Makan siang

"Lho, Tuan. Kita akan pergi ke mana? Ini bukan jalan menuju rumah saya? Anda mau membawa saya ke mana?" tanya Viona dengan panik.

Mobil yang ditumpanginya itu tidak melewati jalan yang seharusnya untuk ke arah rumah Viona. Kemana Marshal akan membawanya pergi? Viona semakin panik saat Marshal tidak kunjung menjawab. "Tuan, kita akan ke mana? Siapa Anda sebenarnya? Anda mau menculik saya?"

Marshal tetap tenang melihat ke arah depan. Dia tidak berniat menjawab ucapan Viona.

"Tuan mau bawa saya ke mana?" Viona sudah benar-benar panik. Melirik Marshal dan Rio bergantian.

"Tenang, Nona! Kita akan makan siang dulu," sahut Rio dengan santai.

Viona menatap tajam pada Rio yang masih fokus menyetir. "Kenapa jadi makan siang? Bukankah tadi mau mengantarkan saya pulang?"

"Temani dulu aku makan siang, nanti aku antarkan pulang," sambar Marshal dengan tenang.

Viona alihkan pandangan pada Marshal. Kecurigaannya terhadap Marshal semakin besar. "Siapa Anda, Tuan? Anda mau berbuat jahat pada saya?"

Marshal tersenyum miring mendengarnya. Gadis yang ingin dia nikahi ini ternyata bukan orang yang mudah di hadapi dengan diam. "Reza. Namaku Syahreza Atmadinata," ucap Marshal dengan pelan. Dia masih fokus melihat ke depan.

Viona mengernyit. Nama itu tidak pernah dia dengar. "Mau apa Anda menemui saya, Tuan?"

Marshal membuang napasnya kesal. Viona terlalu banyak bertanya membuatnya jengah. "Aku hanya akan mengantarkanmu pulang. Tapi, sebelum pulang kita makan siang dulu."

Viona memincingkan matanya. Dia tidak percaya dengan ucapan Marshal karena dua laki-laki yang membawanya ini terlalu mencurigakan. "Anda bukan orang jahat, kan?"

Pertanyaan bodoh itu Viona utarakan. Kalaupun Marshal orang jahat, sudah pasti dia akan menjawab "bukan". Kenapa juga Viona malah mengajukan kalimat retoris seperti itu?

"Aku rekan bisnis ayahmu. Kami kenal dengan sangat baik, aku tidak akan mencelakaimu." Marshal tersenyum pada Viona. Dia geleng-geleng kepala melihat sifat Viona yang tidak mudah dibohongi itu.

"Apa buktinya?" tantang Viona. Marshal sampai menatapnya tajam. Dia kira Viona akan berhenti bicara. Tapi, ternyata masih belum percaya dengan ucapannya.

Viona semakin yakin jika mereka orang jahat karena Marshal hanya terdiam saat di mintai bukti. "Turunkan saya sekarang!" pinta Viona dengan tegas. Dia sudah harap-harap cemas jika dibawa oleh orang yang tidak dikenalnya. "Tuan, berhentikan mobilnya! Turunkan saya sekarang juga!"

Tidak ada yang menggubris ucapan Viona. Marshal maupun Rio masih terdiam. Namun Marshal segera bergerak cepat saat Viona merogoh ponsel dari tas selempang miliknya. "Mau apa kamu?"

"Menghubungi polisi, apalagi?" sarkas Viona dengan tatapan nyalang. Di sudah habis kesabaran. Nyawanya dalam bahaya saat ini. Tidak mungkin jika hanya diam saja dibawa oleh orang yang tidak dikenalinya.

Marshal terkejut dan langsung merebut ponsel dari tangan Viona. "Jangan menghubungi polisi! Aku bukan orang jahat."

Viona semakin panik. Entah apa yang dia rasakan sekarang. Perasaannya tidak menentu dan dia mulai ketakutan. "Buktikan kalau Tuan bukan orang jahat!"

"Baik," ucap Marshal dengan enteng. Dia segera mengambil ponsel miliknya dari dalam saku jasnya. Membuka layar dan mencari nomor yang tersimpan di sana. "Lihat! Ini nomor ayahmu, kan?" Marshal menunjukan layar ponselnya di depan Viona. Di sana terlihat sedang menghubungi nomor dengan nama Heru Pratama di atasnya.

Viona membeliakan mata saat dia mengingat beberapa angka nomor ayahnya.

"Halo, Assalamu'aikum, Tuan?"

Viona tertegun saat panggilan tersambung dan karena di loudspeeker, Viona langsung bisa mendengar suara Heru.

Marshal tersenyum miring melihat reaksi Viona. "Waalaikumsalam, Tuan. Anda di mana sekarang?"

"Em, masih di kantor. Kenapa memangnya, Tuan?"

"Dua jam lagi saya akan ke rumah Anda. Sekalian mengantarkan putri Anda pulang."

Hening beberapa lama. Tidak ada sahutan dari Heru di seberang sana. Mungkin Heru terkejut dengan ucapan Marshal. Hingga Marshal kembali bicara, "Apa saya harus meengantarkan putri Anda langsung ke rumah?"

Terdengar helaan napas kasar. "I-iya, Tuan. Saya juga akan pulang ke rumah sebentar lagi," sahut Heru dengan gugup.

Marshal kembali tersenyum pada Viona. Dia menaikkan alisnya memastikan jika Viona benar-benar menyimak. "Tapi saya izin makan siang dulu, putri Anda juga saya ajak, tidak apa?"

Lama Heru tidak menjawab. Hanya  deru napas gusar yang terdengar. Namun, Heru juga menyahuti setelah lama hening. "Ya, Tuan. Asalkan Viona baik-baik saja," ucapnya dengan lirih.

Setelah meyampaikan terima kasih dan mengucapkan salam, Marshal langsung menutup panggilan dan memasukan ponselnya kembali ke dalam saku jas. Ponsel Viona yang sempat dia rampas juga dia serahkan kembali pada sang empunya.

"Bagaimana? Masih mau mengira aku orang jahat?" tanya Marshal pada Viona yang masih terdiam. Dia bahkan tidak berpaling memandangi gerak gerik Marshal.

Pikiran Viona berkecamuk. Meskipun obrolan Heru dan Marshal terdengar aneh dan kurang nyambung, tapi Viona jadi tahu jika mereka memang saling kenal. Dia jadi bingung sendiri dan sedikit menyesal karena telah menuduh Marshal yang tidak-tidak. Tapi dia enggan meminta maaf dan malah segera mengalihkan pandangan ke samping. Melihat jalanan di luar jendela dengan perasaan yang tidak menentu.

Marshal hanya bisa tersenyum. Tapi dua juga sangat bersyukur karena Heru tidak banyak berbicara saat di hubungi secara dadakan dan menutupi rasa terkejutnya saat tahu jika Viona sudah bersama orang yang beberapa hari lalu menawarkan untuk menikahinya. Padahal yang sebenarnya,

"Kenapa Viona bisa bersama tuan Marshal? Apa yang tuan Marshal lakukan padanya?" Heru mondar mandir dengan panik.

Dia teramat cemas mendengar jika Viona ada bersama Marshal. "Apakah tuan Marshal akan memaksa Viona untuk menerima tawarannya? Atau bahkan Viona diancam sup-tidak-tidak. Viona pasti baik-baik saja."

Heru tidak tenang di kantornya. Urusan kantor sejenak dia lupakan karena pikirannya tertuju pada Viona. Dia tidak mau Viona menyetujui tawaran Marshal jika terpaksa karena Heru juga sudah tidak berharap Viona menerimanya. Dia tahu Viona pasti tidak akan bersedia. Heru sudah pasrah akan nasibnya. Dia sudah ikhlas jika sebentar lagi perusahaannya akan hangus dan keluarganya hidup luntang lantung.

Tapi, bagaimana dengan Viona saat ini? Heru takut Marshal akan memperngaruhi Viona hingga menyetujui tawarannya dengan terpaksa. Sungguh, Heru tidak bisa bersikap tenang di saat anaknya sedang bersama Marshal.

****

"Kamu tidak mau makan?" tanya Marshal pada Viona yang hanya fokus pada ponsel ketimbang melihat Marshal yang sedang menikmati hidangan makan siangnya.

Viona menggeleng dan tersenyum pada Marshal. "Tidak, Tuan. Saya tidak lapar," ucapnya sudah kedua kali dia utarakan pada Marshal.

Viona hanya memesan jus alpukat. Dia tidak berniat untuk makan siang karena memang dia tidak merasa ingin makan dan merasa canggung saat bersama Marshal. Mereka baru kenal dan Viona merasa tidak nyaman. Apalagi saat mengingat kejadian tadi saat Marshal dan Rio yang sangat mencurigakan dan sempat membuat Viona suudzon. Mengingatnya saja membuat Viona merasa malu.

Sesuai perkataan Marshal, setelah makan siang mereka akan mengantarkan Viona pulang. Viona teramat lega mendengarnya. Dia memang ingin segera sampai di rumah dan menjauh dari orang-orang yang baru di kenalnya itu.

Selama perjalanan menuju rumah Viona, di dalam mobil tidak ada yang berbicara lagi. Marshal fokus pada ponsel di tangannya, Rio fokus menyetir dan Viona tergelam dengan pikirannya sendiri, hingga dia tidak sadar saat mobil sudah memasuki halaman rumah Heru, saat sebelumnya pintu gerbang dibukakan oleh satpam yang menjaga gerbang.

"Nona?" tegur Rio dengan lembut pada Viona yang masih saja duduk di dalam mobil. Padahal pintu mobil sudah di bukakan oleh Rio dan Marshal sudah turun dari mobil beberapa saat yang lalu.

Viona tersadar dari lamunannya. Dia melihat sekeliling. Betapa terkejutnya dia saat menyadari jika mobil yang dia tumpanginya sudah terparkir di halaman rumah milik ayahnya.

Viona tersenyum ramah pada Rio dan segera turun dari mobil. Berjalan menuju pintu utama rumahnya. Di sana sudah ada Heru yang berdiri di depan pintu dan tersenyum pada mereka. Tapi, raut wajah Heru terlihat tidak tenang membuat Viona bertanya-tanya dalam hati.

  Menghampiri Heru dan mengucapkan salam bersamaan, mereka masuk ke dalam setelah dipersilakan. Sebelum masuk Viona tidak lupa juga untuk memeluk Heru dan saling mencium pipi bergantian.

"Cepat istirahat! Kamu masih belum sehat," ucap Heru pada Viona.

Viona hanya tersenyum. Masuk ke dalam rumah dan langsung pergi ke kamarnya di lantai atas, sedangkan Heru mengajak Marshal dan Rio untuk ke ruang tamu.

Meskipun masih terkejut dan tidak tenang dengan pikiran heran yang bertanya-tanya, Heru tetap bersikap ramah pada Marshal dan segera memanggil pekerjanya untuk menyiapkan suguhan untuk tamu dadakannya itu.

Terpopuler

Comments

Shaila

Shaila

ceritanya bagus, aku suka😊

2021-01-14

1

👑

👑

like like like like

2020-12-16

0

Yana Picisan

Yana Picisan

Semangat kak🌸🌸🌸

Mampir yuks ke CEO Pemaksa🌸🌸🌸

2020-07-18

2

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!