Menyetujui

"Jadi, untuk apa kamu mengajakku bertemu? Apa ada yang ingin kamu bicarakan padaku?"

Marshal sudah sangat berharap jika kedatangan Viona adalah untuk mengatakan kesediaannya menyetujui tawaran yang Marshal ajukan pada Heru.

Viona nampak ragu. Deru napasnya kembali tidak normal. "Saya," Dia menarik napasnya dalam-dalam. "saya ingin menyetujui tawaran Tuan tempo hari. Apa tawarannya masih berlaku?"

"Benarkah?" tanya Marshal dengan antusias. Dia mengangguk-anggukan kepalanya. Senang sekali rasanya. Hal yang paling dia tunggu-tunggu kini sudah mendapatkan jawabannya. "Tentu saja tawarannya masih berlaku. Jadi, kamu menemuiku untuk menerima tawarannya?"

Viona mengangguk. Membuang napas lega. Untunglah tawarannya masih berlaku dan dia bisa menyetujuinya. "Tuan bisa membantu papa saya, kan?"

Marshal tersenyum dengan senang.  "Tentu saja jika kamu menyetujuinya." Marshal mengangkat gelas berisi Cappucino miliknya. Disesap sedikit lalu ditaruh kembali. Tatapan matanya tidak berhenti beralih dari wajah cantik Viona. "Berarti kamu mau menikah denganku?"

Viona mengangguk dengan yakin. Keputusannya sudah bulat demi menyelamatkan perusahaan Heru. Dia tidak bisa menghindar lagi jika ini menjadi yang terbaik. Biarlah hidupnya dia abdikan pada Marshal. Yang terpenting saat ini adalah kebaikan untuk ayahnya.

"Baiklah. Berarti kita akan menikah seminggu lagi."

"Apa?" Viona yang baru saja bernapas lega kini menatap Marshal dengan kaget. "Seminggu lagi, Tuan?"

Dengan entengnya Marshal hanya mengangguk dan tersenyum. Viona menggeleng dengan keras. "Tidak bisa, Tuan. Kenapa cepat sekali?" protesnya.

"Kenapa tidak bisa? Bukankah kamu sudah setuju untuk menikah denganku?"

Viona menelan ludahnya susah payah. Menatap Marshal tidak percaya. Bagaimana mungkin dia akan menikah dalam waktu sedekat itu. Memikirkannya saja membuat Viona kesusahan bernapas. "Tuan, saya setuju menikah dengan Anda bukan berarti saya setuju jika pernikahannya secepat itu. Saya tidak siap jika secepat itu."

Marshal menatap Viona tajam. Dia kira gadis cantik ini akan ikut saja dengan apa yang dikatakannya. Tapi, ternyata menentang juga. "Kenapa tidak siap? Kamu sudah menyetujuinya berarti kamu siap menikah kapan pun, bukan?"

Menggeleng keras. "Saya tidak mau jika secepat itu, Tuan. Saya juga masih kuliah."

"Kuliahmu sebentar lagi berakhir. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi, kan? Tidak jadi masalah jika kita menikah lebih awal," sahut Marshal dengan tenang.

Viona hanya terdiam. Dia heran kenapa Marshal sampai tahu tentang dirinya? Apa Marshal juga mengetahui segala sesuatu tentang Viona? "Tapi Tuan, jika seminggu lagi itu terlalu cepat," sangkalnya lagi.

Dia harus memutar otak supaya pernikahannya tidak secepat itu. Viona belum siap jika pernikahannya dilaksanakan dalam waktu dekat. Dia memuutuskan hal ini saja dengan terpaksa. Ya, setidaknya tunggu sampai Viona sedikit menerimanya.

Tapi Marshal nampaknya memang serius. Apa yang harus Viona lakukan sekarang? Dia tidak mau menikah secepat itu. Apalagi Heru belum benar-benar pulih. Dan Viona ingin melihat keseriusan Marshal dulu. Apakah dia benar-benar akan membantu ayahnya atau hanya ingin menikahi Viona saja? Semuanya harus dipikirkan dulu baik-baik.

Viona merasa heran juga pada Marshal yang menentukan waktu pernikahan secepat itu. Apa dia tidak memikirkannya lebih dahulu? Viona saja sampai kelimpungan untuk menyetujui penawaran ini. Tapi, Marshal sepertinya memang sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari. Dan dia sudah mengira jika Viona akan menyetujuinya.

"Tuan, bisa tidak jika waktunya diundur dulu?" tanya Viona penuh harap. Dia benar-benar belum siap jika harus menikah secepatnya. Niat menikah saja belum pernah dia pikirkan dalam otaknya.

"Mau menunggu apa lagi? Pernikahan jika dilaksanakan secepatnya itu lebih baik."

"Saya ingin melihat kakak saya menikah dulu, Tuan. Saya tidak bisa melangkahinya," ucap Viona dengan serius. Akhirnya dia bisa mempunyai alasan yang kuat.

Marshal nampak terkejut. Dia tidak tahu jika kakaknya Viona akan menikah. Padahal mereka sahabatan. Kenapa Vino tidak bilang pada Marshal jika dia akan menikah? "Kapan kakakmu menikah?"

"Tiga bulan lagi. Saya ingin melihat kakak saya menikah lebih dulu. Saya tidak mau melangkahinya."

Marshal terdiam. Berpikir dengan luas. Apa dia harus menunggu sampai Vino menikah baru bisa menikahi adiknya? Tapi tiga bulan terlalu lama baginya. Dia sudah melancarkan rencana dalam waktu dua bulan untuk mendapatkan persetujuan Viona dan sekarang dia harus menunggu lagi selama tiga bulan? Itu terlalu lama. Marshal tidak bisa menunggu lagi.

Tapi, bagaimana dengan Viona? Marshal tahu Viona memang belum siap untuk menikah secepat itu. Tapi, apa Marshal harus mengalah dan menuruti keinginan Viona?

"Baiklah, kita akan menikah setelah kakakmu menikah. Setelah itu tidak akan ada lagi pengunduran waktu," putus Marshal.

Viona mengangguk dan tersenyum. Dia sangat senang mendengarnya. Setidaknya dia masih punya waktu tiga bulan untuk menikmati sisa masa gadisnya. Ya, walaupun tiga bulan itu sebentar, tapi setidaknya dia masih bisa bersenang-senang dan menyelesaikan pendidikannya.

"Tuan, bagaimana dengan pendidikan saya? Setelah menikah saya masih bisa mengenyam pendidikan?"

"Tentu saja. Aku akan menjamin pendidikanmu."

Viona mengucapkan terima kasih. Dia bersyukur ternyata Marshal orang yang pengertian juga. Tadinya dia sangat takut jika setelah menikah nanti pendidikannya akan terganggu dan Marshal akan banyak mengatur segalanya. Dia takut hidupnya setelah menikah akan terancam keras. Tapi jika melihat dari sikap Marshal saat ini, Viona rasa Marshal orang baik karena Marshal juga menuruti apa yang Viona inginkan.

***

Selesai dengan penuturan keputusannya siang ini pada Marshal, mereka pergi ke rumah sakit tempat Heru dirawat. Marshal ingin menjenguk sang calon mertua, katanya.

Setelah mengatakan beberapa hal dan negosiasi singkat antara Marshal dan Viona, mereka tidak lagi membahas hal tadi sesuai keinginan Viona. Dan Marshal hanya menuruti saja untuk tidak mengatakan apapun tentang negosiasinya pada Heru. Marshal juga berjanji pada Viona jika dia akan membantu perusahaan Heru untuk kembali tegak dalam waktu dekat. Itu bukan hal sulit bagi Marshal yang memang punya kekuasaan tinggi di bidang perbisnisan.

Setelah mengucapkan salam berbarengan, Viona terlebih dulu masuk ke dalam ruang rawat Heru diikuti Marshal dan Rio dibelakangnya.

Heru yang saat itu sedang duduk di atas ranjangnya dan meminum obat dibantu Lina, menoleh ke arah pintu.

Dia tersedak hingga obat yang baru saja masuk ke dalam mulutnya keluar kembali. Untung saja Lina dengan sigap menahannya dengan tissue. Jika tidak pasti berceceran mengenai ranjang dan tubuh Heru.

Viona yang melihat itu dengan panik mendekat. Mengusap bibir Heru yang masih basah bekas air minum dengan tangannya. "Papa kenapa?"

Heru hanya terdiam memandangi Marshal yang juga mendekat ke arahnya. Marshal tersenyum dengan hangat. "Apa kabar, Tuan?" sapanya.

Heru masih terdiam. Dia sangat terkejut melihat Viona datang bersama dengan Marshal. Pikirannya langsung berkecamuk ke sana ke mari. Apa Viona sudah menyetujuinya? Kenapa mereka bersama?

Lina pun tak kalah terkejut. Ibu dari Viona itu bahkan hampir saja menjatuhkan gelas yang dipegangnya saat melihat Marshal. Tapi dia mencoba tersenyum pada Marshal meskipun perasaannya tidak menentu.

"Dek, kamu ...?" Heru memandangi Viona dengan tatapan yang sulit diartikan. Antara marah, kaget, senang dan sedih. Semuanya menjadi satu dia rasakan. Jadi, Viona benar-benar menemui Marshal?

Viona mengerti perasaan Heru. Dia tersenyum dan membantu Heru untuk kembali meminum obatnya. "Maafin aku, Pa. Semoga Papa cepat sembuh!" ucapnya lirih.

Heru memandangi Viona dengan lekat. Dia tidak meengerti dengan pikiran anaknya sendiri. Viona rela berkorban demi membantu ayahnya dari kesusahan. Heru merasa bersalah sekali karena tidak bisa membuat Viona bahagia dan malah membuat anaknya memilih keputusan yang bahkan entah akan jadi seperti apa nantinya.

"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Heru dengan lirih. Mengusap wajah putrinya dengan lembut. Matanya sudah berkaca-kaca.

Viona kembali tersenyum guna meyakinkan ayahnya. "Ini yang terbaik untuk kita," jawabnya pelan.

Marshal semakin mendekat dan menjabat tangan Heru yang masih dipasang selang infusan. "Semoga cepat sembuh, Tuan. Saya janji akan membantu Anda menyelesaikan masalah ini. Secepatnya perusahaan Anda akan kembali berjaya."

Heru mengangguk dengan pelan dan mengucapkan, "Terima kasih." Selain kalimat itu, dia tidak bisa mengatakan apapun. Perasaannya campur aduk.

Setelah lama dalam kecanggungan, mereka akhirnya bisa mengendalikan diri dan memulai pembicaraan yang lebih nyaman.

Banyak hal yang mereka bicarakan. Mulai dari perusahaan dan pernikahan antara Marshal dan Viona yang rencananya akan dilaksanakan satu bulan setelah Vino menikah.

Heru memandangi Viona yang nampak sudah biasa saja. Putrinya itu terlihat tenang dan selalu menampilkan senyuman saat bertatapan dengannya. Tapi, Heru tahu jika Viona terpaksa melalakukan ini. Dia sangat menyayangkan keputusan yang Viona ambil. Tapi jika itu yang terbaik, Heru hanya bisa berdoa semoga Viona bisa bahagia setelah menikah dengan Marshal.

Terpopuler

Comments

Eska Svenska

Eska Svenska

seminggu itu cepet w.

2021-02-25

1

Michelle Avantica

Michelle Avantica

susah juga sih kalo kita disuruh nikah dgn.org yg blm kita kenal banget juga blm tau gimana watak atau karakter org yg mau kita nikahin ..Krn kalo bisa Nikah itu cukup satu kali seumur hidup 🤗

2021-02-07

1

👑

👑

💖💖

2020-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!