Viona menyetujuinya?

"Bagaimana keadaan Papa, sekarang?" tanya Viona yang baru saja masuk ke dalam ruangan tempat Heru di rawat.

Dia menutup pintu kembali dan mendekat pada ranjang tempat Heru yang sedang dalam posisi setengah berbaring. Lina masih setia menemani suaminya. Dia sangat perhatian terlihat dari ketelatenannya saat menyuapi Heru menikmati sarapan.

"Papa sudah semakin baik," jawab Heru. Dia merentangkan tangannya yang masih dipasang selang infusan. Sekarang dia tidak lagi memakai alat bantu pernapasan.

Viona berhambur memeluk ayahnya sejenak. Tidak lupa juga untuk mencium pipi Heru dengan hangat. "Cepat sembuh, Pa!"

Heru mengangguk dan mengelus kepala Viona dengan sayang. "Papa akan sembuh jika kalian selalu menemani Papa," ucapnya disertai sedikit gurauan.

Viona hanya tersenyum. Mengambil alih tugas Lina untuk menyuapi Heru dan duduk di samping ranjang ayahnya, sedangkan Lina berjalan menuju jendela besar ruangan. Membuka gordennya supaya cahaya mentari pagi bisa masuk ke dalam ruangan itu.

"Kak Vino ke mana, Ma?" tanya Viona pada Lina. Viona mengusap bibir Heru dengan tissue saat dia nyuapinya belepotan.

"Ke kantor. Gantiin papa handle masalah," sahut Lina yang mendudukan diri di sofa berwarna biru muda di sudut ruangan sembari melihat anaknya yang dengan penuh perhatian menyuapi Heru.

Viona mengangguk-anggukan kepalanya. Mengambil air putih di meja dan menyodorkannya pada Heru. "O iya, Pa," Dia membantu Heru meneguk air dari gelas bening karena takut  Heru kesusahan saat tangannya yang lemah jadi gemetar. "untuk tawaran tuan Marshal-"

"Udah, gak usah kamu pikirkan! Lupakan masalah itu!" potong Heru saat dia sudah selesai menelan airnya dengan pelan.

Viona menyimpan kembali gelasnya di atas meja. "Kenapa? Tawaran itu masih berlaku, kan? Aku akan menyetujuinya."

Mata Heru membulat sempurna. Terkejut dengan ucapan Viona dan  segera menggeleng. "Jangan, Viona! Papa sudah menolak tawaran itu. Kamu tidak boleh menyetujuinya!"

Lina mendekat sama terkejutnya. Dia tidak tahu menahu kelanjutan dari tawaran itu karena Heru tidak pernah bilang padanya jika dia sudah menolak tawaran itu. Dan yang semakin dia kagetkan adalah saat Viona bilang akan menyetujuinya.

Kini Viona yang terkejut. "Papa sudah menolaknya? Kapan?"

"Sudahlah, lupakan saja! Jangan bahas tawaran itu lagi!" Heru memalingkan wajahnya ke samping. Melihat pot bunga lavender yang diletakkan di sudur ruangan lebih baik daripada menghadapi anaknya. Jika membahas masalah ini, hati Heru selalu tidak nyaman. Rasa sakit bercampur rasa bersalah dan penyesalan selalu ia rasakan membuat dia tidak bisa mengingatnya lagi. Semuanya sudah hancur dan tidak ada harapan lagi. Heru sudah ikhlas dengan semua konsekuensinya dan akan segera mengumumkan kebangkrutannya.

"Kenapa, Pa? Bukankah tawaran itu satu-satu jalan supaya perusahaan Papa tertolong?"

Heru kembali menghadap Viona. Dia menggeleng. "Papa sudah ikhlas. Papa tidak mau melihatmu tersiksa. Jadi, papa tolak tawaran itu. Lebih baik-"

"Tidak ada yang lebih baik dari menyetujuinya, Pa!" sambar Viona dengan tegas. "Tidak ada kata baik jika perusahaan Papa hancur. Kenapa Papa jadi menyerah seperti ini?" Viona menatap Heru dengan nanar.

Kenapa Heru jadi pesimis seperti ini? Jiwa pahlawan sejuta daya juang ini kenapa jadi lemah? Kenapa Heru menyerah begitu saja? Viona pikir Heru akan tetap mencari jalan keluar dengan mati-matian. Tapi, ternyata Heru malah pasrah saat diujung kebangkrutan.

"Aku akan menyetujui tawaran tuan Marshal. Aku gak mau liat Papa hancur dan banyak orang menderita," ucap Viona dengan tegas. Dia berlalu begitu saja keluar dari ruangan tidak mempedulikan teriakan Heru dan Lina yang mencoba melarangnya.

Tekadnya sudah bulat. Dia akan menyetujui tawaran itu demi menyelamatkan perusahaan ayahnya. Dia tidak mau melihat Heru yang menyerah dengan kehidupan seperti itu. Semuanya belum berakhir dan Viona akan berjuang demi keteguhannya sendiri.

Heru berteriak dengan kencang memanggil nama Viona. Menyuruhnya untuk kembali dan tidak boleh menyetujui tawaran Marshal. Tapi telat. Viona sudah keluar dari ruangan. Heru hanya bisa meraup wajahnya dengan kasar. Lina tidak henti-hentinya menahan Heru yang lemah itu supaya tidak turun dari ranjang.

Viona dengan sifat keras kepalanya itu tidak akan mudah dibujuk jika sudah punya tekad yang bulat. Dia pasti melakukan segala cara sekalipun menanggung konsekuensi yang berat. Makanya dari awal Heru tidak membiarkan Viona untuk menerimanya jika terpaksa. Karena dia sangat tidak mau jika nantinya Viona tersiksa dan tidak bahagia dengan pernikahannya.

Heru juga tidak paham dengan pikiran anaknya. Kenapa Viona memutuskan untuk menyetujuinya? Padahal beberapa hari kebelakang, Viona terlihat menghindar. Heru pikir Viona membencinya dan akan menolak tawaran itu. Tapi, keputusan Viona pagi ini sangat mengejutkan bagi Heru.

Viona menyetujuinya?

Heru tidak bisa menerima kenyataan itu. Terlalu menyakitkan jika melihat anaknya menyetujui tawaran Marshal hanya karena terpaksa demi membantu sang ayah bangkit dari jurang kehancuran.

***

"Maaf, Mbak. Kak Vino ada di mana, ya?" tanya Viona pada sekretaris ayahnya.

Dari rumah sakit dia langsung bergegas menuju kantor pusat perusahaan Heru. Dia meyakini bahwa Vino sedang berada di sana menghandle masalah sang ayah.

Dan  di sinilah dia sekarang. Di depan ruangan ayahnya dan berdiri di depan meja sekretaris Heru yang bernama Julia.

"Selamat pagi, Nona!" sapa Julia dengan hormat. Viona hanya tersenyum alakadarnya. Dia sedang buru-buru dan ingin segera menemui Vino.

"Kak Vino di mana? Aku ingin menemuinya," tanya Viona kembali.

"Di dalam, Nona. Tuan Vino sedang berdiskusi dengan departemen keuangan dan juga direktur." Julia melirik pintu ruangan kerja Heru yang ada di depannya.

Viona melirik pintu besar berwarna cokelat itu dengan bingung. Pintunya tertutup rapat. Viona ragu untuk masuk jika Vino sedang sibuk. Tapi, dia sudah tidak punya waktu lagi. Dia harus bertemu dengan Marshal. Dan hanya dengan pelantara Vino dia bisa tahu di mana Marshal karena Viona tidak mengenal Marshal itu siapa dan yang mana orangnya.

"Mbak, jika aku masuk gak apa-apa, kan?"

Julia terdiam. Melirik pintu ruangan Heru dengan bingung. Tidak mungkin dia melarang Viona untuk masuk. Tapi, di dalam sedang membahas masalah penting perusahaan takutnya malah menganggu atau Vino akan memarahinya karena membiarkan Viona masuk begitu saja di saat seperti itu.

"Aku masuk saja, ya, Mbak? Gak apa-apa, kan? Aku buru-buru soalnya. Hal penting. Please, Mbak," ucap Viona dengan memohon.

Julia menatap Viona dengan bimbang. Tapi dia juga tidak mungkin melarang anak pemilik perusahaan untuk masuk ke dalam. Akhirnya dia mengangguk setelah berpikir sejenak.

Viona mengucapkan, "Terima kasih." Dan langsung masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu.

Semua orang yang berdiskusi di dalam, menoleh ke arah pintu dengan terkejut. Sama halnya dengan Vino yang sedang duduk di sudut meja kerja Heru menghadap dua orang bawahan ayahnya. Dia terkejut melihat kedatangan Viona di sana.

"Adek? Ngapain kamu ke sini?" tanya Vino yang memang posisinya sedang menghadap langsung ke arah pintu.

"Nona!" Dua laki-laki berjas yang tadinya duduk di hadapan Vino, mereka berdiri dan membungkuk hormat pada Viona.

"Maaf, Kak. Aku gak sopan. Tapi ada hal penting yang harus kita bicarakan," ucap Viona dengan tergesa. Tidak menghiraukan sapaan orang lain. Fokusnya hanya pada sang kakak.

Vino segera menghampiri Viona dengan panik. Pikirannya langsung tertuju pada Heru. Dia jadi tidak bisa tenang. "Ada apa? Papa baik-baik aja, kan?"

Mendengar pertanyaan Vino, dua orang lainnya yang ada di ruangan itu ikut panik. Kepala departemen keuangan dan direktur itu langsung cemas mengingat keadaan Heru yang dikabarkan sedang di rumah sakit.

Viona menggeleng. "Bukan papa. Tapi hal lain."

Hhh! Semua orang membuang napasnya lega.

"Penting banget? Kakak sedang sibuk."

Viona mengangguk dan Vino mempersilakan dua orang lain itu untuk meninggalkan mereka dulu. Vino mengajak Viona duduk saat dua bawahan ayahnya itu sudah keluar.

"Kenapa? Ada hal apa sampai kamu datang ke sini? Kabar papa baik-baik aja, kan?"

Viona duduk di sofa menghadap pada  Vino. "Papa baik," ucap Viona. "Kakak tahu tuan Marshal, kan?"

Vino mengangguk walaupun belum mengerti ke mana arah pembicaraan adiknya. "Kenapa memang?"

"Aku ingin menemuinya."

Viona mengernyit. "Untuk apa?"

Viona menghela napas panjang saat menatap Vino dengan lekat. Keputusannya sudah bulat. "Aku akan menyetujui tawarannya."

"Apa?" Vino menatap adiknya tidak percaya. Dia terkejut. "Kenapa kamu menyetujuinya?"

Menatap Vino tidak paham. Viona membuang napasnya kasar. "Kakak tanya 'kenapa'? Kak, bukankah ini yang harus aku lakukan? Kenapa sekarang kakak malah nanya 'kenapa'?"

Vino diam. Otaknya langsung kosong. Dia tidak menyangka jika Viona akan benar-benar menyetujuinya.

"Kak," panggil Viona, "antarkan aku untuk menemuinya! Aku akan mengatakan jika aku setuju dengan tawarannya. Aku rela menikah dengannya asalkan dia membantu papa. Aku gak mau liat papa hancur, Kak."

Vino masih diam memandangi wajah serius adiknya dengan lekat. Dia tidak tahu harus bicara apa sekarang. Bibirnya terasa kelu dengan berbagai kata yang bergolak dalam otak untuk dikeluarkan pada Viona. Tapi, bibirnya hanya bisa terkatup tidak bisa berucap sepatah kata pun.

Terpopuler

Comments

Trisna Wahyuni

Trisna Wahyuni

terlu lambat ceritanya thour

2021-02-26

1

Michelle Avantica

Michelle Avantica

Nah kan..

2021-02-07

1

Encik_Sombong

Encik_Sombong

Mohon maaf thour,cuma mau kasih saran aja. Kalau misalnya kata Heru ditujukan pada anak-anak nya seharusnya diganti dengan kata papa thour karna biar agak sopan,maaf ya cuma kasih saran aja.

2020-12-16

2

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!