerai pelukannya dan mendongak melihat wajah sang ayah.

Dia segera mengusap sudut mata Heru yang berair dengan jemari halusnya. "Papa kenapa? Apa ada yang sakit? Apa yang sakit? Katakan! Biar aku panggilkan dokter."

Mendengar ucapan putrinya yang penuh perhatian membuat dada Heru berdenyut nyeri. Air matanya semakin deras menggenangi pipi. Tapi dia tetap tersenyum pada Viona dan melepas alat bantu pernapasannya. "Papa sayang kamu," ucapnya dengan lirih. Viona hanya bisa tersenyum dan kembali memeluk Heru.

  Vino dan Lina yang melihat hal itu, amat sangat bersyukur melihat keadaan Heru yang sudah lebih baik. Mereka membiarkan Viona lebih lama memeluk Heru. Karena hanya Viona yang bisa menenangkan Heru di saat apapun. Viona anak paling tidak bisa berjauhan dengan Heru. Bahkan batin ayah dan putri semata wayangnya itu selalu terasa kuat meskipun mereka tidak sedang bersama.

****

Dengan telaten Viona menyuapi sang ayah. Tidak henti-hentinya dia tersenyum saat Heru yang usil malah menggigit sendok yang disuapkan ke mulutnya. Viona hanya mengomel pendek dan kembali menyuapi ayahnya dengan penuh perhatian.

"Sudah! Papa kenyang." Heru menutup mulut dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Viona sudah menghela napas dalam siap mengomel karena buburnya masih tersisa setengahnya. Tapi, Heru malah tertawa dan mengelus tangan Viona dengan lemah. Kondisinya sudah lumayan ada perkembangan walaupun belum sehari dia di rawat.

"Sekarang minum obatnya, ya!"

Heru hanya mengangguk pelan. Dia bahagia melihat Viona yang penuh perhatian padanya. Beberapa hari ini dia kehilangan perhatian Viona karena masalah tawaran itu. Tapi cepat sekali perhatian Viona kembali di saat dia sedang dalam keadaan yang terpuruk.

Setelah selesai membantu Heru meminum obat. Kebetulan datang Vino dan Lina yang baru saja membeli makanan. Viona meminta mereka menggantikannya untuk menjaga Heru dan Viona pergi ke masjid yang ada di bawah. Tepat di samping rumah sakit. Viona belum sholat isya karena dari tadi menemani Heru yang tidak mau Viona jauh darinya.

Kembali Viona memohon kepada Tuhan untuk segala kebaikan atas langkah yang harus dia pilih. Jujur, dia masih dilema untuk memutuskan tawaran yang beberapa hari lalu didengarnya.

Melihat kondisi Heru yang memperihatinkan setelah mendengar kabar perusahaannya, sampai dia tidak sadarkan diri membuat Viona semakin berat untuk menolak.

Dia tidak bisa melihat Heru terpuruk seperti itu. Viona harus melakukan segala cara supaya ayahnya sehat kembali. Viona tidak tega melihat Heru yang selalu kuat saat menghadapi sikap ke kanakannya, kini terbaring dengan tidak berdaya.

Jika melihat hal itu, Viona merasa menjadi anak yang paling tidak berguna. Anak durhaka yang memilih kebebasan daripada menyelamatkan keluarganya sendiri.

Tapi hatinya masih merasakan kebimbangan untuk meredam ego sendiri. Apa dia harus menyetujuinya saja?

Masih berat. Viona hanya bisa pasrah pada Sang pencipta untuk diberikan petunjuk yang terbaik yang harus diambilnya. Dia yakin jika pilihan Yang Mahakuasa adalah yang terbaik untuk dia, keluarga, dan juga para karyawan ayahnya.

Viona kembali ke kamar inap ayahnya setelah dia selesai dengan kewajiban yang disertai pengaduannya pada Sang pencipta. Dia tersenyum saat memasuki kamar itu. Heru sedang memandanginya dengan keadaan masih terbaring lemah ditemani Lina yang duduk di samping kanannya dan Vino yang sedang mengupas buah apel duduk di samping kirinya.

Heru sangat bersyukur mempunyai keluarga yang sangat menyanginya. Kebahagiaannya hanya sederhana. Bisa berkumpul saling menemani dalam keadaan apapun akan lebih menyenangkan jika keluarga yang dia sayangi tetap berada bersamanya di saat dia sedang terpuruk.

Tapi rasa bersalah pada keluarganya tidak pernah luput dia rasakan. Heru merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Tapi keluarganya masih menghargainya sebagai seorang pemimpin. Itu saja sudah cukup baginya. Dia hanya ingin melihat keluarganya tersenyum sekalipun itu pahit.

***

"Apa ini tidak keterlaluan, Tuan?" tanya laki-laki yang berstatus asisten sekaligus sekretaris pribadi itu pada majikannya.

"Terpaksa. Aku tidak bisa bersabar lagi. Tuan Pratama selalu mengulur waktu. Dan aku sudah tidak sabar ingin menikahi anaknya," sahut sang majikan dengan angkuh.

"Tapi ini keterlaluan. Lagian kenapa juga Tuan harus ngotot melakukan ini? Jika Tuan ingin menikahi anaknya, seharusnya berjuang mendapatkan hatinya, bukan malah menghancurkan perusahaan ayahnya," cibir sang asisten dengan jengah.

Sang majikan hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan. Dia juga bingung. Seharusnya dia tidak bersikap sekejam ini pada Heru Pratama. Tapi mau bagaimana lagi. Perasaannya pada Viona yang dia rasakan sejak lama, kini kembali lagi. Perasaan konyol itu membuatnya hilang akal dan bahkan melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, yaitu menghancurkan sebuah perusahaan.

Entah dari mana datangnya keinginan menikahi gadis itu. Tapi, dia juga bingung. Padahal saat ini dia juga masih mempunyai wanita yang jelas punya hubungan dengannya. Tapi, keinginan konyol yang terlintas dalam relung hatinya, membawa dia pada keserakahan ini. Dia melakukan segala cara untuk bisa memiliki gadis itu dengan leluasa. Tidak akan membiarkan gadis itu jauh darinya. Walaupun dia tahu, jika gadis itu mengetahui alasan dia menikahinya, sudah pasti gadis cantik itu tidak akan mudah menerimanya. Karena alasannya sangat terdengar konyol dan tidak masuk akal.

  Tapi dia berjanji, jika suatu saat nanti gadis cantik itu sudah menjadi miliknya, dia akan mengatakan semuanya pada gadis itu. Mulai dari perasaan lugunya sampai keinginan konyolnya. Semuanya akan dia jelaskan dengan jujur tanpa ada yang dia tutupi lagi.

Sang majikan itu tertawa lagi. Dia merasa gila telah memiliki niatan ini. Kenapa juga dia rela melakukan ini hanya untuk memiliki gadis yang dia sukai di masa lalu?

Pasti ada yang bermasalah dengannya. Jika tidak, untuk apa dia menghancurkan rekan bisnisnya sendiri? Padahal Heru merupakan rekan yang sangat dia hormati dan paling dia kagumi. Hubungan kerja mereka juga sangat baik. Begitupun hubungannya dengan kakak si gadis. Semuanya baik-baik saja. Tapi dengan tega hatinya, dia malah menghancurkan Heru demi sesuatu yang terdengar kekanakan.

"Aku minta maaf dan aku janji akan memperbaiki semua kesalahanku perlahan di masa mendatang jika dia sudah sepenuhnya jadi milikku," janjinya dia ucapkan dengan sepenuh hati.

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

jadi penasaran kek gimana awalnya Marshal suka sm viona di masa yg lalu

2021-02-07

1

👑

👑

like lagi

2020-12-16

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

sampai sini kudaratkan lima like dulu ya......

2020-08-04

2

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!