Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?

Hari yang sangat mengesalkan bagi Viona, karena Marshal mengajaknya untuk datang ke sebuah pameran Seni. Marshal selaku pemegang saham terbesar dari perusahaan seni tersebut menjadi tamu agung yang sangat dinantikan oleh mereka.

Sebenarnya Viona malas untuk ikut, tetapi dia tidak bisa menolak karena lagi-lagi Marshal mengingatkannya untuk tidak membantah. Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan. Hidupnya benar-benar jadi terkekang. Untuk sekadar menolak pun dia tidak bisa.

"Jika ada yang disuka, kamu bilang padaku! Nanti aku berikan padamu."

Viona mengangguk saja pada Marshal dan terus mengikuti langkahnya melihat-lihat berbagai barang yang dipamerkan. Semua barang yang ada di sana sangatlah bagus-bagus. Mulai dari guci, lukisan, dan banyak lagi barang lain yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Dia memang senang melihat barang-barang mewah dan cantik. Tapi entah mengapa, saat ini dia tidak bisa menikmatinya. Hanya perasaan bosan yang dia rasakan dan ingin segera pulang dari sana.

"Sebenarnya masih banyak lukisan yang tidak di expose di sini, Tuan. Di galeri saya, masih banyak karya-karya yang sengaja saya sembunyikan, karena saya rasa belum saatnya untuk di pamerkan," ucap kolega Marshal yang sedari tadi bersama mereka.

Marshal menganggukan kepala. "Karya yang bagus memang tidak boleh terlalu di expose. Takutnya banyak yang menirukan sebelum karya asli terkenal."

Viona hanya terdiam mendengarkan mereka berbincang. Dia sudah sangat bosan. Apalagi jika bertemu dengan rekan bisnis Marshal, Viona selalu saja merasa jengah karena diperkenalkan sebagai calon istri Marshal pada mereka. Meskipun kenyataannya begitu, tapi dia tetap malu dan tidak mau. Rasanya masih tidak percaya jika dia sudah punya calon suami, padahal pacaran saja tidak pernah.

  "Hei, Viona!"

Mereka menoleh ke belakang saat suara laki-laki memanggil nama Viona. Marshal dan koleganya mengernyit dalam, karena tidak tahu siapa laki-laki tersebut. Berbeda dengan Viona yang nampak berbinar dengan ceria.

Marshal melotot saat Viona tiba-tiba mendekat dan memeluk laki-laki yang barusan memanggilnya tersebut. Mereka berpelukan erat seperti meluapkan kerinduan yang mendalam. Pikiran Marshal jadi bertanya-tanya, siapa laki-laki itu?

"Kak Indra? Apa kabar?" Viona melepaskan pelukannya. Senyuman manis tercipta di bibirnya. Dia tidak menghiraukan orang lain yang sedang menyaksikannya dengan bingung.

"Kabarku baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik, Kak." Senyuman manis Viona tidak pernah terlepas dari bibirnya sama halnya dengan Indra. Mereka terlihat sangat akrab dan bahagia bisa bertemu di tempat itu.

"Kenapa kamu di sini? Bersama om Heru?" Indra celingukan melihat sekeliling Viona mencari keberadaan Heru, tetapi tidak terlihat sama sekali.

"Aku ke sini tidak bersama papa."

Indra menganggukkan kepala serta menggumamkan kata, "Oh."

Marshal segera menarik Viona untuk mundur. Dia tidak suka diacuhkan oleh calon istrinya sendiri. Viona memandangi Marshal dengan kaget, namun sedetik kemudian dia tersenyum dan mengenalkan Indra pada calon suaminya.

"Tuan, ini kak Indra, kerabat saya."

Marshal mengangguk paham. Mengulurkan tangan pada Indra serta tersenyum ramah padanya. Indra menerima uluran tangan tersebut dengan bingung. "Dia siapa?"

"Dia ...." Viona ragu untuk bicara. Tidak tahu harus menjelaskannya sebagai siapa.

"Marshal Syahreza Atmadinata, calon suaminya Viona," ucap Marshal dengan cepat dan penuh penekanan.

Indra tercengang mendengarnya. Meskipun tidak percaya, dia tetap memperkenalkan dirinya juga. "Indra Patyadhika." Mereka melepaskan jabatan tangan. Indra memandangi Viona meminta penjelasan karena dia sangat terkejut mendengar ucapan Marshal barusan.

"Senang berkenalan dengan Anda," ucap Marshal dengan ramah. Indra hanya tersenyum canggung dan kembali memandangi Viona.

"Jadi, dia calon suamimu? Kenapa aku tidak tahu?" Senyuman pahit terukir di bibir Indra. Hatinya berdenyut nyeri di saat Viona menjawab pertanyaannya dengan anggukan kecil. "Selamat jika begitu, aku turut bahagia mendengarnya."

Viona memandangi Indra dengan tidak enak. Bisa dilihat dari ekspresi Indra, jika laki-laki itu merasa terluka. Dia hanya tersenyum menanggapi ucapan Indra. Laki-laki itu tidak tahu saja, jika Viona begitu tersiksa dengan pernikahannya nanti. Dia belum bisa menerima hal tersebut sampai saat ini.

"Kamu hebat, harapanku saja belum menapaki tangga pertama, tapi kamu sudah membuatku merasakan sakit akibat terjatuh sebelum bisa menaikinya."

Viona mengernyit mendengar ucapan Indra yang sangat berbelit dan susah dipahami itu. Apa maksudnya, kenapa Indra berkata seperti itu?

"Mari, Tuan! Apa kita akan melanjutkannya?" ujar Kolega Marshal sopan menghentikan mereka untuk kembali berbincang.

Marshal tersadar dari bingungnya dan mengangguk pada koleganya tersebut. Mereka kembali melanjutkan langkahnya untuk kembali melihat karya-karya yang di pamerkan di sana. Namun, langkahnya kembali terhenti di saat menyadari jika Viona tidak mengikutinya. Dia menoleh ke belakang. Viona masih bersama dengan Indra. Mereka melihat Marshal dengan tatapan yang sulit diartikan.

Indra memberanikan diri untuk mendekati Marshal. "Maaf Tuan, bolehkah saya bicara dulu sebentar dengan Viona?" izinnya penuh ragu.

Marshal terdiam sesaat untuk melihat Viona yang memandanginya penuh harap. Akhirnya dia mengangguk, mengizinkan Indra bicara dengan Viona.

Setelah mengucapkan, "Terima kasih." Dengan segera Indra membawa Viona keluar dari aula. Mengajak calon istri Marshal duduk berdua di kursi panjang yang ada di taman, tepat di depan gedung tempat pameran diselenggarakan. Mereka hanya terdiam merasakan semilir angin yang berembus menyongsong badan. Keduanya sibuk menyelami pikiran yang sangat sulit untuk diartikan bagaimana keadaannya sekarang.

"Viona ...." panggil Indra dengan lirih. Pandangan matanya ke depan. Memandangi indahnya taman yang ditanami berbagai jenis pohon dan bunga yang sudah bermekaran, mampu menyejukkan mata siapa pun yang melihatnya.

Viona duduk di sampingnya. Menoleh dengan alis terangkat. Tidak tahu kenapa, perasaan canggung begitu terasa di antara mereka.

Indra tersenyum kecut. Tetap memandang ke depan. "Apa harapanku tidak akan pernah terbalaskan?"

Viona menghela napas dalam. Sejak awal dia tidak pernah memberikan harapan pada siapa pun, tetapi Indra masih saja berharap padanya. Padahal sudah jelas dia tidak akan pernah bisa membalasnya. "Sepertinya seperti itu, Kak."

"Kenapa?" Indra menoleh ke samping.

"Kenapa?" Viona ikut bertanya. Dia tidak tahu Indra bertanya untuk hal apa.

"Kenapa kamu membuatku patah hati?"

Viona menunduk. Memainkan jemari di atas pangkuan. "Aku tidak berniat seperti itu, Kak. Semuanya terjadi karena tiba-tiba."

"Tiba-tiba?" Alis Indra terangkat. Tidak paham dengan kalimat yang Viona lontarkan barusan. Dia hanya merasa jika Viona sudah mematahkan harapannya. Padahal sudah lama dia menyukai Viona dan bersabar untuk menunggunya lulus kuliah. Tadinya, dia akan melamarnya setelah Viona lulus kuliah nanti. Karena adik dari Vino tersebut tidak mau menikah sebelum dia menyelesaikan pendidikannya.

Namun, kabar pahit harus ditelannya bulat-bulat. Penantiannya selama ini tidak bisa terbalaskan karena ternyata Viona lebih dulu akan menikah dengan orang lain. Sia-sia sudah harapannya selama ini. Dia sakit hati mengetahui jika Viona akan menikah secepat ini. Di mana janji Viona yang hanya akan menikah setelah lulus nanti? Kenapa dia malah mempermainkannya?

Mereka kenal sudah lama. Bahkan sejak Viona masih kecil. Keluarga mereka pernah menyatakan jika mereka dijodohkan. Lambat laun, Indra punya perasaan terhadap Viona karena gadisnya Heru tersebut sangatlah menarik perhatian. Bukan hanya parasnya yang cantik, Viona juga mempunyai hati yang begutu mulia.

Setelah Viona lulus SMA, Indra ingin melamarnya untuk membuat sebuah ikatan. Namun, Viona menolak dan mengatakan belum siap untuk berkomitmen dengan siapa pun. Dia ingin menyelesaikan pendidikannya dulu, baru akan memikirkan sebuah hubungan. Akhirnya Indra bersabar untuk menunggu Viona lulus kuliah. Mereka tinggal berjauhan karena Indra harus menekuri pekerjaannya sebagai pengusaha mengikuti jejak ayahnya di kita yang berbeda dengan Viona.

Tiga tahun mereka terpisah. Hanya sesekali bertemu, jika ada acara tertentu. Indra tetap setia menunggu Viona. Tidak disangka, jika Viona ternyata malah memilih untuk menikah dengan orang lain. Indra patah hati. Harapannya yang tertimbun selama tiga tahun lebih itu kini tidak mendapat balasan, melainkan pengkhianatan.

"Jadi aku harus mengubur harapanku ini?"

Viona mengangguk pelan. Dia juga tidak tahu sedalam apa perasaan Indra padanya. Yang dia tahu, Indra pernah mengatakan jika dia mencintai Viona dan berjanji akan menikahinya. Viona belum pernah menerima perasaan Indra, karena dia sama sekali tidak pernah punya perasaan yang sama padanya. Tapi, Indra sepertinya memang sudah menaruh harapan lebih, meskipun dia sudah sering menolak dan bahkan perjodohan di antara keluarga mereka sudah dibatalkan.

Indra membuang napasnya dengan gusar. Kecewa jelas terlihat di wajahnya. "Baiklah ... semoga pernikahanmu bahagia nantinya. Kita memang tidak berjodoh, ya. Mau tidak mau aku harus mengikhlaskanmu, meskipun aku tidak tahu butuh waktu berapa abad untuk melakukan itu ...."

Perasaan tidak enak Viona rasakan. Dia tidak bisa melihat wajah Indra yang terlihat kecewa seperti itu. Viona tidak menyangka jika Indra akan terluka mengetahui hal ini. Viona juga tidak tahu jika Indra masih menyimpan perasaan padanya. Lama tidak bertemu, dia kira Indra sudah punya kekasih di luar sana.

"Hahaha ... lucu sekali," Indra tertawa hambar. Memandang kosong ke depan. "tiga tahun aku hanya menunggu jodoh orang lain. Membuang-buang waktu saja, ya."

Viona hanya terdiam. Perasaannya semakin tidak karuan. Sampai saat ini dia juga masih belum percaya jika dirinya akan segera menikah. Karena keterpaksaan. Jika bukan karena tuntutan, Viona tidak mungkin mau melakukan sebuah pernikahan di usianya yang masih terbilang muda.

Viona hanya bisa meminta maaf karena tidak bisa membalas perasaan Indra. Ada alasan kuat di balik semua keputusannya tanpa Indra tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

Emang bener nungguin jodoh org itu sangatlah menyakitkan 😭

2021-02-07

2

👑

👑

lanjut Thor

2020-12-16

1

👑

👑

lanjut

2020-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!